Bad Boy?!
.
.
.
"Kerja? Yang benar saja, aku kira dia..." semakin dipikir-pikir lagi sasarannya biasanya lelaki kaya raya yang hanya bisa menjadi pacaranya, tetapi Kim Taehyung sang kakak kelas disekolahnya ternyata hanya orang sederhana tanpa memiliki barang mahal apapun.
"Aku pernah melihatnya memakai jam tangan merek Gucc*."
"Ya, dan hanya itu bukan? Bisa saja itu pemberian dari orang." Apa yang dikatakan dirinya sendiri benar, sekarang dia yang bertanya dan dia juga yang menjawabnya. Sudah seminggu lebih Mark mengabaikannya, Seokjin tidak punya teman selain Mark. Bahkan Mark tidak lagi duduk disebelahnya, ia memindah tempat duduknya dengan Jaehyun. Seokjin satu bangku dengan Yeji si mata sipit yang berwajah dingin juga aneh, tetapi saat Yeji tertawa. Itu cukup menggemaskan bagi siapa saja yang melihatnya.
Ini tanggal merah dan ia tidak merindukan sekolah, ia merindukan Mark.
"Haihh dimana sih Mark, apa aku kerumahnya saja ya?" Seokjin lebih sering dikunjungi Mark setiap waktu, tapi kali ini entah kenapa Seokjin mengingat Mark mengatakan bahwa Mark masih menyukainya. Berbeda dari mangsanya yang lain, ia mengakhiri hubungannya Mark bukan karna tidak bisa dimanfaatkan lagi, tetapi karena Mark sangat membuatnya nyaman sebagai teman.
"Aku akan pergi kerumahnya!" Dengan semangat Seokjin beranjak dari kasurnya yang masih berantakan, ia berlari mengambil handuk dan memasuki kamar mandi.
"Ibu! Aku akan bermain dirumah Mark ya, aku pergiii~!" Teriak Seokjin sambil berlari menuju gedung disamping rumahnya, terdapat beberapa mobil dan kendaraan motor terparkir disana. Hingga ia sampai dipojokan ruangan, menemukan pintu dan membukanya. Itu sepeda injak sport miliknya yang tak pernah ia naiki, terkahir kali menggunakannya adalah saat ia masih berumur 5 tahun.
"Percuma, jalan kaki saja!" Seokjin kembali menutup pintu itu dan keluar dari gedung, sangat menyebalkan tidak bisa menaiki sepeda saat itu diperlukan sekarang ini.
"Paman! Antar aku keluar rumah!!" Teriak Seokjin pada supir agar mengantarkannya sampai depan pagar rumah. Halaman rumahnya terlalu besar dan luas.
Disekitar rumahnya ia mengetuk pintu dan membukanya perlahan, itulah yang rutin selalu ia lakukan setiap pagi sebelum keluar rumah. Ia menutup pintunya tanpa berbalik kebelakang, mengulas senyuman terbaik yang tulus kepada seorang wanita yang masih menutup mata ditempatnya.
"Nuna,.." suara bariton itu menggema diruangan, ia duduk disampingnya menatap wanita itu berdiri dengan mata tertutup.
"Aku akan menghubunginya hari ini... Biarkan beri aku waktu agar terkesan tidak buru-buru. Lakukan secara normal lalu..."
"Dia akan hancur." Ia berdiri dan mendekati sang kakak yang bersandar pada peti tanpa pintu yang didirikan
"Aku yakin aku berhasil, dia sangat mudah tertipu, ketakutan dan terperangkap." Ia menyentuh kaca yang membuat kakaknya terlindungi bagaikan tempat museum yang dirawat sebaik mungkin.
Ia tersenyum dan menghela nafas, suara derap kakinya berjalan keluar dari ruangan rahasia miliknya itu menghilang saat pintu kembali tertutup.
"Taehyung, aku mencintainya. Aku menyukainya. Tidak bisakah ayah dan ibu melupakan semua apa yang terjadi?"
"Satu hal yang pasti." Berdiri sendirian didepan ruangan itu dengan mengulas senyum yang masam.
"Aku tidak akan berakhir seperti ayah, ibu, dan kakak. Aku tidak akan lengah." Ucapnya pada diri sendiri lalu bergegas keluar dari rumah yang megah dan besar itu.
Selesai diantar didepan pagar, ia keluar dari dalam mobil dan berjalan kaki menuju terminal bus. Dia sudah sangat cantik hari ini, sudah mandi dan mempersiapkan diri secantik mungkin didepan Mark agar mereka bisa berbaikan. Ia akan minta maaf pada Mark dan akan menerima Mark sebagai pacarnya lagi agar Mark tidak merasa kecewa terus menerus selama ini disisinya.
"Aku rasa ini waktunya berhenti memainkan perasaan seseorang Seokjin, tidak semua orang bisa kamu sakiti seperti ini termasuk aku." Itulah yang Mark katakan saat Seokjin mengakhiri hubungan itu dengan Mark yang pada akhirnya mereka menjadi teman.
"Dia benar, aku harus berhenti bermain-main." Melukai orang lain akan membuat orang merasa kecewa dan bisa saja akan membalas dendam. Seokjin tidak mau tersakiti seperti ia menyakiti orang-orang yang telah ia sakiti.
Sesampainya di terminal bus, ia duduk dan menunggu bus datang.
Secara tak sengaja Seokjin menangkap seseorang dalam penglihatannya, ia segera berdiri dan menyebrang. Orang itu sedang asik tertawa dan bercanda dengan teman-temannya.
"Mark!!"
Yang disebut namanya menoleh dan berhenti tertawa saat melihat Seokjin berlari menyebrang untuk menghampirinya.
"SEOKJINNIE AWAS!!!" Mark berteriak disaat yang bersamaan dengan suara klakson mobil yang membuat suaranya menjadi samar.
Entah kenapa Seokjin merasa dejavu terhadap hal ini sampai ia tidak merasakan apapun lagi, ia tak sadarkan diri.
'Aku harus minta maaf padamu, aku ingin memelukmu Mark...'
'Aku tidak ingin kehilangan teman terbaikku...'
.
.
.
"Dia suka permen, kue dan koleksi Mario Br*ss?" Ia tertawa meremehkan dan menatap kembali kejalan sambil menyetir.
"Kekanakan sekali."
"Aku sangat ingin membunuhnya sekarang juga kalau ada kesempatan, tapi aku harus membuat rasa sakit untuknya terlebih dulu." Taehyung tersenyum dan terus menjalankan mobilnya dengan musik yang ia nyalakan memenuhi mobil pribadi miliknya itu. Disampingnya ia letakan boneka Mario Br*ss yang sudah ia pasangkan sabuk pengaman. Boneka itu sebesar dirinya.
"Dia lebih cocok menyukai Hello Kitt* dibandingkan Mario Br*ss."
"Kita akan lihat apa yang akan terjadi hari ini Kim Seokjin."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy?! | kth.ksj
Diversos[HIATUS] Seokjin terlalu angkuh dan banyak menyakiti hati seseorang dengan perasaan tak peduli, sama seperti apa yang Taehyung lakukan. Karena, pesona Seokjin tunduk pada pesona Taehyung serta sikap ramah juga kebaikannya. Namun Seokjin tidak tau ka...