Ayo judulnya apa?🤔

27 5 2
                                    


ANNYONG HASEYO  absen dulu yuk!!
Nama kalian?
Asal daerah?
Umur?
Love you  yang sudah absen.😍

⚠️
Chapter ini khusus author pov.

Sepasang remaja yang masih mengenakan seragam itu tampak sangat bahagia dan sesekali anak laki-lakinya meringis karena cubitan yang dilayangkan si wanita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang remaja yang masih mengenakan seragam itu tampak sangat bahagia dan sesekali anak laki-lakinya meringis karena cubitan yang dilayangkan si wanita. Ya, Nara dan Nandez masih setia membolos jam pelajaran, lalu lebih memilih mengelilingi taman yang cukup sepi.

"Nar? "
panggil anak laki-laki itu seraya menatap mata hazel milik lawan bicaranya.

"Kenawhy dah lu? "

"Maaf ya,  maaf. "
Nandez semakin memperdalam tatapannya  membuat sang wanita mengernyit heran.  Entah apa yang wanita itu pikirkan,  Nandez pun tak tahu.

"Jangan bikin canggung dong, yuk jalan lagi. "
Nara menggamit lengan kekar Nandez, lalu menggandengnya seraya kembali berjalan mengitari taman. Sedangkan Nandez hanya tersenyum dan menerima perlakuan manis gadis kecil itu.

"Sungguh jika boleh aku ingin terus seperti ini bersamamu, "
batin Nandez.

"Nar, duduk dulu yuk,  tuh di situ  aja ada tukang rujak."
Nandez menunjuk pohon beringin yang sangat besar dengan akar-akar yang menggelantung lebat,  tidak ketinggalan juga ada tukang rujak di bawahnya.

"Yuk, gue belum pernah makan rujak di bawah pohon."

.
.
.
.
.

"Pakde,  rujaknya seporsi buahnya campur."

"Siap,  Mas Nandez."

Jangan terkejut bagaimana tukang rujak itu mengenal Nandez,  Nandez adalah orang yang suka pedas salah satunya rujak dan  Pakde Uriplah langganannya.  Maka dari itu Pakde Urip mengenal Nandez yang selalu datang akhir pekan dan sesekali membantunya berjualan rujak.

"Mas Nandez, wes punyo pacar yo?"
Tanya pakde setelah meletakan satu porsi rujak + sambelnya. Nara tidak ambil pusing dengan ucapan pakde, dirinya malah asik memakan rujak hingga sambal berceceran di sekeliling mulutnya. Sanggat mengemaskan.

"Bukan pakde, cuma teman."

"Yoweslah pakde balik layani pelanggan,  cah ayu  dihabiskan rujaknya."

"Iya pakde, rujaknya mantap betul."

"Lu udah gede,  tapi makan kayak  anak kecil tau gak?"

Carbonara[Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang