Part 4 ; Tentang Mew

3.6K 456 9
                                    

Setelah menghubungi Mild, sahabatnya itu bukan main antusiasnya hingga dia langsung datang ke rumah Gulf alih-alih tetap diam di rumah dengan sambungan telepon.

"Bagaimana jadinya Gulf? Kau sudah bertemu dengan Phi Mew? Apa katanya? Dia setuju kan?"

Gulf menghela napas pelan mendengar pertanyaan tanpa jeda itu. Dengan wajah datar, dia menyumpal mulut Mild dengan snack di hadapannya.

"Sekarang malah akulah yang harus mempertimbangkan untuk menerima bantuannya atau tidak," kata Gulf dengan nada menggerutu.

Mild mengerutkan keningnya heran. "Bagaimana bisa begitu?"

"Phi Mew bilang dia tidak mau kalau hanya pura-pura,"

"Hah?!" Mild melongo. "Jadi maksudmu dia ingin kalian pacaran sungguhan?" Tanyanya tak percaya.

Gulf menganggukkan kepalanya.

"Menurutmu bagaimana? Kau tahu kan aku belum pernah pacaran dengan pria,"

"YA TERIMA!" Mild menyahut tak santai. Dia melompat dan mencengkram kedua bahu Gulf lalu mengguncang-guncangnya. "Kau sangat beruntung, sialan! Berapa banyak orang di luar sana yang mengharapkan untuk ada di posisimu?!"

Gulf melepaskan cengkraman Mild dan mengeluh sakit. "Aku heran, memang apa bagusnya Phi Mew selain wajahnya yang tampan?"

"Nah nah nah, kau juga mengakui kalau dia tampan kan.." Mild menggoda Gulf dan tertawa puas saat ekspresi laki-laki itu berubah jadi masam. "Kau ini benar-benar ketinggalan berita!" Mild mengeluh, padahal Gulf ada di fakultas ilmu komunikasi. Yang ada di otak Gulf memang hanya ada game dan sepak bola saja!

"Aku Mild, akan membuatmu mengiyakan untuk menjadi pacar Phi Mew!" Ujar Mild penuh tekad sembari menepuk dadanya bangga.

Lalu mulailah dia membeberkan segala hal yang dia ketahui tentang seorang Suppasit Jongcheveevat. Dimulai dari tanggal lahirnya, hobinya, dan hal-hal remeh lainnya yang meskipun, masih berupa rumor belaka.

"Selain tampan dan pintar, kudengar dia juga berasal dari keluarga kaya," ujar Mild.

"Apa buktinya?"

"Entahlah, meskipun secara keseluruhan dia terlihat sederhana karena memakai seragam. Dia selalu mengenakan sepatu bermerk di kakinya. Dia datang ke kampus lebih sering bersama teman-teman satu gengnya, tapi ada yang bilang pernah melihat Phi Mew mengendarai BMW dan entah berapa banyak lagi yang dia punya,"

Gulf mengerutkan keningnya. "Aku pikir itu bisa saja cuma rumor," katanya berpendapat. "Lagi pula sekarang banyak orang tidak kaya yang pura-pura kaya. Hal seperti itu selalu ada jalannya. Bukankah bisa saja Phi Mew itu memanfaatkan wajahnya untuk terlihat kaya?"

"Hmm kau masuk akal juga." Mild mau tidak mau setuju karena apa yang dikatakan Gulf memang masuk akal.

Orang-orang berlomba memiliki barang bermerk untuk mereka kenakan, memamerkannya dan melemparkan kehidupan asli sengsara mereka ke belakang untuk disembunyikan.

Hal-hal seperti itu memang sedang tren di zaman sekarang.

"Tapi itu tidak penting sih, aku kan tidak materialistis," celetuk Gulf pada akhirnya.

"Tentu saja aku tahu itu. Jadi aku juga kan lega kalau semisal Phi Mew benar-benar kaya pun, kau tidak akan memanfaatkannya," ujar Mild.

"Iyap." Gulf mengangguk-angguk bangga.

Gulf adalah anak yang sederhana yang dibesarkan di keluarga yang sederhana pula. Tidak kekurangan tapi juga tidak mewah. Oleh sebab itu dia tumbuh menjadi anak yang rendah hati, kasih sayang di keluarganya sangat melimpah dan Gulf hanya sedikit manja karena dia adalah anggota paling muda di keluarganya.

Anak laki-laki satu-satunya dan memiliki kakak perempuan yang sangat sayang padanya. Jadi bagaimana mungkin dia tidak menjadi bayi? Karena itu pula kebanyakan mantannya pasti lebih tua dari Gulf. Dia memiliki satu mantan pacar yang lebih muda darinya, dan hubungan mereka hanya berlangsung selama satu Minggu.

Setelah itu Gulf memutuskan untuk tidak memacari yang lebih muda lagi.

"Oh iya, darimana rumor yang kau katakan sebelumnya? Seseorang tidak bisa menatap matanya lebih dari tiga detik?"

Mild menjadi kembali bersemangat mendengar itu. "Ya! Yang satu ini benar-benar akurat karena aku sudah mencobanya sendiri!" Serunya.

Mau tak mau Gulf pun setuju. Karena dirinya pun sampai saat ini masih belum bisa menatap mata Mew secara langsung untuk waktu yang lama. Seperti, sangat sulit untuk dilakukan, butuh keberanian yang sangat besar.

"Kira-kira kenapa ya?" Gulf bergumam penasaran.

"Jadi saja pacarnya dan cari tahu sendiri," celetuk Mild. "Aku rasa, kalau kau terbiasa nanti juga bisa. Bukankah teman-teman dekatnya juga bisa melakukannya?"

Gulf menganggukkan kepalanya. "Itu benar, hal itu hanya berlaku untuk orang asing saja," dia berpikir sebentar. "Tapi tetap saja, itu tidak menjawab pertanyaanku,"

"Tanyakan saja pada orangnya langsung," kata Mild mulai jengah. "Kau sendiri sudah mencobanya kan? Lalu kenapa kira-kira tidak bisa?"

Gulf menopang dagunya dan berpikir. Ia mengingat-ingat wajah Mew dan juga matanya. Itu benar-benar aneh bagaimana seseorang tidak mampu menatap mata orang lain dalam waktu singkat. Apa Mew diam-diam memiliki kekuatan magis?

Tapi Gulf tiba-tiba teringat hal yang lain. "Daritadi kau menceritakan tentang Phi Mew, tapi tidak pernah membahas tentang mantan pacarnya, kenapa?"

Mild mendengus malas, ia bahkan kesal sendiri dengan fakta itu. "Kurasa tidak ada,"

"Hah?"

"Sampai saat ini, tidak ada siapa pun yang tahu siapa dan berapa mantan pacar yang dia punya. Bahkan stalkernya pun tidak tahu!"

Mungkin karena stalkernya akan tertangkap basah paling lambat dua hari. Yah, tidak ada yang berhasil menjadi stalker Mew Suppasit karena pria itu ternyata sangat peka pada sekitar.

"Tidak mungkin kan dia tidak punya?"

Mild langsung mengangguk setuju. "Tidak mungkin. Dengan wajah seperti itu? Bisa jadi dia menolak semua orang yang suka padanya karena dia masih belum bisa melupakan seseorang dari masa lalunya," Mild mulai berlagak seperti detektif. "Sebenarnya kemungkinan ini sangat tinggi, fans-fansnya berpikir seperti itu,"

"Kurasa aku juga berpikir seperti itu," Gulf menimpali.

"Maka dari itu, jadilah pacarnya dan berikan berita eksklusif padaku," Mild lagi-lagi kembali pada saran itu, Gulf benar-benar tidak tahu harus bagaimana. "Bukankah itu sudah cukup? Setidaknya Phi Mew bukan wanita berbisa yang hanya bisa menyakitimu," Mild mengingatkan mantan-mantan Gulf yang selalu saja memiliki masalah dengan kepribadian mereka.

Rasa-rasanya, semakin sini Mild merasa kalau Gulf sama sekali tidak cocok berhubungan dengan wanita. Dia pernah membicarakan ini bersama Boat dan laki-laki itu juga setuju.

"Jadi aku harus mencobanya?"

"Tidak ada salahnya Gulfie. Dia juga tidak memaksamu kan? Meskipun hubungan kalian terkesan diawali dengan aneh, tapi untuk akan berjalan seperti apa dan berakhir seperti apa, bukankah hanya kalian berdua yang bisa menentukannya?"

Gulf melebarkan matanya takjub."Tumben kau bijak,"

Mild cemberut kesal. "Begini-begini aku lebih tua darimu tahu,"

"Hehehe.."

Jadi keputusan akhirnya, sudah jelas bukan?
.

Bersambung

MewGulf ; The PlannerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang