1. Permainan

1.5K 83 0
                                    

selamat membaca ya!
koreksi typo, vote, dan komen😘

Main game nggak salah. Yang salah itu mainin perasaan.

•••

Suara dentuman musik terdengar sangat keras. Beberapa orang berjoget ria di bawah sana, membuat Regan menatap jengah. Sumpek. Tetapi entah mengapa Regan menyukai tempat ini. Tempat yang membuat dirinya lupa akan semua masalah hidup.

Regan lebih senang menyebutnya sebagai... tempat pelarian.

Saat ini ia sedang bersama ketiga sahabatnya, duduk disalah satu bangku favorite mereka. Selain favorite, tempatnya cukup jauh dari keramaian. Cocok untuk tempat penukaran air liur dengan perempuan malam. Namun kali ini, Regan sedang tidak mood. Kedatangannya hanya untuk menghilangkan penat, sejenak.

"Hai..."

Suara seksi menggoda itu membuat Regan melirik malas. Disuruhnya perempuan nakal itu pergi. Regan mengibaskan tangannya. Karena kesal, sang perempuan pun akhirnya pergi, dan mengundang tawa ketiga sahabatnya.

"Kenapa lo? Tumben nolak yang bohay bahenol begitu," celetuk Devan sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

Regan menyenderkan tubuhnya lelah, "lagi nggak mood."

Alde tertawa keras, "anjir! Bisa juga lo nggak mood?"

"Bisa lah bangsat, Regan kan manusia!" Devan melempar bungkus snack ke arah Alde dan ikut tertawa.

Sedangkan yang diledek hanya menampilkan raut malas. Hampir dua jam berada di club, membuat Regan ingin segera kembali ke rumah. Biasanya, ia hanya butuh satu jam lalu mendapat mangsa. Dan sekarang, karena Regan sedang tidak mood, alhasil laki-laki itu bangkit. Hendak pulang.

"Mau kemana lo?" tanya Devan, "duduk dulu. Kita main."

Kening Regan mengerut, "main apaan?"

"Makanya duduk!" perintah Devan.

Akhirnya Regan duduk. Menatap Devan bingung, "so?"

"Main remi aja gimana?" saran Alde. Membabat abis rokoknya. "Nanti kalo kalah, kena dare."

"Gue setuju!" kata Leo semangat.

Regan melirik Leo malas, "lo mah kapan si, Le, nggak setujunya?"

"Kapan-kapan," cengir Leo.

"Ok. Kita mulai."

Devan mulai mengocok. Membagikan satu persatu kartu remi. Namun, sebelum permainan dimulai, lelaki itu menahannya.

"Apa lagi anjing?" tanya Regan jengah.

Devan terkekeh, "harus terima apapun dare-nya. Setuju?"

"Gue setuju," sahut Leo dan Alde bersamaan.

Tatapan Devan terjatuh pada Regan, "gimana? Lo setuju nggak?" tanyanya.

Melihat kedua sahabatnya yang setuju, akhirnya Regan pun setuju.

"Mantap lah!"

••••

Regan menggeram. Menatap kartu remi di tangannya kesal. Ini sudah kesekian kalinya lelaki itu kalah. Dan... oh my God! Dare apa yang kali ini teman-temannya akan berikan?

Ketiga sahabatnya tertawa. Menatap senang wajah kusut Regan. Dan yang paling senang, tentu saja Devan. Lelaki yang sudah menyiapkan matang-matang permainan ini sontak mendekat kepada Regan. Ia menepuk pelan pundak Regan.

"Lo siap?" tanya Devan.

"Siap apanya?" tanya Regan malas. "Emangnya kalo gue nggak siap, gue bisa kabur dari kalian gitu?"

Leo tertawa, "tentu saja tidak, sobat!"

"Jadi?" tanya Regan, sambil menyenderkan tubuhnya.

"Jadi, permainannya gini..." Devan melirik sekilas ke arah perempuan yang baru saja lewat. Mengikuti gerak perempuan itu dari sudut matanya. "... lo nikahin tuh cewek," Devan menunjuk perempuan yang daru tadi menarik perhatiannya. "Buat tuh cewek berlutut sama lo, cinta mati sama lo. Lalu setelah itu, lo buang dia. Gimana?"

"Apa keuntungan yang bakalan gue dapetin?" tanya Regan--tampak tak tertarik dengan dare kali ini, namun ia tetap mengikuti arah telunjuk Devan.

"Kalo nggak dapet apa-apa, gue nggak mau jalanin tantangan dari lo. Bahaya, men," lanjut Regan cepat.

Masalahnya, Regan sedang tidak disuruh mengajak perempuan itu menghabiskan satu malam bersamanya, melainkan Regan disuruh untuk menghabiskan setiap malam dengan perempuan itu. Bagaimana bisa Regan menerima tanpa imbalan? Tentu rugi di dirinya sendiri.

"Hadiah gimana? Hm... lo mau apa? Sebutin aja, nanti gue kasih detik itu juga, tapi setelah lo buat dia cinta mati sama lo. Deal?"

"Gue mau anak perusahaan lo buat gue. Gimana?" tanya Regan yang nampaknya mulai tertarik.

Siapa yang tidak mau anak perusahaan milik keluarga Gatama? Hanya orang-orang bodoh saja yang tidak menginginkannya.

"Ok. Atur aja enaknya gimana. Tapi inget, gue kasih setelah lo buat dia cinta mati sama lo, dan setelah itu lo buang dia."

"Deal?" lanjut Devan. Mengulurkan tangannya.

Regan membalas jabatan itu. Tersenyum dalam hati. Gue pasti bisa dapetin anak perusahaannya Devan. Anjir mantap betul lah!

Kedua sahabat Regan yang lain memekik, tak terima dengan dare yang Devan berikan untuk Regan.

"Woy mamank, kok lo nggak ngasih gue dare kayak Regan juga sih?!" protes Alde.

Jabatan tangan Regan dan Devan terlepas.

"Kalo lo mau, lo harus jadi cupu dulu kayak Regan," kata Devan santai.

Bugh.

Regan meninju punggung belakang Devan, keras. Membuat sang empunya memekik tertahan.

"Si anjir! Dikasih hati minta jantung!" umpat Devan.

Regan mengedikkan bahunya, tak acuh, "first of all, gue harus apa?" tanya Regan. Mulai mengamati kegiatan perempuan yang akan dinikahinya, nanti.

"Kenalan lah mamank! Masa mau lo ajak ONS," gerutu Leo. Kembali menyalakan rokoknya.

Permainan mereka telah berakhir, dengan Devan sebagai pemenangnya, dan Regan sebagai pihak yang kalah.

"Kalo lo mau ajak dia ONS duluan sih, nggak masalah. Test drive dulu lah," kata Devan santai.

"Jangan! Lo ajak kenalan dulu, baru lo nikahin. Tuh cewek keliatan baik-baik," kata Alde pada Regan, disela-sela hisapan rokoknya.

Devan tersenyum miring, "baik? Mana ada cewek baik-baik dateng ke tempat malem begini?"

"Udah-udah, nggak usah banyak bacot. Jadi, gue harus kenalan kan?" kata Regan memutus perdebatan kecil itu.

•••

TBC

note:

gue update di hari rabu dan sabtu, ya. misal 3x dalam seminggu, aggep aja 1nya bonus awkowkwkwk. jangan lupaa vote+komen guys:)

MUah,
thelast_key

location unknown 20/06/10

Wedding GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang