Part 3 ; Mew 'Gila' Suppasit

3.9K 473 32
                                    

Gulf telah menyelesaikan jam kuliahnya dan seperti yang sudah disepakati, ia pergi ke parkiran utama. Sangat luas dan sangat konyol untuk mencari Mew, jadi dia hanya berdiri diam di tempat yang cukup mencolok. Karena tubuhnya yang tinggi, itu benar-benar membantu sehingga Mew langsung menemukannya saat baru datang ke sana.

Mew mengajak Gulf untuk berbicara di dalam mobilnya-mobil milik Singto sebenarnya, hari ini Mew tidak membawa miliknya.

Mew duduk di kursi kemudi dan dengan canggung Gulf duduk di kursi sebelahnya.

"Jadi?" Mew memiringkan badannya agar menghadap Gulf, tatapannya seperti akan menelan laki-laki di hadapannya bulat-bulat.

Ah tidak.

Itu bukan kiasan mesum. Mew hanya mencoba menakut-nakuti Gulf saja.

"Aku harus mulai dari mana?" Ujar Gulf dengan ekspresi bingungnya. Dia benar-benar tidak tahu hal apa yang harus ia katakan terlebih dahulu kepada Mew. Pertama, mereka bahkan tidak saling mengenal, ini sangat buruk mengingat mereka tidak mengenal kepribadian masing-masing, sulit untuk tahu bagaimana harus bersikap jika seperti itu.

Mew menghela napas bosan. Ia benar-benar tidak aneh dengan orang asing yang tiba-tiba mendatanginya kemudian memintanya menjadi pacar. Tapi ini pertama kalinya Mew mendapati yang hanya untuk pura-pura.

Mew berpikir ini sedikit menarik dan ingin mengetahui apa yang ada di kepala Gulf sebenarnya sampai nekad memintanya menjadi pacar pura-pura.

"Apa yang tujuanmu menjadikanku pacar palsu? Dari sekian banyak orang, memangnya kau gay?"

Gulf menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya ingin membalas dendam pada mantan pacarku,"

"Cih, picisan," cibir Mew. "Siapa mantanmu?"

"Eye, kau tahu dia kan?"

"Ah, aku tahu sekarang, kau sangat bodoh," Mew benar-benar ingin tertawa. "Wanita seperti itu kau pacari, seleramu buruk sekali." Cibirnya tanpa belas kasihan.

Wajah Gulf benar-benar sudah merah, entah karena malu atau merah. Atau mungkin dua-duanya. Yang dirasakan laki-laki itu hanyalah kesal yang teramat sangat karena Mew berani-beraninya mengejeknya di pertemuan pertama-kedua mereka.

Dia merasa tidak mau berurusan dengan Mew lagi. "Yasudah kalau tidak mau, aku tidak memaksamu!" Gulf hendak keluar tapi Mew menahan tangan Gulf yang sudah akan membuka pintu mobil. Jarak mereka sangat dekat, mendadak Gulf merasa sangat gugup.

"Siapa bilang aku tidak mau?" Mew berujar dan Gulf menatapnya dengan bingung.

"Tapi aku punya syarat,"

'Sudah kuduga' batin Gulf mendengus.

"Apa syaratnya?"

"Hilangkan kata pura-pura, aku tidak mau kalau cuma jadi pacar bohongan,"

"APAAA?!"

Mew tersenyum miring.

***

Gulf tidak tahu ternyata Mew adalah orang gila!

Setelah pertemuannya dengan Mew, Gulf pulang ke rumahnya dalam keadaan depresi.

Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan keadaan yang sudah terlanjur ini. Jika saja ia tahu lebih awal kalau Mew Suppasit adalah orang gila, dia tidak mau berurusan dengan pria itu.

"Gulfie, apa yang terjadi denganmu?" Grace melihat keadaan adiknya yang pulang dalam keadaan mengenaskan. Ekspresi linglung dari si bungsu itu benar-benar mengherankan.

MewGulf ; The PlannerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang