07. Busy

11 3 0
                                    


.

.

.

.

.

.

Sampainya di kamar, Soyun melemparkan ransel sekolahnya ke meja belajar, kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuk berwarna mocca di kamarnya sambil menatap langit-langit kamar yang di dominasi warna putih.

Entah kenapa rasa kantuk selalu menyerang matanya dimanapun ia meletakkan kepalanya, ia tidak merasa lelah hanya saja kepalanya menemukan tempat yang nyaman.

Seperti sekarang matanya perlahan mulai menutup karena rasa kantuk itu datang kembali.

“Soyun”    namun tepat gadis itu mulai terlelap, tiba-tiba ibunya memanggil yang detik itu juga memecah rasa kantuknya.

Seketika ia langsung membuka kembali matanya lalu mengangkat kepalanya menatap sosok wanita paruh baya yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

“Eoh? Ada apa bu?”   tanya Soyun sambil mendudukkan dirinya dengan malas di atas ranjang.

Yang gadis rasakan sekarang, ia hanya ingin tidur karena setiap menyentuh kasur ia ingin segera tidur saja.

“Bantu ibu menyiapkan makan malam, memangnya apa lagi”   jawab wanita paruh baya yang masih mengenakan apron itu lalu melenggang pergi begitu saja dari depan kamarnya.

Soyun merasa kesal, karena ia barusaja pulang dari sekolah dan ibunya sudah menyuruhnya untuk menyiapkan makan malam.

Itu pasti pernah di pikirkan semua anak gadis, bukan Soyun saja, terkadang gadis itu merasa bahwa ibunya itu tidak bisa mengerti lelahnya dia seharian di sekolah.

Tapi mau bagaimana lagi, pada akhirnya Soyun memilih menurut akan perintah ibunya walau dengan berat hati.

Sehabis mandi dan berganti dengan pakaian yang lebih santai, Soyun keluar menuju dapur menghampiri ibunya yang tengah ber-adu dengan wajan, minyak dan spatula di tangannya.

Gadis itu memilih membantu membawa beberapa makanan dari dapur dan di tata di meja makan.

Membawa wadah nasi, mengusung lauk dan sayur satu persatu dan menatanya rapi di atas meja makan, menata posisi piring, sendok dan sumpit.

Sampai ia sadar ada sesuatu yang hilang.

Gadis itu menatap heran piring dan sendok yang ia pegang.

Ibunya hanya memberi dua piring dan juga dua pasang garpu, sendok, juga sumpit, sontak Soyun menoleh ke arah ibunya yang memindahkan soup yang barusaja matang ke atas meja makan.

“Bu, kenapa cuma dua?”  tanya Soyun heran sambil mengangkat sendok yang ia bawa.

“Aaaah iyaa, kakak mu sudah kembali tadi pagi, karena katanya besok dia ada syuting di Busan jadi dia tidak mau telat dan kembali ke Seoul siang ini”   jawab Nyonya Na lalu duduk di kursi tempat beliau menyantap makanannya.

Gadis itu serasa bisa melompat sekarang juga di tempatnya, bagaimana itu bisa tepat sekali.

Soyun yang mendengar jawaban ibunya hanya bisa bengong sambil menatap ke depan tak percaya.

“Mau sampai kapan kau bawa? Ibu tidak boleh makan?”   tanya Nyonya Na sambil melirik dua pasang sumpit yang masih di pegang Soyun.

“Ah, Iya ini bu”  ucap Soyun lalu meletakkan sumpit itu di depan ibunya, dan Soyun kembali menuju tempat duduknya dengan langkah kaki ringan yang terlihat sangat bersemangat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Clandestine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang