"Biarkan aku bersinar didalam siksaan, bermain diantara ilalang, bersembunyi dibalik gersang, dan mencinta ditengah kesakitan."
Teruntuk Choi Yeonjun-ku.
Halo, cintaku.
Disini Beomgyu-mu.Saat ini, aku sedang memikirkanmu.
Aku sangat rindu padamu.Kamu ingat ketika memberiku setangkai bunga putih yang aku tak tahu apa jenisnya? Kamu bilang, "Aku mengambilnya di lereng gunung ketika mendaki. Cukup tinggi loh, tapi aku tidak pulang sambil menangis." Terus terang, aku tertawa ketika mendengarnya.
Jika kamu mampir lagi ke rumah kita, lihat ke kiri dari pintu depan, kamu pasti masih akan melihat bunga itu yang belum mengering (tidak tahu lagi kalau besok ternyata sudah kering).
Sebenarnya aku masih sedikit bingung, posisi mana yang tepat meletakkannya. Kalau ingin terkena matahari, ya menurutku lebih indah diatas meja makan. Tetapi jika itu kamu, kamu pasti akan menyuruhku meletakkannya diatas meja ruang tamu agar bisa dilihat teman-temanmu yang kadang berkunjung.
Jadi, demi kamu, aku akan memindahkannya diatas meja ruang tamu.
Jujur saja, aku ingin makan masakanmu. Beberapa hari ini, aku terus-terusan masak dan makan sendirian. Rumah jadi terasa sepi.
Walau sebenarnya kan, akulah yang harusnya memasakkanmu. Namun siapa yang akan mengoreksi? Aku rindu masakan suamiku.
Kalau kita sedang ada waktu senggang nanti, ayo diskusikan liburan pendek selama tiga sampai empat hari. Hanya sebagai stress reliver saja kok, aku sama sekali tidak memaksa.
Aku paham sekali tentang konsep "Bekerja dengan konsisten akan membuat hidup kita tenang nantinya." yang terus-terusan kamu ucapkan kepadaku, bahkan ketika kita belum menikah. Awalnya aku menganggap itu hanya visi-mu ketika berumah tangga. Tapi ternyata jauh lebih dari itu.
Kamu benar-benar melakukannya waktu kita baru saja menikah. Kebetulan kamu cepat mendapat pekerjaan yang tetap, aku turut senang untukmu.
Ketika satu-dua minggu kamu pergi pagi dan pulang malam, aku masih tak kesepian sama sekali. Justru malah seperti menghidupi jiwa lajangku kembali karena kebebasan yang kamu berikan.
Teman temanku banyak yang envy kepadaku jika aku mulai bercerita tentang kamu yang hanya fokus berkerja demi diriku dan si kecil yang tumbuh perlahan di perutku. Mereka bilang, aku beruntung bisa menikahi pria yang bersungguh-sungguh. Tapi kalau kataku, aku beruntung bisa menikahi Choi Yeonjun.
Setelah sebulan kamu terus berkerja pagi hingga malam, hanya tertidur seharian setiap hari minggu dimana itu satu-satunya hari kita bisa mengabiskan waktu bersama. Jujur, aku terkadang jengkel.
Tapi aku tahu benar kalau kamu melakukan rutinitas berat setiap minggunya itu agar; bisa makan enak ketika sudah pensiun, anak-anak sudah besar semua, masa depan sudah jelas, dan alasan lainnya. Aku mengerti, aku mengerti.
Sekitar dua hari yang lalu, waktu aku menangis dan menjelaskan beberapa hal dari "Mengapa Choi Beomgyu ingin kerja juga untuk membantu suaminya." tapi kamu tak perduli, menolak keras ide yang ku berikan.
Konsep Suami Yang Bekerja sama sekali tidak cocok disini, aku juga laki-laki, sama persis denganmu. Tapi mengapa kamu tak pernah mengizinkanku membantu keuangan kita?
Apa karena kamu menganggapku sebagai pasangan yang lemah? Tak cukup membantu, dan malah menyusahkan, begitu?
Aku cinta padamu, dan atas dasar itulah aku ingin membantumu. Kalau alasannya adalah "Kamu sedang mengandung, seharusnya kamu tidak boleh kelelahan." kuulangi, kerja ku bukan menjadi kuli bangunan yang harus mengangkat batu-batu besar dari dinding sini ke seberang sana. Aku bahkan sudah coba meng-apply beberapa pekerjaan tanpa tenaga seperti sebagai administrator atau resepsionis.
No use, karena kamu masih menolak.
Sudahlah, yang sudah lewat biarkan terlewat. Aku masih mencintaimu kok.
Oh ya, mengenai si kecil? Dia sudah membuat perutku lebih buncit sekarang. Jalan saja rasanya sudah berat, apalagi ketika aku mau tidur, dia sering menendang keras sekali. Mungkin dia juga rindu padamu.
Ini sudah bulan ke delapan, sayang sekali kamu tak bisa mendampingiku ketika melahirkannya ke dunia. Tenang saja, aku kuat kok, bahkan lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Buktinya, aku langsung menolak ketika kakakku, kak Seokjin mengajakku untuk tinggal dengan keluarganya saja.
Aku tak mau menyusahkan lebih banyak orang lagi setelah apa yang kita berdua lewati, bukan?
Nama untuk si kecil yang kamu berikan padaku lewat chat lalu sudah ku baca-baca kok, dan aku sudah memutuskan nama yang terbaik.
Choi Yoojun. Bagus kan? Kalau salah-salah mendengar, nama Choi Yoojun akan terdengar menjadi Choi Yeonjun. Kamu akan menyukainya.
Adikmu, Taehyun selalu mengunjungiku akhir-akhir ini. Dia menemaniku terus, sampai aku tidak enak hati padanya. Dia juga selalu menolak jika kusuruh pulang saja, karena aku tak perlu ditemani.
Dan Taehyun juga eomma dan appa akan menemaniku ke rumah sakit jika sudah saatnya Yoojun lahir.
Aku ingin kamu menemaniku saat lahiran, menggengam tanganku, berucap kalimat-kalimat penenang ketika aku sedang bersusah payah nanti.
Tapi memang mau bagaimana lagi? Kamu sudah berbahagia jauh disisi-Nya.
Kalau mengenai waktu, mau aku memohon sambil meraung-raung agar diulang kembali juga tidak akan dikabulkan. Yang jelas, tujuan utamaku sekarang adalah fokus untuk melupakanmu.
Sudah banyak orang-orang yang menyarankanku untuk menikah lagi, termasuk Taehyun yang katanya ia ikut sedih setiap melihatku mengigau memanggil namamu ketika tidur. Namun, tidak mungkin. Pasangan macam apa aku yang langsung menikah lagi ketika suaminya baru saja pergi walau dengan embel-embel "Agar cepat melupakan masa lalu, dan bisa berbahagia di masa yang akan datang." Tapi aku rasa, aku dan Yoojun berdua saja sudah cukup. Tak perlu ada orang lain yang Yoojun panggil dengan sebutan "appa" selain dirimu. Dan tak perlu ada orang lain yang bisa memelukku seperti caramu.
Satu lagi Pekerjaan Rumah untuk Yoojun yang perlu kuajarkan. Tentang menerima buruknya kenyataan, tentang perasaan cinta serta kasih sayang, dan juga tentang penyesalan dunia yang aku yakin kamu masih memilikinya hingga sekarang.
Aku yakin kamu menyesal dengan meninggalkanku bekerja siang malam begitu, dengan memikirkan masa depan yang tenang. Padahal, kamu sendiri yang pergi meninggalkanku lebih dulu.
Asal kamu tahu, aku menangis di kasur setiap melihat di sebelahku yang seharusnya ada kamu tertidur lelap di sana.
Atau ketika aku terbangun di tengah malam dan tak merasakan lenganmu yang biasanya memelukku sampai pagi.
Tetapi kembali lagi seperti di atas, dengan pertanyaan; Mau sampai kapan?
Mau sampai kapan aku menyusahkan keluargaku, juga keluargamu? Mau sampai kapan aku bangun dari tidurku dengan mata yang membengkak karena menangis sepanjang malam memikirkanmu? Mau sampai kapan aku mengharapkan kamu pulang dari kantor di malam hari, membawa briefcase hitam khas-mu, mengecup bibirku sekilas pertanda Selamat Datang?
Jawaban dari semua pertanyaan itu hanya bisa aku jawab sendiri. Inilah saatnya aku melupakan kehadiranmu. Jangan khawatir, rupa-mu akan senantiasa menetap di hatiku, dan aku akan selalu menceritakan kisah-kisah lucumu kepada Yoojun.
Intinya ya begitu. Aku senang bisa berbicara lagi denganmu melalui surat ini. Dengan berbicara denganmu, aku tak lagi menangis di malam hari kok, kamu bisa mempercayaiku untuk yang satu ini.
Selamat tinggal untuk kedua kalinya, aku mencintaimu. Selalu.
Choi Beomgyu-mu.
– end –
hehe, jadi ini ceritanya saya lagi baper banget sama yeongyu. jadi tiba-tiba bikin aja book oneshot kaya gini.
maafkan tangan saya yang sedang gatal ini ya, jangan lupa vote dan comment! terima kasih dukungannya!
see u!
║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║
║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║
© coraveo, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Moments Of Rhapsody | All TXT Pairing
RomanceCerita drables. Yeongyu, yeongyu, yeongyu, soogyu, sookai, sootae, taegyu, tyunning, yeontae, dan lainnya. Tomorrow X Together oneshots in drable. starring: Choi Soobin, Choi Yeonjun, Choi Beomgyu, Kang Taehyun, Huening Kai - coraveo 2020 -