dibalik dunia

5.3K 146 15
                                    

Kami berjalan beriringan, layaknya sepasang kekasih lain yang sedang kasmaran. Chanyeol selalu tampan dimataku, entahlah aku kemasukan setan apa tapi yang jelas ketika bersamanya semua terasa pudar selain dirinya.

Menikmati keramaian kota dan ikut bergabung dengan kesibukan semua manusia adalah kegiatan yang kini kami lakukan. Tadi siang Chanyeol datang menjemputku setelah kemarin ia berjanji akan membawaku jalan-jalan dan kini ia menepatinya. Semua jajanan pasar telah kami coba, membeli beberapa pakaian hingga topi untuk sepasang kekasih yang khusus dijual berpasangan. Melakukan segala sesuatu bersama Chanyeol tidak akan membuat kalian bosan, percayalah padaku.

"Chaeyoung, kau ingin sesuatu yang lainnya?" tangannya semakin erat menggengam tanganku.

"Tidak ada. Tapi, bolehkah aku membeli makanan?" kataku lalu tersenyum manis kearahnya, salah satu cara untuk membuatnya luluh.

Dan benar saja, ia mengangguk patuh. "Apapun itu untuk kekasihku. Bahkan ketika kau meminta sebuah gunung atau bahkan lautan, akan aku berikan padamu." ayolah, manusia ini selalu saja meng-gombal.

"Jaga ucapanmu. Kau akan kerepotan ketika aku benar-benar meminta lautan bahkan lengkap dengan isinya." ia tertawa lalu mengusap lembut kepalaku.

"Baiklah-baiklah, kalau begitu aku hanya akan memberikanmu makanan laut saja, bagaimana?" oh lihatlah tatapan itu, matanya semakin membulat dan kedua alisnya secara otomatis terangkat.

"Itu lebih baik. Kalau begitu mari mencari isi lautan untuk isian di perutku." ia kembali tertawa lalu kami kembali menyusuri sepanjang jalan, mencari restoran yang menjual hidangan laut.

.
.

Hari ini temanku, Chalisa meminta aku datang menemuinya, katanya ada hal penting. Sedari tadi ponsel Chanyeol tidak bisa dihubungi, padahal aku ingin mengabari bahwa aku akan datang kerumah temanku itu.

Sesampainya disana Chalisa langsung menariku masuk hingga bagian tengah rumahnya. Aku sudah sering datang kemari, sampai-sampai orang tuanya sudah menganggapku sebagai anak mereka, bukankah aku sangat beruntung?

Chalisa menceritakan segala kegelisahan nya kepada sang kekasih, entahlah aku hanya mendengarkan saja tidak ingin terlalu ikut campur, karna dia juga hanya ingin mencurahkan isi hatinya bukan minta dinasehati.

Setelah lama kami bercerita akhirnya manusia yang sedari tadi aku cari muncul juga, Chanyeol. Dia datang dengan wajah yang aku juga tidak mengerti, itu sangat sulit untuk dijelaskan. Awalnya ia menghiraukan kami hingga tanpa sengaja ia melihatku dan bisa aku pastikan Chanyeol sangat terkejut.

Matanya membulat, kedua alisnya saling bertaut dan keningnya makin mengkerut sepertinya sedang memastikan yang ia lihat benar aku atau hanya halusinasinya, dan sayangnya ini benar-benar diriku.

"Kau baru pulang? Benar-benar seorang Kakak yang baik. Meninggalkan adiknya sendirian dirumah dalam keadaan sedih." Chanyeol mengalihkan pandangannya kearah Chalisa yang sudah mengomel tak tertahan.

"Kau sudah besar, bukan seorang bayi. Lagi pula aku yakin kau tidak akan melakukan hal bodoh ketika patah hati."lalu ia berlalu memasuki kamarnya.

"Jangan hiraukan Kakak-ku. Kebiasaan sekali, sudah kupastikan pasti semalam dia habis mabuk-mabukan. Aghh wanita mana lagi yang kali ini ia tiduri, aku sudah muak ketika semua wanita itu datang padaku." cerocosnya, dan aku hanya diam mematung.

Karna perkataan Chalisa tadi, membuatku berpikir hingga jungkir balik, ayolah apa maksudnya. Hubunganku dengan Chanyeol memang terhitung baru, kami resmi menjadi sepasang kekasih kurang lebih tiga bulan lalu.

Chalisa, temanku sekaligus adik dari kekasihku Chanyeol, sudah kami pastikan tidak tahu tentang hubungan kami. Ini menjadi salah satu permintaanku, aku takut Chalisa akan marah atau lebih buruk dia akan berfikir bahwa aku mendekatinya hanya untuk Kakaknya saja, padahal tidak begitu.

our story | chanyeol - rosé Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang