Hampir Celaka

12 1 0
                                    

Setelah semalam aku melakukan hal aneh itu, aku dikejutkan lagi dengan datangnya saudara-saudaraku. Ternyataereka ikut kerumahku bersama orang tua ku.

Dio dan Hana. Mereka berdua sepupuku yang seumuran denganku. Usia Hana setahun lebih tua dariku. Dan Dio seumuran denganku. Mereka berencana menginap dirumahku beberapa hari. Yah, untuk ukuran anak pejabat, mereka akan mudah untuk mendapatkan hari libur mereka. Mereka pun seperti,

"Hey yo, molor terossss..", kata Hana.

Dan Dio seperti,

"Dim, bisalah kita nonton malam ini", ucapnya.

Aku yang baru bangun langsung seperti,

"Wah, Kak Hana, kalian kesini", ucapku.

"Semalam baru saja aku mengabiskan satu film", balasku ke Dio.

Dio membalas seperti, "Baiklah bangun dulu, ayo kita menonton sekarang! kali inj harus seharian nonton!".

"Bagaimana ini, aku tidak akan menurutimu haha", balasku.

Disela-sela percakapanku, Kak Hana tiba-tiba berkata,

"Eh, Eh.. bau apa ini? sepertinya bangkai busuk? Hey Dimas, apa kau tidak membersihkan kamarmu ini? ahhh anak cowok memang selalu seperti ini..", Kata kak Hana.

Aku pun panik dan hanya membalas, "Entahlah, banyak hal terjadi akhir-akhir ini hugfttt..."

"Yasudahlah, aku akan mandi dulu dan ingat! aku sekolah dulu, aku tidak seperti kalian! haha", ejekku.

"Seperti kami apa maksudmu! sana pergi, kami akan menonton sendiri! sekolah yang pintar yaaa....", ejek kak Hana.

~

Aku pun sekolah. Sekolah hingga sore, begitu melelahkan.

"Pulang sekolah harus meladeni mereka", gumamku.

Haha, tidak, bercanda. Setelah sampai rumah, aku bersih-bersih dan mereka berdua langsung seperti,

"Hey cepatlah! ayo cepat!"

~

"Selesai sudah! saatnya bersenang-senang!", teriakku.

"Apa film yang akan kita putar kali ini?", tanya Dio.

"Horor!", teriak Kak Hana.

"Bagaimana dengan psikopat?", tanyaku.

"Pilihan Bagus! Ayo!", balas Dio.

Setelah hampir ditengah film, kak Hana kembali nyeletuk,

"Aduh filmnya bagus, sayang sekali aroma bangkai itu mengganggu, sangat mengganggu!", nyinyir kak Hana.

"Ah benar, akan kuambilkan Semprotan pengahrum ruangan dulu, hentikan dulu filmnya!", balasku.

Setelah mengambilkan penyemprot pengharum ruangan itu, kami menyelesaikan film tersebut dan menyudahinya. Malam itu pun berakhir.

~

Sampai malam itu, mereka masih belum curiga denganku. Mereka hanya sekedar terganggu karena bau tulang itu. Entah mengapa aku tidak mencium bau itu. Dan entah mengapa, kejadian-kejadian di malam sebelumnya juga tak datang lagi. Kejadian surat itu juga hanya berakhir begitu saja. Aku tidak mengerti.

~

Setelah kurasa mereka terlelap dalam tidurnya, aku pergi untuk menyingkirkan tulang-tulang itu. Aku berencana untuk menyimpannya dilain tempat, karena jika di kotak sampah ibuku akan mengecek dan mengetahuinya. Tentu saja, aku tidak ingin semua pertanyaan menyudutkan ku.

Aku bingung, harus ku kemanakan ini? Jalan terakhir, gudang. Aku pergi ke gudang dan menaruh box tulang tersebut di dalamnya. Kemudian aku pun kembali. Namun, ternyata Ibuku membuntuti ku dan seperti,

"Dim, Dimas? apakah kau tidur berjalan?", tanyanya.

Akupun langsung menjawab,

"Ah, tidak kok. Ah benarkah?", jawabku berpura-pura.

"Aduh anak ini, sudahlah kembali ke kamarmu segera", ucap ibuku.

"ahh baiklah..", ucapku dengan berakting mengantuk.

"Huhfttt... untung saja..", pikirku.

Malam ini pun berhasil kutuntaskan. Dan berakhir seperti itulah..

# Beri komentar, kritik, dan saran kepada penulis supaya lebih baik kedepannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GeheimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang