Café internet tak jauh dari kampus membutuhkan jalan kaki hanya 5 menit, Zaneta meletakkan tiga tumpukan buku di samping meja komputer, jemarinya mulai menekan tombol on pada cpu, meninggalkan sejenak dari kursi computer, dan kembali membawa segelas kopi ditangan kanannya. Ia mulai mengetik dan menempelkan headphone di telinganya.
Tak begitu ramai seperti biasanya, gangguan suara hanya bersumber dari beberapa orang yang membunyikan papan keyboard meraka. Tempat ini sangat membantu para mahasiswa yang tak punya fasilitas internet ataupun yang ingin menggunakan, pemilik café internet membuka tokonya beroperasi selama 24 jam, tersedia layanan sewa seharian dan ruangan vip bagi mereka yang tak sayang uang hanya untuk menggunakan tempat ini.
Gadis itu bangkit dari bangkunya dan membereskan tiga buku yang tadi ia bawa karena usai ia gunakan dan tampak sedikit terbuka semua lembaran pada disetiap buku. Neta mengangkat tas nya dari kursi dan berjalanan meninggalkan café internet. Ia mengerjakan sedikit arsip yang diperlukan untuk memenuhi berkas beasiswa yang kurang lengkap, arsip ini untuk kebutuhan dirinya, hanya untuk mengkoreksi rekapan yang pernah Zaneta ketik sebelumnya.
dalam perjalanannya, ia melihat sekilas dari balik kaca jendela busway, ada sedikit kerumunan yang melingkari mobil yang terparkir di pinggir jalan. Di antara mereka yang paling jelas dari pandangan Zaneta hanyalah seorang pria bertubuh jangkung sedang memakai masker dan jemarinya bergerak untuk melepaskan kacamata yang ia gunakan. Gadis itu berpikir ini hanyalah sebuah pemandangan biasa yang berada di pinggir jalan pada umumnya.
Lima belas menit berlalu, Zaneta sampai di depan rumah dan melihat kakek sedang mengukir kayu yang baru dipahatnya, melihat hal tersebut, gadis itu menghampiri keberadaan sang kakek, ia memeluknya dari belakang.
"hai kek, Neta pulang", dengan nada ceria kedua tangannya mengalungi leher kakek.
"eh.. ya sudah sana bersih diri dulu, awannya sudah mau gelap, sebentar lagi kakek juga masuk" nasihatnya sambal memandangi langit.
Zaneta mengangguk dan bergegas untuk masuk terlebih dulu menuruti perintah sang kakek. Ia meletakan tas dan tumpukan buku yang ia bawa di atas meja belajar lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih diri.
Baju tidur yang ia kenakan membuatnya nyaman untuk mengakhiri hari kesibukannya kembali menjadi pelajar setelah berhenti satu tahun tak melanjutkan pendidikan. Ia merasa senang bisa merasakannya kembali, sesekali gadis itu membayangkan betapa beruntungnya dia. Ia menikmati lelahnya hari pertama dengan mengerjapkan mata dibawah balutan selimut. "Good night", Ucapnya dalam hati.
Kakek pernah berpesan dengan gadis kesayangannnya yang ia rawat dari bayi di tengah kondisi bergemuruh untuk menjadi gadis yang tangguh. Kakek tak pernah menyangka ia dapat merawatnya hingga sekarang, yang ia pegang hanyalah titipan dari buah hati nya. Lama tak bertemu, kakek rindu dengan kebersamaan waktu orang tua Zaneta masih kecil. Bayangan itu sesekali hadir di dalam mimpi kakek, ia hanya berdoa agar semuanya baik-baik saja dan berjalan mengikuti arusnya.
selamat malam semua ʕ•ᴥ•ʔ hai, aku berkesempatan untuk menulis part selanjutnya malam ini, jangan lupa kritik dan sarannya yah.. agar cerita selanjutnya bisa lebih baik (^ . ^)
jangan lupa vote dan comment ya, aku butuh dukungan kalian seberapa banyakkah dukungan untuk cerita ini?? //// selamat membaca////
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Secret
Teen Fictionkasta menjadi suatu penghalang akan datangnya kebahagiaan cinta bukanlah yang terbaik, melainkan bagi gadis itu adalah hal terburuk Yang pernah ada dalam hidupnya walau waktu terus berjalan... hambatan berjalan lebih kencang meski tak nampak di mat...