Seperti biasa, sekarang kedelapan bersaudara itu lagi duduk lesehan dikarpet depan TV. Biasa, tempat favorit. Jisung udah minta maaf sama Jef tentang kejadian waktu itu dan Jef juga memaklumi mood seorang ABG seperti Jisung. Jaemin juga udah minta maaf sama Jef karena udah bersikap kurang sopan sama Jef dan sekarang semuanya kembali lagi ke normal. Gak ada lagi Chenle yang bakal tidur sendiri dan gak ada lagi Jisung yang berubah dingin.
Sedaritadi Mark dan Jef menunggu penjelasan dari Chenle dan Jisung yang kata Haechan tadi waktu di sekolah mereka kena hukuman lari 20 putaran. Kalo bukan mengingat Haechan itu kakaknya, Chenle dan Jisung ingin sekali menyumpal mulut aduan seorang Raden Haechan Nataya itu.
"Gak ada yang mau jelasin nih?" Mark bertanya lagi sambil menatap serius kepada dua bocil itu sedangkan Chenle sama Jisung malah saling senggol karena gak ada yang mau ngejelasin.
"Oke kalo gak ada yang mau jelasin." Mark kemudian mengotak-atik HP nya dan tak lama dari itu terdengar nada sambung telpon.
"Halo, selamat sore bu Rini."
Chenle sama Jisung langsung membulatkan matanya panik. "Kak Mark," desis mereka. Sedangkan si kembar empat malah terkekeh mengejek ke arah mereka.
"Saya dengar, tadi di sekolah Chenle sama Jisung kena hukuman ya bu?"
"...... "
"Oh begitu ya bu. Terimakasih bu atas waktunya. Maaf kalo misalnya saya mengganggu."
"......."
"Baik bu selamat sore kembali."
Setelah mengakhiri telpon itu, Mark langsung menatap kembali kearah Chenle dan Jisung dengan pandangan yang sulit terbaca.
"Hayoloh udah gede ternyata kalian tuh. Udah bisa main tonjok-tonjokan segala." Ucap Mark sambil mengusak rambut Chenle dan Jisung sedangkan yang lainnya langsung melongo tak percaya.
"Shit. Anak manja kaya mereka bisa main tonjok-tonjokan?"
"Chan bahasanya ya." tegur Jef.
"Jadi mereka berantem kak Mark?" tanya Jeno.
"Ya gitu deh."
Jef terkekeh geli sebagai tanggapan ke arah Chenle sama Jisung.
"Kalian gak marah?" tanya Chenle ragu-ragu sambil menatap saudara-saudaranya bergantian.
"Kalo gue sih yes." sahut Haechan
"Dua-in." sambung Renjun.
"Tiga-in." -Jeno.
"Empat-in." -Jaemin.
"Ngikut wae dah lu pada." komen Haechan kepada kembaran-kembarannya.
"Kan kita kembar Chan." Jawab Jaemin.
"Harus gitu?"
"Ya haruslah. Harus kompak." sela Renjun.
"Iya in jangan Nong?" Haechan melirik ke arah Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings Attack (NCT)
Fiksi PenggemarIni adalah kisah random dari keluarga berencana bunda Raisa and the geng alias para buntutnya alias anak-anaknya yang bejibun. "Harta yang paling berharga adalah keluargaa." "Malika yang dibesarkan oleh bunda seperti anak sendiri adalah Mas Echan."...