❄️IX. Fail!

1.8K 158 28
                                    

"Tidak usah, ayah. Besok biar aku saja yang pulang."

Barangkali Jisoo hanya bisa mendengus tertahan ketika suara itu tetap menggema kekeuh tidak mau kalah, tetap memaksakan keinginan tanpa mendengar penjelasan Jisoo lebih lanjut.

Ayahnya menelepon. Katanya mau pulang, tapi bukan pulang ke rumah mereka yang biasa malah mau pulang ke apartemen Jisoo.


Bukan sekali dua kali. Jisoo selalu menolak, karena berpikir ia butuh ruang tersendiri tanpa ada satu orangpun tahu kalau bisa saja Jisoo menangis ketika pikirannya mulai kosong dan stok obat tidurnya habis hingga pada akhirnya Lisa menjadi teman bicaranya hingga tertidur pulas.


Jisoo hanya merasa tidak nyaman ketika area pribadi didatangi oleh orang lain. Namanya juga sudah 'pribadi' bukankah tidak lucu kalau ada orang lain yang kemari?


"Sesekali biarkanlah ayah menginap di apartemenmu. Ayah kan tidak pernah menginap di sana."


"Biar aku saja yang pulang, ayah." Sebuah rasa geram tiba-tiba menyergap. "Lagipula di rumah tidak ada ibu. Ibu di rumah sakit, kan? Lalu kenapa mau ke apartemenku?"


"Lalu apa ayah tidak boleh melihat keadaan anak ayah di apartemennya?"


Jisoo sangat ingin berucap kata 'tidak' dengan lantang. Menyuarakan yang seharusnya dari dulu ia suarakan. Bukan hanya diam dan menjadi gadis penurut yang menyaksikan bagaimana orangtua bercerai di depan mata yang bahkan dengan seenak jidat saling berteriak berebut hak asuh Jisoo waktu remaja.



Namun hingga saat ini sama saja. Jisoo tetap gadis pengecut yang bahkan tidak berani berucap 'tidak' dengan nada tinggi. Hingga ia memilih untuk memutus sambungan telepon secara sepihak, dan Jisoo berharap kalau ayah mengerti penolakan halus yang Jisoo berikan.


Pening tiba-tiba menyambar, padahal sebentar lagi ia harus berangkat kerja shift malam. Tidak baik kalau menyetir sendirian. Lagipula Jisoo tidak berani memaksakan diri untuk menyetir ke rumah sakit.


Apa panggil taksi, saja? Ah tidak, itu tidak bagus. Jisoo tidak pernah suka semobil sendirian dengan orang lain kecuali naik kendaraan umum yang ramai.


Bawa motor? Jisoo bahkan tidak punya SIM kendaraan bermotor. Lagipula naik motor apa bedanya dengan naik mobil?


Naik bus? Jisoo takut tak keburu, jam shift siang hampir selesai. Ia tidak boleh terlambat barang semenit pun.


Minta jemput? Jisoo hanya tidak ingin merepotkan teman-teman untuk menjemput dan mengantar kerja


Bolos kerja? Jangan bercanda! Baru saja kemarin ia tidak bekerja, masa harus tidak kerja lagi?


Kenapa hidup Jisoo selalu serba salah begini?


"Huh? Jadi harus pesan taksi?"


Jisoo sebenarnya tidak punya pilihan lain. Apalagi rasa pening itu semakin menusuk, ia hanya takut tidak konsentrasi mengendarai mobil nanti.


Meskipun pada akhirnya Jisoo di sini, di dalam mobil dengan aroma jeruk yang cukup menyengat karena ia lupa mematikan semprotan pengharum mobil otomatis tersebut.


Alhasil, Jisoo langsung keluar dan menahan rasa mual karena aroma jeruk yang terlalu menyengat.


"Oh? Jisoo noona?"


Jisoo lantas menoleh kendati mendapati seorang cowok dengan tampang dingin berdiri sembari melipat tangan di depan dada tepat di belakangnya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Love Story: To(get)HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang