Di sinilah Fiha dan Willa berada. Disalah satu tempat terfavorit yang berada di pusat Yogyakarta. Malioboro adalah tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan dalam maupun luar negri.
Tempat ini sangat cocok untuk nongkrong atau sekedar menghilangkan rasa lelah.
"Akhirnya sampai juga, perut gue udah gatahan banget pengen cepat makan," ucap Willa sambil duduk di salah satu tempat yang kosong.
Tak lama kemudian pramusaji datang membawa nampan berisi makanan dan minuman yang telah mereka pesan sebelumnya.
"Makasih," ucap Willa membuat sang pramusaji tersenyum. Dengan gercep Willa langsung menyantap makanannya.
"Ga makan lo?" Tanya Willa dengan mulut penuh.
Fiha menggeleng pelan "Masih kenyang gue."
Willa membentuk mulutnya seperti huruf "O" lalu melanjutkan makannya.
Fiha menatap keluar jendela lalu sesekali menatap sekelilingnya untuk sekedar melihat- lihat pengunjung yang datang.
Mata Fiha tertuju pada satu sosok yang menarik perhatiannya, yang tampak tak asing baginya. Sosok lelaki tampan yang memiliki dua lesung di masing-masing pipinya. Itu dia!
"Will!" Hentak Fiha sambil menepuk bahu wila yang tengah asyik menyantap bakso.
"Tsk! anjir, apaan sih lo. Bisa kesumbat bakso kerongkongan gue, gara-gara lo!" Gerutu Willa, sembari cepat menyeruput jus jeruk nya.
"Itu loh liat noh,"
"Apaan si anjir,"
"Itu Ronald, bukan?"
"Astaga! Hampir ngumpat gue. Gue hampir mati keget gara-gara lo! Gue kira ada apa ternyata astaga, kutu kaki. Pengen tak hihhhhh..." gemas Willa sambil menggertakkan giginya.
Willa menghela nafasnya sambil berdehem "Ngapain ya dia kesini?"
"Suka-suka dia lah. Ini kan tempat umum, emang ini tempat punya kakek buyut lo? Cuma lo doang yang boleh mampir, orang lain gak boleh gitu?" Cibir Willa panjang lebar, yang hanya dibalas tatapan tajam oleh Fiha dan wanita itu langsung bungkam.
"Iya sih, gue gak pernah liat dia di sini. Secara kita kan langganan di sini, baru ini gue liat dia." Ucap Willa sambil melanjutkan makannya yang sempat terhambat karena Fiha barusan.
Fiha mengaduk-aduk jus alpukatnya sembari menatap Ronald yang jaraknya tidak jauh dari tempat ia duduk. Lelaki itu sedang bermain handphone dengan headset dikedua telinganya.
Fiha menatap dalam lelaki itu. Entah apa yang ia fikirkan, yang jelas ia tersenyum. Mulai terpesona dengan sosok itu. Seperti merasa sedang diperhatikan, Ronald menoleh. Mata coklat terang miliknya langsung bertatapan dengan mata hitam lekat milik Fiha. Tatapan tajam dan dingin tanpa ekspresi itu membuat degup jantung fiha berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
"Astaga!" Sentak Fiha pelan, sembari memalingkan wajahnya.
"Lo kenapa?" Tanya willa yang sudah selesai makan tiba-tiba ikut tersentak, bingung dengan sahabatnya itu.
"Gapapa." jawab Fiha cepat sambil menyeruput jus Alpukatnya.
Merasa penasaran. Apakah Ronald masih membalas tatapannya, ia pun menoleh lagi ke arah lelaki itu. Dan benar saja! Sorot mata tajam dan dingin itu masih saja menatap mata Fiha. Hampir saja Fiha terhipnotis dibuatnya, Fiha pun langsung memalingkan wajahnya.
"Kenapa sih lo, buat kaget gue aja," tanya Willa sambil menatap heran.
"Lo tau gak, itu sih Ron..." belum lagi ia selesai bicara Willa langsung menjawab "ya mana saya tau, saya kan ikan."
"Sialan lo," balas Fiha sambil berdiri meninggalkan Willa.
Willa mendongak, "Yaelah ngambek, tunggu aing woi! " teriak Willa sambil mengejar Fiha.
Fiha menoleh kebelakang, sosok itu sudah kembali melanjutkan aktifitas seperti sebelumnya. Willa menyusul Fiha, sedikit bingung dengan tingkah aneh Fiha yang biasanya tak pernah begini. Ah! Dia lupa, pasti karena lelaki itu, fikirnya.
"Kenapa sih buru-buru amat, salting lo?" Tanya Willa.
Fiha menggeleng pelan. Dia memegang dadanya lalu menarik nafas dan membuangnya, menstabilkan degub jantungnya.
"Astaga! Masa iya sih gue gugup ditatap sama dia?" Ucapnya dengan tampang bodoh.
"Di dia natap mata gue tajam banget masa,"
"Arghhh. Gue gugup gini, apaan sih?" Ucap Fiha membuat Willa menatapnya ngeri.
"Sakit lo? Kenapa sih? salting kan lo ditatap begitu sama Ronald?"
"Si Ronald. Natap mata gue tajem banget, kenapa sih sama tu orang?"
"Serius?"
"Yoi." sahut Fiha masih dengan tampang bodoh.
Willa menampilkan senyum liciknya, ia berfikir untuk mengerjai Fiha. Sahabatnya ini benar-benar sangat lucu.
Willa menatap Fiha dengan serius. "Gue tau kenapa Ronald bisa natap lo kayak gitu," ucap Willa.
"Kenapa?" Tanya Fiha dengan tampang penasaran. Benar benar lucu dan membuat Willa hampir tertawa dibuatnya.
"Ya itu. Jangan-jangan.."
"Jangan-jangan apa sih? Itu apa astaga!" Ucap Fiha mulai jengkel karena penasaran.
"Ituloh, masa lo gatau sih?"
"Itu apaan sih! Jangan setengah-setengah ngomongnya Jamal!"
"Jangan-jangan lo punya hutang sama dia, makanya dia natap lo kayak gitu, biar lo sadar dan bayar utang lo," Seru Willa yang langsung tertawa puas.
"Sial!" umpat Fiha kesal.
Willa tertawa puas menatap ekspresi wajah Fiha. Benar-benar menghibur, fikirnya.
***
Malam hari, Fiha terbangun karena perutnya terasa lapar. Ia merenggangkan tubuhnya, dan mengucek matanya.
Gadis itu tinggal sendiri di Apartemen pemberian orang tua nya. Ia mengecek jam di handphone nya lalu bangkit dari tidurnya dan langsung mencuci muka. Dengan pakaian seadanya, ia keluar untuk mencari makan yang tak jauh dari Apartemennya.
Fiha pun tiba di tempat makan sederhana yang banyak menyajikan makanan. Tempat yang tak jauh dari tempat ia tinggal.
Ia memesan ayam penyet, tak lupa agar dibungkus. Karena, tidak cukup tempat untuk makan. Tempat makan ini sangat ramai pembeli. Selain rasanya yang enak, harganya juga terjangkau.
Setelah membayar, Fiha melangkahkan kakinya keluar. Namun, tiba-tiba seseorang tidak sengaja menabraknya. Hampir saja kehilangan kendali, seseorang itu dengan cepat menangkap tubuh Fiha. Tatapan mereka bertemu, sorot mata yang sangat tajam dan dingin itu menatap mata Fiha.
Ronald ! Pekiknya dalam hati.
"Lo gapapa?" Tanya Ronald dingin.
Fiha menggeleng cepat, ini pertama kalinya ia dan Ronald berbicara. Ia langsung merapikan penampilannya yang sama sekali tidak berantakan itu.
Dengan tampang konyol dan gugup ia menjawab, "gu...gue gapapa." ucap Fiha dan langsung berlalu pergi.
Jauh dari tempat makan tadi, Fiha mengumpat kesal. Kejadian tadi hampir saja membuat jantungnya copot.
"Astaga! Kok bisa ketemu dia dalam keadaan kayak gini sih, gembel banget lagi tadi gue!" ucap Fiha melenguh pelan sambil memijit pelipisnya.
"Astaga!!!" Umpat Fiha kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fihata
Ficção AdolescenteFihata Audrey Awili Seorang cewek cantik yang sedang jatuh hati. Apakah ia berhasil menggenggam cintanya? Lalu siapa orang yang menjadi incarannya? Ronald Davizein seorang lelaki tampan. Wajah yang memiliki garis keras sampai ke dagu, hidung yang...