Part 1 ; Ide Gila Mild

7.1K 484 24
                                    

Hari ini, Mild mendapati sahabatnya dalam keadaan muram. Sangat teramat muram. Seolah langit pagi yang cerah itu hanya hiasan, seolah Gulf telah kehilangan kemampuannya untuk merasakan betapa hangatnya sinar mentari yang dapat membuat orang tersenyum tanpa sadar.

Gulf positif sedang galau.

Level dewa.

Lebih spesifik dan lebih menyedihkannya lagi, itu karena patah hati.

Dan ini bukannya berlangsung dalam satu atau dua hari.

"Gulfie, ayolah. Sudah satu Minggu berlalu sejak kau diputuskan, kenapa kau masih begini-begini saja? Bersemangatlah! Jangan bersikap seolah dunia sudah runtuh,"

"Kau malah mengingatkanku, Mild,"

"Jangan salahkan aku, kau saja yang terus memikirkannya." Kata Mild dengan nada mencibir.

Mild duduk di hadapan Gulf kemudian memandang laki-laki itu dengan ekspresi serius, dengan nada bicara sama seriusnya, dia berkata, "Gulf, aku merasa ini sudah waktunya untukmu move on,"

Gulf berdecih karena move on terdengar begitu mudah dari ucapan Mild. "Kau tahu sendiri yang membuatku frustasi bukan itu,"

"Ya ya, aku tahu. Makanya dengarkan dulu sampai selesai," Mild benar-benar bingung pergi ke mana Gulf yang pendiam dan manis kalau sedang patah hati begini. Laki-laki itu malah seperti sedang dirasuki orang lain.

"Baiklah, mari ganti kata move on dengan balas dendam,"

Gulf mengangguk setuju, itulah yang dia inginkan. Selama ini, putus dari Eye bukan karena hatinya terluka, tapi harga dirinya tidak bisa menerima bagaimana perempuan itu menganggap dirinya sama dengan laki-laki lain yang pernah dia pacari, bisa dipermainkan.

Gulf adalah laki-laki tertampan nomor satu di fakultas ilmu komunikasi, dia tidak bisa menerima begitu saja Eye-yang terkenal tercantik seantero kampus-meremehkannya seperti ini.

Urusan begini, Gulf yang lugu dan baik hati tidak akan ada lagi sebelum balas dendamnya terpenuhi!

"Jadi begini, menurutku kau tidak bisa menggunakan rencanamu?"

"Tidak bisa? Kenapa?"

Niat Gulf adalah dengan mencari kekasih baru yang lebih cantik, lebih anggun, lebih seksi dan lebih-lebih segalanya daripada Eye. Itu sangat lumrah, tapi cukup efektif meskipun Gulf sendiri bingung gadis mana yang harus ia kencani untuk melancarkan rencananya itu.

"Kau lupa? Eye adalah yang tercantik di kampus, dia tidak akan terusik jika kau mengencani gadis mana pun dari kampus ini, dia tetap akan merasa menang,"

Setidaknya meskipun bagi Mild masih banyak gadis yang lebih cantik dari Eye di kampus ini, tapi selera orang kebanyakan sayangnya bertentangan. Dan lagi, Eye sendiri menganggap dirinya adalah Ratu, jadi siapa pun yang dikencani Gulf, gadis itu hanya akan menganggapnya angin lalu, bahkan lebih buruk mengejek Gulf yang tidak mendapatkan yang lebih bagus darinya.

"Lalu apa? Aku harus mengencani gadis dari kampus lain?" Gulf bertanya heran karena kalau memang harus gadis dari universitas lain, itu akan sulit dilihat Eye sepanjang waktu.

"Tidak tentu saja, kau masih tetap harus mengencani orang dari kampus ini. Tapi ubah kriterianya,"

"Kriteria?"

"Kau tidak usah mengencani gadis cantik. Cari saja pria tampan,"

"HAH?!" Gulf benar-benar syok. "KAU GILA!" Teriaknya tanpa mempedulikan sekitar.

Mild juga tidak peduli pada sekitar, dia hanya memandang Gulf dengan sebal. "Kau ini susah di kasih tahu. Aku bilang begini karena tahu siapa pria yang cocok untuk rencana ini,"

"Hah? siapa?" Gulf malah lebih merasa aneh lagi karena Mild ternyata sudah berpikir sejauh itu.

Jadi bukankah berarti sahabatnya itu berpikir kalau dirinya tidak akan menolak ide gila ini? Begitu?

Yang benar saja!

Selama dua puluh tahun hidupnya, Gulf hanya menyukai perempuan. Bukan laki-laki!

"Memangnya siapa yang kau maksud?" Gulf bertanya dengan nada sebal. Dia merasa tidak habis pikir kenapa sahabatnya itu sampai punya ide memasangkannya dengan laki-laki alih-alih mencarikan gadis yang lebih cantik dari Eye.

Dengan kelewat semangat Mild menjawab, "Bulan kampus kita dari fakultas teknik tentu saja! Mew Suppasit Jongcheveevat yang lebih tampan darimu, lebih manly darimu, lebih pintar darimu, lebih kaya darimu, lebih terkenal darimu dan yang paling penting, Eye mengincarnya sejak lama,"

Pelipis Gulf berkendut.

"Mild, kau positif gila. Dan kau bahkan tahu nama lengkapnya? Kau ini penggemarnya atau apa?" Katanya sambil melotot.

"Hehehehe." Mild malah nyengir dan jelas sekali tidak perlu jawaban langsung untuk pertanyaan Gulf itu.

Gulf terdiam dan berpikir, dia bahkan tidak memiliki gambaran apa pun tentang nama yang disebutkan Mild. Pastinya, orang yang bernama Mew itu sangat terkenal di universitas ini karena dia adalah bulan kampus.

Tapi masalahnya, Gulf terlalu introvert untuk mengenal si pemilik nama. Dia tidak pernah berkeliaran di fakultas lain sehingga meskipun dia tampan, ketenarannya tidak sampai mencapai ke seluk-beluk universitas. Mungkin sedikit ketika berita hubungannya dengan Eye menjadi bahan gosip di kalangan mahasiswa.

Mild seolah bisa membaca apa isi kepala Gulf. "Jangan bilang kau tidak tahu siapa itu Mew?"

Dengan tanpa dosa Gulf mengangguk. "Aku merasa pernah mendengar namanya, tapi aku lupa di mana. Dia satu angkatan dengan kita bukan?"

"Bukan. Dia satu tingkat di atas,"

"Ah pantas saja. Meskipun dia bulan kampus, dia tidak ada di angkatan yang sama, jadi wajar saja aku tidak ingat." Gulf membela dirinya sendiri dan Mild hanya memandang laki-laki itu datar.

Waktu ikut acara pemilihan bulan kampus di tahun pertama dulu, memangnya Gulf tidak melihat Mew yang menyerahkan selempang dan mahkota pada bulan kampus angkatan mereka apa?

Si introvert yang satu ini benar-benar hanya memikirkan dirinya sendiri! Terlalu penuh akan dirinya sendiri!

Mild bersumpah dirinya akan membuat Gulf menemui Mew apa pun yang akan terjadi!

"Jadi bagaimana? Kau tidak punya pilihan lain," Mild berujar dengan nada sedikit menakut-nakuti. Dia bahkan menambahkan embel-embel bagaimana nasib Gulf karena pandangan orang-orang yang sudah miring padanya sebab menjadi salah satu korban Eye yang sudah jelas player tersohor.

Setelah ini, mereka tidak akan menganggap Gulf hanya sekedar tampan dan tinggi, tapi juga menyedihkan.

"Bukankah itu mengerikan?" Meskipun introvert, bukan berarti Gulf tidak peduli pada imejnya sendiri.

Dibandingkan terkenal, dia lebih ingin memiliki imej yang bersih sehingga orang-orang tidak akan mengoloknya.

"Jangan membuatku takut!" Gulf merinding membayangkannya.

Mild menyeringai dalam diam dan tertawa dalam hati. Bagaimanapun juga, Gulf memang hanya badannya saja yang tinggi. Di dalamnya dia hanyalah bayi!

"Bagaimana kalau kau ikut dulu aku melihat Mew? Setelah itu baru kau bisa memutuskan untuk menyetujui rencanaku atau tidak," tawar Mild.

Gulf memandangnya ragu. "Apa tidak apa-apa? Kau tidak aneh melihat dua laki-laki bersama?"

"Apanya yang aneh? Sangat bagus apalagi jika dua-duanya tampan, hahahaha..."

Gulf seketika kehilangan kata-kata.

"Ayolah, kita pergi ke fakultas teknik,"

"Terserahmu saja. Tapi jangan memaksaku ya?"

"Siapa yang akan memaksamu?"

Dalam hati Mild menambahkan, "Kau sendiri yang akan langsung setuju."

.

Bersambung

MewGulf ; The PlannerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang