Lanjutan A song and memories
Hampir full semuanya narasi.-----♡-----
Hari ini... Perasaanku begitu lega dan damai.
Terkadang, aku memikirkan orang-orang yang berkata " masa lalu tidak boleh dilupakan " atau " mengambil pelajaran dari masa lalu " .
Aku sama sekali tidak mengerti hal itu.
Apa aku benar-benar telah damai karena telah membuang masa lalu ku ?
----------
Sandiwara yang ku jalankan sehari-hari benar-benar memberatkan pundak ku, senyuman palsu, sifat palsu, dan kepalsuan lainnya.
Aku sangat lelah.
Hanya demi menjaga image yang ku buat, aku rela membiarkan sisi gelapku tetap terpendam.
Stok kesabaran ku benar-benar sangat luar biasa di mata orang, bahkan saat di gosipkan saja aku seolah biasa saja.
Menebar senyuman dan tertawa khas.
Itulah diriku di mata orang lain, seseorang yang ceria dan kekanakan.
Aku seolah menutupi mataku karena dikucilkan, bahkan di saat itupun aku tetap bisa memasang senyuman seolah tanpa beban.
Ne, aku benar-benar hebatkan ?
Perlahan... Hal itu semakin memburuk.
Mereka tidak membicarakanku lagi di belakangku, tapi langsung mengejekku terang-terangan bahkan menjahiliku.
Aku tidak pernah menangis meski diperlakukan begitu.
Aku hanya sedikit jengkel.
Dan kalian tau sialnya/buruknya ?
Inilah sisi terpendamku, yaitu hasrat gelap yang selalu di simpan rapat-rapat agar image ku tidak terkotori.
Ya, aku bukan anak culun, anak manja, ataupun seseorang yang kekanak-kanakan
Aku tau itu... Aku hanya bersandiwara demi mendapatkan sedikit teman.Ne, aku ini selalu kesepian.
Tapi, kenapa aku selalu punya keinginan untuk membuat orang lain tertawa bahagia karena diriku ?
Itu menyebalkan.
Aku membencinya.Aku menyebut " mereka " sebagai " temanku " , tapi tetap saja... Aku tidak berani mengungkapkan sifat asliku di hadapan mereka.
.
.
.
.
.
.
.Hari itu akhirnya datang juga.
Stok kesabaran yang menipis, buku-buku tangan yang mengepal erat.
" Kalian tau, membunuh seseorang tidak perlu benda tajam ! Aku hanya butuh sebuah pena ! Dan itu sudah cukup ! "
Hari itu... Semuanya berubah.
Pandangan yang menggelap dengan aura suram dan juga mengerikan terus menguar.
Menatap tajam kepada mereka-mereka yang ku sebut sebagai temanku.
Tanpa ku sadari... Aku mulai berubah.
Aku melawan mereka.
Aku ingin membunuh mereka.
Siapa bilang mereka akan terus berkuasa di atas ku ?! Kalian pikir aku lemah ?! Aku bisa membunuh kalian dengan benda apapun.Tubuh kurus nan ringkih milikku mengejar mereka, sambil mengayunkan sebuah pena berujung tajam kearah kepala ataupun leher.
Berharap mengoyak leher mereka ataupun membutakan mata mereka.
" Aaaaaakh !! "
Dan aku suka raut ketakutan dan jeritan mereka.
Tentu saja, itu hanya sebuah gertakan.
Karena pena itu hanya menancap di hidung bagian atas—nyaris mengenai mata.Ya, itu gertakan agar mereka tidak menggangu hidup tenang ku.
Selain itu, bisa-bisa orang tua ku akan marah jika aku sampai di keluarkan dari sekolah.
' gawat, kalau aku kelepasan '
Cutter, silet, dan pena berujung tajam.
Kini menjadi mainanku untuk mengusir mereka.Walau terkadang... Aku di tahan oleh " teman " agar tidak melakukan hal yang kelewatan.
" Teman " menyita siletku bahkan barang-barang yang paling aku sukai... Yaitu cutter merah mudaku yang mulai berkarat.
Hah, " Teman " menyebalkan.
Mengapa mereka tidak mendukungku ? Lagi pula mereka yang menyakitiku terlebih dahulu.
Kenapa malah aku yang seolah-olah jahat ?
Ayolah, sakit fisik lebih baik daripada sakit mental.
Bisa saja aku menunjukkan sesuatu yang lebih gelap, agar pengalaman traumatis selalu menjejak di kenangan mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.Sejak kapan ? Aku berubah banyak ?
Semakin ku mengingat wajah mereka, semakin dendamku membara.
Ah, apa aku masih punya teman ?
Tidak, " teman " menjauhiku rasanya.
Mengapa sih aku jadi begini ?
" Kau berubah, kau benar-benar aneh ! "
Apa yang harus ku lakukan ? Aku berubah !
Semua orang menjauhiku.Ya, ini hanyalah pandanganku sendiri.
Aku paranoid.
Apa aku bisa kembali ?
Apa bisa aku mengulang ?Reboot or Restart ?
Mengulang nya atau memulai kembali ?
TBCPart 3 masih ada.