Pandangan pertama saat Anna membuka mata adalah lukisan pemandangan besar di ruangan Bu Wina.
Dia menegakkan badannya lalu membangunkan lelaki di sebelahnya.
"Injun, bangun Jun! Kita udah balik ke ruangan bu Wina," ucapnya sembari menggoyang goyangkan lengan dan bahu Tian.
Tian membuka matanya, berseru riang saat menyadari situasinya.
"Akhirnya kita balik!!!!!" serunya sembari loncat-loncat.
Tepat saat itu, Bu Wina datang dengan santainya sembari memegag handpone yang menayangkan drama Korea.
"Oh, kalian udah bangun?" tanyanya.
Seketika Anna dan Tian melotot tajam, seakan meminta penjelasan atas apa yang telah terjadi pada mereka.
"Apa?!" tanya Bu Wina sedikit sewot.
"Bu, Jelasin." Anna dan Tian berucap kompak.
Bu wina tersenyum, lalu duduk di hadapan mereka. Drakornya sudah ia matikan.
"Kompak bener kalian. Gimana? Seru gak jalan-jalannya?" tanyanya.
"Seru apanya? Aneh bin serem yang ada," jawab Tian.
Anna menghela napas, ia berusaha tetap sopan di hadapan gurunya. "Bu, kita tidur berapa lama?" tanyanya.
"Cuman setengah jam."
"HAH?!"
Bu Wina tertawa mendengar jawaban dua murid di depannya. "Wah, beneran udah akur ya kalian. Kompak banget," serunya lagi-lagi bergurau.
"Bu, jangan bercanda ah. Ibu ini sebenernya apa? Kenapa bisa ngirim kita ke kota kilabid yang semuanya dibalik," tanya Tian.
"Okey, Ibu jelasin."
"Terserah kalian mau percaya atau ngga. Dan ini rahasia,"Bu Wina terdiam sejenak lalu melanjutkan perkataannya.
"Ibu ini sebenarnya adalah malaikat perdamaian. Dan ibu punya kemampuan untuk menciptakan mimpi,"
"JADI YANG DUA HARI ITU MIMPI?" tanya Tian yang terkejut mendengar penjelasan Bu Wina.
"Injun, jangan motong. Dengerin dulu Bu Wina cerita," tegur Anna yang anehnya Tian menurut.
"Iya, jadi yang kemarin itu adalah mimpi kalian yang ibu ciptakan. Kota Kilabid itu, orang-orangnya, bahasanya, kendaraannya, ibu semua yang nyiptain. Dan ibu cuman memasukan kalian kesana aja, untuk perilaku kalian selama disana, ibu gabisa ngontrol. Itu murni naluri kalian yang bekerja."
Anna dan Tian mengangguk-angguk mendengar penjelasan Bu Wina. Sebenarnya masih banyak pertanyaan, karena ini terlalu aneh dan abstrak.
"Terus gimana caranya kita kesana dan balik lagi kesini? Dengan 'minuman dengan rasa yang paling enak'?" tanya Anna.
Bu Wina tersenyum, "Sudah ibu duga, kamu emang pinter, Anna."
"Dengan minuman dengan rasa yang paling enak itu kalian bisa terbangun. Coba inget-inget minuman apa yang kalian minum terakhir kali?" tanyanya.
Tian berdecak, "Naon ah bu, air putih. Padahal selama disana juga kita minumnya air putih doang, gak ada yang lain."
"Tapi itu air punya Anna kan, Tian?" tanya Bu Wina yang mendapat anggukan dari keduanya.
"Minuman yang ibu maksud bukan air jenis apa atau milik siapa, tapi air apapun yang diteguk dengan damai, tanpa dendam atau kemarahan. Coba kalau kalian belum akur, pasti Tian gak berani minta minum ke Anna kan? Makanya, ibu bangunkan kalian saat itu, karena ibu tahu kalian sudah sama-sama berdamai," ucap Bu Wina panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spark of Life
Short StoryHanya percikan kecil, dari besarnya bara api. Hanya seserbuk, yang membuat batuk. Hanya setitik, yang membuat kotor. Hanya percikan kehidupan, dari luasnya semesta. Hanya sebagian kecil, dari jutaan masalah di bumi. Semuanya berawalan 'hanya', tapi...