Pengantar penulis

50 15 5
                                    

Semua siswa memasuki kelasnya masing masing usai mendengar kepala sekolah membagikan kelas. Dengan wajah gembira mereka semua berlari. Merasakan hal baru yang nantinya akan mereka pelajari. Saat saat inilah seluruh siswa sedang giat giatnya belajar.

Alena mendapatkan kelas XD-IPA 2. Sebenarnya ia senang bukan karena mendapat hal baru,melainkan kini ia bisa melihat kekasihnya lebih dekat setiap hari. Salah satu tujuan ia mendaftar kemari adalah hal itu. Padahal,masih banyak SMU SMU yang lebih bagus bisa ia capai dengan mudah. Tetapi ia lebih memilih SMU Harapan Nusa yang kualitasnya masih biasa biasa saja.

"Meira!" Ucap seorang perempuan berambut sebahu. Perempuan ini tersenyum ke arah Alena sembari mengulurkan tangannya.

"Alena Mayangsari." Balas Alena begitu ramahnya. Alena adalah tipikal orang yag dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Meira mengandeng tangan Alena. Meira mengajak Alena untuk duduk di sebelahnya. Dengan senang hati Alena menerimanya.

"Dari SMP mana?" Tanya Meira basa basi.

Alena meletakan tasnya kemudian duduk di bangku tersebut. "SMP Budi Utama." Jawab Alena. "Kamu dari mana?"

"Dari SMP sebelah sih. Nggak mau kalau harus sekolah jauh jauh."

"SMP sebelah?" Tanya Alena meyakinkan. "SMP Harapan Nusa dong? Wah! Aku baru tahu kalau SMA ini juga punya SMP."

"Ya emang enggak banyak yang tahu sih." Jelas Meira diiringi tawa. "Mau ke Kantin? Lama kalau harus nungguin kakak osis kesini." Ajak Meira.

Alena mengagguk mengiyakan omongan Meira. Ia bersedia untuk ke Kantin bersama Meira.

Saat mereka hendak melangkah keluar,tiba tiba anggotas osis datang. Mereka datang dengan penuh berwibawa. Walau terlihat sedikit sombong. "Mau kemana kalian?" Hadang salah satu anggota osis perempuan.

"Tadinya mau ke Kantin,terus nggak jadi. Ini mau duduk." Jelas Meira begitu tenangnya. Anggota osis tersebut mengaggap Meira kurang sopan.

"Lo yang sopan dong!" Gertak anggota osis itu. Namanya,Jenar.

"Permisi woy!" Tiba tiba suara itu membuat perundingan mereka terhenti. "Ngapain si pada berdiri depan pintu!" Keluh lelaki itu.

Mereka yang tadinya bergerombol kini sudah kembali ke posisinya masing masing. Seluruh anggota osis tersebut bediri membelakangi papan tulis. Salah satu anggota osis menuliskan beberapa aturan yang harus dipatuhi ketika sedang masa masa MOS.

"Ditulis! Baca doang mana ngerti!" Ketus Jenar,tetap pandangannya menatap tajam Meira.

Salah satu siswa lelaki yang ada di kelas tersebut tiba tiba berdiri dan menggebrak meja. "Pinjem bolpen dong! Bangsat emang tutupan panci."

Seisi kelas memandang dirinya dengan heran. Bagaimana bisa ia sepolos itu sampai ia tak menyadari bahwa ia baru saja membuat kesalahan besar. Melanggar salah satu tata tertib yang dibuat. Tata tertib itu berbunyi. "Siapapun yang ketahuan berbicara kasar,maka akan mendapat hukuman berat."

"Nyesel gue sekelas sama lo Rey!" Gumam lelaki yang ada disampinya.

"Lo bersyukur bego! Tuh lihat ciwi ciwi pada mandangin gua tuh!" Cengir lelaki itu. Namanya,Reyhan Samuel. Teman temannya memanggilnya Rese.

"ANGKUT!" Jenar memperintahkan anggota osis lainnya agar membawa Reyhan ke looby.

***

"Tengil amat! Muka pas pasan tapi sok sokan!" Bentak Jenar. "Jangan bilang kalian dari satu SMP yang sama ya!"

"Buta kak?" Tanya salah satu siswa yang bernama Regi. Ia dulunya juga satu sekolah dengan Reyhan bahkan satu geng. Akan tetapi saat ini mereka terpisah karena beda kelas.

Jenar menghela nafas panjang panjang. Ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku rok nya. "Berani ngelawan senior?" Ancam Jenar.

"Berani lah! Sama sama manusia kok takut." Balas Bintang diringi tawa. Semua murid yang terkena hukuman tertawa. Puas karena Jenar akhirnya mau menutup mulutnya.

Jenar yang merasa dirinya dipermalukan akhirnya pergi meninggalkan mereka. Jenar berlari ke arah ruang Osis dan segera mengadu ke Ketua osis yang sebenarnya adalah kekasih impiannya.

"Kenzo!" Jenar menangis sembari memeluk Kenzo.

"Ku menangis membayangkan" Ucap Gino menyindir Jenar. Mereka tak segan segan membuat Jenar merasa kapok dan tak mengomeli mereka lagi. "Udah kaya adegan di Sinteron Indosiar aja!" Sindir Gino sekali lagi.

Kenzo melepas pelukan Jenar. Ia pun mendatangi Reyhan,Regi,Bintang,dan Gino. Kenzo yang merasa harga dirinya sebagai ketua osis direndahkan oleh para junior,langsung memukul salah satu diantara mereka. Gino,ia yang menjadi sasaran pukul Kenzo.

"Widih mau gelut bilang bos!" Tantang Gino dan Bintang secara serentak. Gino mencoba membalas pukulan Kenzo. Tetapi,tangannya ditahan oleh Regi.

"Kita aduin aja ke Kepsek kalau anggota osis ada yang pacaran sama anggota osis lain!" Ucap Regi. Dari mereka,Regi lah yang paling pendiam namun pedas ketika berbicara.

Kenzo terdiam menatap junior junior nya yang tak ada sopan sopannya sama sekali. "Pacaran sama dia? Buat apa? Nggak berguna." Ucapnya lalu meninggalkan semua orang.

***

Kenzo berjalan mengendap ngendap menuju kelas Alena yang kini tampak sepi. Didalamnya hanya ada Meira dan Alena yang sedang menikmati secangkir es teh. Setibanya disana,Kenzo menarik tangan Alena dan mengajaknya sedikit menjauh dari Meira.

"Kak Ken! Sakit!" Gerutu Alena sembari berusaha melepas tangannya dari cengkraman Kenzo.

"Al! Gue udah bilang sama lo kan supaya nggak masuk ke sini!" Bisik Kenzo,tangannya masih saja mengandeng Alena. "Sekolah ini bahaya buat lo,lo mau jadi orang nggak bener?"

Alena melipat kedua tangannya di dada. "Terus kenapa kamu mau masuk kesini?" Tanya Alena membuat Kenzo tak berani berkutik.

"Harus lo tahu tentang itu Al?"

"Harus dong. Aku kan ngikutin kamu."

"AL! GUE NGGAK PERNAH NYURUH LO UNTUK NGIKUTIN GUE!" Bentak Kenzo. Meira yang semula hanya menyaksikan mereka dari kejauhan,kini mendekat dan menampar Kenzo cukup keras.

"Alena nggak kenal lo siapa! Jangan kepedan deh!" Ucap Meira begitu tegas. "Kalau semua murid yang ada disini kelakuaannya kaya lo,kaya Jenar. Gue mau balik SMP aja!"

"Gaada yang nyuruh lo sekolah disini."

"Iya lo bener,tapi nggak ada yang nyuruh lo juga kan untuk kepedean!"

"Mei! Udah,nanti aku jelasin dia siapa." Lerai Alena agar suasana lebih kondusif

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang