(9). Hukuman!

8 2 0
                                    

"Asik,aing ganteng!"
-Pak Tyo,kepsek duda anak dua. Minat DM SAY!

*

**
Alena tengah duduk di ruang UKS sembari memakai jaket yang telah Reyhan berikan kepadanya tadi. Ia sibuk mengobati luka Reyhan.

Hampir semua wajah Reyhan lebam lebam. Sekujur tubuh nya juga basah kuyup. Tapi berkat Alena,semua luka itu tak ada arti apa apa.

Reyhan memandangi paras cantik Alena. Rambutnya basah terurai. Raut wajah nya terlihat khawatir dengan keadaan Reyhan sekarang. Semenjak "dia" pergi Reyhan tak pernah menemukan perhatian ini lagi,kecuali saat bersama Alena.

"Masih sakit?" tanya Alena dengan wajah yang sangat khawatir. Saat ini yang ia pikirkan adalah Reyhan.

Reyhan tersenyum samar samar. "Sejak kapan gue bilang kalau ini sakit?" Reyhan bertanya balik.

"Plis deh lo mau nggak sih di obatin sama Alena?" tanya Meira. Dirinya sudah tak betah menjadi nyamuk diantara mereka berdua.

Alena terkekeh geli. "Mei,kalau lo mau pergi nggak apa apa. Ini udah mau selesai kok," jelas Alena.

"Argh!" gumam Reyhan kesakitan.

Meira yang tahu bahwa ini hanya tipuan dari Reyhan agar Alena tak meninggalkan dia di UKS tak tinggal diam.

"SEJAK KAPAN LO SAKIT,SE?" tanya Meira dengan nada sangat tinggi. Kuping Reyhan dan Alena sampai tak mampu menahan suaranya.

Reyhan memlototi Meira karena rencana nya gagal. Meira kembali terkekeh geli sembari mengejek Reyhan yang tiba tiba saja diam.

"Oh iya,Al," ucap Reyhan. Suasana tiba tiba jadi serius. "Makasi ya."

Alena heran. Terima kasih untuk apa? Apa yang telah ua perbuat sampai Reyhan terlihat sangat tulus ketika mengucapkan kalimat itu?

"Makasi untuk...."

"Makasi untuk udah peluk gue Alena." sambung Meira ketika Reyhan belum menyelesaikan ucapannya.

Meira sangat meinginginkan mereka berdua bersama. Tapi apakah harus menyaksikan kebucinan mereka berdua juga? Ah muak rasanya.

Alena tersenyum. Ia memandangi Meira dan Reyhan sejak bergantian. Dalam hatinya ia masih tetap saja heran kenapa Reyhan mengucapkan terima kasih dengan sangat tulus.

Ketiga nya hening. Hanya ada suara kipas angin UKS yang berbunyi. Kipas angin itu memang sudah rusak akhir akhir ini.

Tiba tiba,saat semuanya hening. Ada seseorang yang mengetuk pintu. Cowok berbadan besar dengan baju keluar dari jelana serta jaket jeans yang menjadi pelengkap itu kini tengah berdiri disana.

Reyhan menoleh. "Ada apa,Gi?" tanya Reyhan. Ia sangat bingung kenapa Regi tiba tiba disini. Reyhan tak bisa menebak perasaan Regi sekarang. Orang itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya.

"BANG REG...."

"Diem" Regi memotong teriakan histeris Meira. Kuping nya sudah cukup sakit karena sering diikuti oleh Meira. "Kita dipanggil ke ruang kepsek."

Alena kaget. Ia memandang Reyhan. "Rey," lirihnya.

"Tenang aja di sekolah gue dulu,kepsek nya udah jadi patner gua," balasnya. Reyhan tak ingin membuat Alena khawatir.

"Kalau lo nggak baik baik aja,lo nggak perlu kesana. Ada gue sama anak anak," ucap Regi saat menyadari Reyhan yang masih sedikit kesakitan.

"Reyhan,biar Meira ya yang gantiin Reyhan," Meira melembutkab suaranya. Ia harus terlihat anggun saat didepan Regi.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang