Ingatan 10.
"I guess that's just part of loving people: You have to give things up. Sometimes you even have to give them up."
― Lauren Oliver.
Ardan → "Ardaaan!", Adik yang gak punya mimpi.
❀❀❀❀
ARDAN
Buat orang bangkotan berumur 25 tahun, harusnya yang gue takutin adalah kalau bokek gak punya duit, atau mungkin takut dijahatin orang terdekat gue. Orang seumur gue biasanya lebih takut cepet mati dan gak punya kesempatan untuk nikmatin hari-hari, atau juga mungkin takut gak punya jodoh.
Tapi sampai detik ini, di umur gue yang udah 25 tahun, gue masih takut banget duduk satu meja, makan bareng Bokap.
"Apa kabar kamu?"
Satu-satunya yang menghubungkan gue dengan Bokap adalah semua pesan Whatsapp gue yang gak pernah dibalas.
Dia lebih banyak mendapat kabar tentang gue dari Bi Mumu yang memang udah bekerja buat keluarga kami dari gue masih berumur 5 tahun. Selebihnya, dia gak akan menanyakan kabar gue pada Dion karena mereka bukan tipikal anak-bapak yang akan bicarain masalah personal dan keluarga ketika ketemu. They are more like business partner instead of family.
"Baik," nafsu makan gue hilang karena rasa takut ini masih sama seperti bertahun-tahun dulu. "Papa?" gue takut tiba-tiba dia akan memukul meja keras dan meneriaki gue tolol, atau melempar piring makannya sampai bunyi kegaduhan bisa terdengar dari pagar depan rumah.
"Saya selalu baik," gue jadi teringat kalau ini bukan rumah kami. Melainkan kondomium Papa yang baru.
"Tante sempat lihat poster showcase pertama kamu di Jakarta. Sekarang band kamu itu udah terkenal ya, apa namanya?"
Tentu bukan Bokap. Dia gak pernah tertarik sama kehidupan gue, apalagi soal musik. Bisa gue pastikan dia juga gak tertarik untuk makan satu meja lagi dengan gue, jadi gue agak heran dengan pertemuan ini.
"Demero."
"Ah ya, ya. Hebat juga ya, band bisa tur keliling kota begitu."
"Lebih banyak band besar yang tur sampai luar negeri," Bokap menambahkan dan gue gak punya keberanian cukup, bahkan untuk tersinggung.
Gue setakut itu sama dia.
Dan gak ada yang bisa mengurangi rasa takut ini termasuk umur gue yang udah semakin dewasa.
"Saya langsung saja."
Gue juga gak mau lama-lama dengan perasaan gak enak kayak gini.
Dan gue mendapati Bokap mengeluarkan secarik kertas yang rupanya udah dia siapkan di atas bangku kayu sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layak Diingat
General Fiction(SELESAI) Karena ada yang layak diingat, meski banyak yang patah di sebuah rumah. Bagian dari Loversation untuk Ardan.