destiny

1K 64 3
                                    

Sebelumnya, cerita ini mengandung unsur kekerasan ya walaupun mungkin sedikit. Karna cerita ini juga sebagian adalah kejadian yang aku alami, jadi dimohon pengertiannya, terimakasih.

Bercengkrama dengan sekumpulan pria, kini adalah salah satu kegiatan yang sering Chaeyoung lakukan. Gadis cantik dengan rambut blonde terang itu menjadi salah satu bagian paling menojol diantara semua orang yang sedang duduk disana.

Sebuah tempat, bukan gudang, bukan pula caffe, ya bayangkan saja hanya kedai di ujung jalan yang dikerumini oleh pemuda dan pemudi, bisa dibilang geng motor? ah terserahlah. Bergelut dengan kepulan asap rokok, kini gadis itu sudah sangat terbiasa, sepertinya bisa ia lihat isi paru-parunya hanya kepulan asap nikotin.

Ini bukan keinginannya, menjadi salah satu bagian dari beberapa pemuda brandalan. Bukan, bukan jadi perempuan yang akan di gilir, justru Chaeyoung yang dijadikan seperti tuan putri disana, apapun yang gadis itu inginkan, mereka akan melaksanakannya. Mereka sudah seperti penjaga bagi gadis itu, bahkan ketika ia patah hati. Ah, patah hati ya? itu salah satu alasan mengapa kini Chaeyoung lebih memilih berkumpul disini dari pada tidur di dalam kamarnya sendiri.

Ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki kini dimiliki juga oleh wanita lain. Bukan wanita jahat, malah karena adanya wanita itu Chaeyoung bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, memiliki seorang ibu.

Gadis itu masih menyesap rokok yang ada sela-sela jari kirinya. Dia duduk diantara dua lelaki, tidak terlalu dekat, tapi bisa dilihat mereka semua menjaga Chaeyoung. Hari ini hanya gadis itu yang hadir tidak ada Seulgi, biasanya gadis itu akan menemani Chaeyoung tapi ia mengatakan kalau ia berhalangan hadir karna sedang ada acara keluarga, Chaeyoung hanya tertawa miris, keluarga ya?

Tampaknya kini seorang pemuda menghampiri kedai di ujung jalan itu. Tangannya sudah mengepal seluruh jari-jarinya, raut mukanya pun terlihat sekali bahwa ia sedang menahan amarah.

"Park Chaeyoung!" teriaknya, seluruh pemuda yang ada disana tidak hanya pemilik nama kini menoleh kearah sumber suara.

Chaeyoung yang melihat kehadirannya hanya tersenyum tipis, untuk apa dia datang kesini? ah diakan memang sering datang, hanya untuk marah-marah. Chaeyoung menghampirinya, teman-temannya sudah berada di posisi siaga, takut-takut terjadi perang dunia kesekian diantara mereka.

"Mau apa kau kemari?" gadis itu kini ada dihadapan nya, kedua tangannya ia masukan kedalam jaket kulit yang sudah terpapar asap rokok, bahkan parfume yang ia gunakan sore tadi sudah tidak tercium disana.

"Pulang!" tegasnya, sedangkan gadis itu tersenyum tipis kearahnya.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" yatuhan gadis ini benar-benar menguji kesabaran manusia yang ada dihadapannya.

"Ibu mencarimu." kini Chaeyoung tertawa puas dihadapannya.

"Apa tadi katamu? Ibu? Ah maksudmu Ibumu ya?" Pemuda dihadapannya sudah habis kesabaran sepertinya.

"Ya, Ibuku. Dan Ibuku memintamu untuk pulang! Ayahmu juga mencarimu. Jangan membuat semuanya rumit, cepat pulang." setelah mengatakan itu sang pemuda meninggalkan Chaeyoung begitu saja, dasar aneh.

Chaeyoung kembali ke tempatnya semula, semua pasang mata kini memandangnya, sudah biasa. Ia kembali mengeluarkan satu batang rokok dari bungkusnya tapi belum sempat ia nyalakan, ponselnya yang berbunyi, ternyata Ayahnya yang menghubungi.

"Kenapa?" terdengar sang ayah yang menghela nafasnya.

"Kau tidak ikut pulang bersamanya?"

"Tidak."

"Ada sesuatu yang harus kita bicarakan, aku mohon kau pulang." dan kini gadis itu yang menghela napasnya, bila sang ayah sudah berkata seperti itu berarti ia memang harus kembali kerumahnya. Se 'nakal' apapun Chaeyoung kini, ia masih menuruti apa keingan ayahnya, karna hanya ayahnya yang Chaeyoung miliki. Gadis itu berdiri dari duduknya lalu berpamitan kepada semua orang yang ada disana sebelum mengendarai motor sportnya untuk kembali kerumah.

our story | chanyeol - rosé Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang