11. DESIRAN YANG SESUNGGUHNYA

211 11 7
                                    

HAPPY READING!!

11. Desiran yang sesungguhnya

Pagi ini Aurora tiba lebih awal di sekolah. Hari ini ia mengenakan pakaian olahraga terkait perlombaan pekan tahunan SMA JUANDA yang dimulai hari ini.

"Ra!"

Aurora menengok ke belakang melihat siapa yang memanggilnya dari kejauhan. Rupanya Reynand berlari kecil menghampirinya.

"pagi banget berangkatnya." kata Reynand menyejajarkan langkahnya dengan Aurora.

"masih banyak yang harus disiapin soalnya Rey." jawab Aurora sembari menunuukkan beberapa barang untuk perlengkapan di stan bazar kelasnya.

Reynand hanya mengangguk paham sebagai jawaban.

"btw,kita jadi nyanyi besok pensi?" tanya Aurora pada Reynand.

"Arion gak marah?"

"nggak kok,kemarin dia ngaku salah. Mungkin kemarin dia juga lagi emosi jadi jatuhnya marah-marah." jawab Aurora,mengira.

"sebenernya udah ada Resha sih yang ngajuin diri. Apa mau gue batalin si Resha?" tanya Reynand memberi pilihan.

"gausah deh,bagus dong kalo Resha yang maju. Dia berbakat banget." puji Aurora.

"owh,yaudah. Btw,mau dianter sampe kelas?" tanya Reynand.

"gue bukan anak kecil kali,duluan."

"hati-hati." ujar Reynand mengacak singkat rambut Aurora.

______________________________________

Pagi ini seluruh anggota REGOS beserta inti-intinya datang pagi pagi buta. Mereka tiba sekitar pukul setengah enam pagi untuk memasang banner kebanggaan mereka.

Memang setiap stan diperbolehkan memasang banner. Dan tentu saja banner milik kelas 12 IPS 3 adalah yang paling mencolok. Karena banner tersebut didesain khusus oleh Gavin selaku pengurus kelas.

Namun banner yang ini tak mengalahkan citra dari banner jumbo kebanggaan REGOS.

Bagas tersenyum cerah. "udah lama gak masang begini. Adem gitu liatnya."

"berasa penguasa sekolah gue." ujar Aldi tak kalah antusias.

"SARAPAN DULU WOY!" teriak Arion meletakkan beberapa kantong kresek berisi bubur ayam buatan bu Gendhis.

"ASIAPP!" jawab Bagas dan Aldi bersamaan.

"sering-sering gini bang,biar badan gue makmur." ujar Bara membuka buburnya.

"badan segede jaban gitu,masih minta dimakmurin. Gaada akhlaq emang!" sahur Arjuna membuat seluruh anggota tertawa.

"Rai,barang yang mau dijual di stan kita udah lo siapin kan?" tanya Arion.

"beres pokoknya." jawab Raiden mengacungkan jempolnya.

"siap-siap jadi model lo Vin." ujar Aldi tertawa.

"modelnya Galang bukan gue." jawab Raiden melahap buburnya.

"woahh,udah ganti pipel ternyata." sahut Bagas.

"yaiyalah,kalo tiap taun begitu ntar bebeb Alena ngambekk." ucap Arion membuat Bagas tertawa ngakak.

"berisik lo pada!" tajam Gavin dengan raut wajah masam.

Memang sudah dua tahun berturut-turu Gavin selalu menjadi model stan mereka agar laku. Pasalnya mereka banyak menjual barang unfaedah. Contohnya saja sekarang,mereka menjual kaos kaki warna warni. Bagi siapa yang membeli,imbalannya adalah berfoto dengan sang model.

A R I O N [SLOWUPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang