Kado terindah

5 1 0
                                    


Good morning, ia menekan tombol smartphone yang berada di samping bantalnya dan settingan layar seketika berubah mengucapkan ucapan selamat pagi.

Gadis itu membuka tirai jendela dengan terburu-buru. Bangunan mewah dengan desain kamar elegant terpasang foto Aimee di bagian dinding belakang tempat tidurnya. Ia mengambil tas dan buru-buru menuruni anak tangga. Tak sempat melihat sekeliling, ia langsung menuju nakas yang letaknya di sudut ruangan tengah untuk mengambil kunci mobil yang diletakkan pada laci pertama. Aila melihat anak semata wayangnya bingung, pusing melihat gadis yang kini tengah mengenakan atasan kemeja apricot dan bawahan jeans.

"stop mee! Pusing ibu lihatnya, sarapan dulu sini", ucap Aila sembari mengesampingkan rotinya

Aimee menengok ke sumber suara, "hmm, tumben ibu masih di rumah?" wajah Aimee terkejut melihat Aila yang masih bersantai menikmati selembar roti di meja makan. Kini waktu menunjukkan pukul enam pagi, biasanya pemandangan yang gadis itu lihat adalah ruangan kosong tanpa penghuni dan hanya bibi nya yang sedang membersihkan rumah.

"lihat! Kamu mau keluar pakai sandal rumah?, ibu masih dua jam lagi masuknya hari ini, yuk makan dulu sama ibu sini"

"ahh.. tidak bisa bu, Aime ada kelas pagi hari ini. hm.. lain kali makan sama ibu, bye bye. Eh, Aimee ganti sepatu dulu, bye bye", kikuk dibuat pemandangan langkah kali ini, gadis itu menjawab dengan ekspresi bingung sekaligus terburu-buru alhasil kata yang terucap terdengar patah-patah, ia pamit dan segera menancap gas menuju Lintang University.

-----

Leher Zaneta sedikit pegal, ia pun mengusap tengkuknya perlahan, sepertinya ada yang salah dengan posisi tidurnya semalam. Hari ini dosen yang mengajar sedikit lebih serius dari pada hari pertama, ia harus mendengarkan betul agar tak sia-sia memperjuangkan kembali ke dunia pendidikan ini. Ia tak sedikitpun melewatkan catatan yang pengajar berikan.

Seperti biasa, kondisi perpustakaan selalu senyap, gadis itu sangat menyukai kondisi seperti ini. ia berkeliling ke setiap rak buku untuk mencari buku yang ia perlukan. Gadis itu duduk di bangku dekat jendela perpustakaan, terlihat mahasiswa yang berlalu lalang di balik kaca jendela yang transparan. Saat ia sedang santai membaca buku, tas Zaneta terjatuh di samping kursi yang diduduki, ia langsung mengambil tasnya kembali dan terkejut ada tangan seoarang pria yang menyodorkan dompet milik gadis itu yang ikut terjatuh terpisah dengan tas nya. Kepala Neta melihat ke sumber pemberi pertolongan itu, ia melihat paras wajah sosok laki-laki itu bingung, tatanan rambut rapih, wangi, setelan baju kuliah yang cocok dengan kulitnya, dan tas yang dikalungkan di salah satu lengan tangannya. Neta tersenyum bingung dan berterimakasih kepada pria itu.

"Solo"

Neta bingung dengan yang pria itu katakan, raut wajahnya yang dimiringkan sedikit dengan dompet yang kini sudah beralih ke tangan gadis itu. Tak lama, pria itu pergi mencari tempat duduk di bangku lain, di shaff di samping meja gadis itu. Neta tampak kebingungan dan kembali membaca buku yang telah ia pilih dari rak buku.

Terik matahari bergeser menjadi berawan, waktu sudah menuju pada sore hari, gadis itu menaiki busway di halte bus yang sama dengan kemarin. Ia turun di halte dekat rumahnya. Berjalan memasuki jalanan yang tak telalu luas, cukup untuk menampung satu mobil dan satu motor saat saling jalan bersamaan. Zaneta melihat halaman depan rumah nya, seperti tidak ada kakek di situ, ia memasuki rumahnya dengan melihat ke setiap sudut ruangan mencari keberadaan kakek,

"kek, Neta pulang, Kakek dimana?" , gadis itu berucap pelan berjalan mengikuti pandangannya

Hening, tak ada suara yang menjawab pertanyaan gadis itu

"Neta! Cucu kakek tersayang, selamat ulang tahun", ucap kakek yang muncul dari balik pintu kamar. Ia membawakan piring berisikan satu iris roti tar yang diberi lilin di atasnya dan memegang sebuah kotak kecil di tangan kirinya.

Neta tersenyum sembari tak percaya bahwa kakeknya ingat tanggal lahirnya. Melihat kakeknya yang tiba-tiba memberi kejutan, hari ini tanggal tujuh maret tahun dua ribu lima belas, gadis itu genap berusia 19 tahun. Kakek juga sosok ayah yang ia anggap sebagai orang tua kandungnya sendiri. Hari ini, ia dikejutkan oleh dua orang pria di hari ulang tahunnya. Entah, pikirannya sangat senang melihat kejadian tadi siang di perpustakaan ditambah dengan kejutan yang diberikan kakek untuknya.

Gadis itu tersenyum tulus dan meneteskan air mata haru bahagia melihat kakeknya yang sudah paruh baya ini masih mengingat hari kelahirannya. Ia meniup lilin yang berada di atas kue itu dan memeluk kakek. Kakek seikit meneteskan air mata haru bahagia ketika sang cucu memeluk. Kakek menyodorkan kotak hadiah itu kepada Zaneta. Ketika gadis itu membuka, ia terkejut melihat liontin yang tergeletak lemas di bantalan kecil di dalam kotak. Ia menerka kakek membelikan hadiah itu untuknya, ia membayangkan kakek susah payah mengumpulkan uang hanya untuk membeli liontin ini, dan belum lagi harus ke toko perhiasan berjalan sendirian, tapi gadis itu mencoba menghilangkan pikiran itu. Ia mengambil liontin itu dari dalam kotak.

"kakek, kakek beli liontin ini?"

Kakek tersenyum, "sudah saatnya kakek memberikan ini untuk mu sayang"

Mereka duduk di kursi tamu dan kakek mulai menjelaskan maksudnya memeberikan sebuah hadiah itu. Neta menaruh tasnya di atas meja dan menaruh sepiring kue tar di samping tasnya. Mereka berhadapan untuk membahas hadiah yang kakek berikan.

"kalung liontin itu merupakan barang terakhir yang kakek miliki dari ibu mu, sayang. Waktu dulu dimana kamu masih bayi, kota ini tak seindah sekarang, ada beberapa kerusuhan yang terjadi termasuk di kota ini. kami dipisahkan dengan adanya tragedi 19 tahun silam, kamu masih bayi baru lahir beberapa bulan. Kakek sayang sekali sama Neta. Sejak itu kakek berjanji akan menjaga kamu hingga kamu selesai pendidikan dan menjadi orang yang sukses. Kakek baru bisa cerita ini ke Neta sekarang. Dulu kakek selalu jawab pertanyaan kamu tentang ibu mu jika ibu Neta meninggal. Kemungkinan besar begitu, kakek tidak tau kelanjutan kisah nya bagaimana. Karena dulu kami sedang tak berada di satu rumah, ibu mu terpisah dari kakek karena dia sedang berada di tempat kerjanya"

Gadis itu mendengarkan dengan lembut perkataan kakek, ia melihat kakeknya mengatakan hal itu dengan ter senggal–senggal napasnya, sebenarnya ada banyak pertanyaan dibenak Zaneta, namun melihat kondisi sang kakek, ia jadi tak tega mengajaknya untuk melanjutkan bercerita. Gadis itu meneteskan air mata sambil sesekali melihat ke arah kakek dan kalung yang masih dipegangnya. Ia sangat sayang kepada kakeknya itu, ia menatap kakeknya yang kini sedang menghapus air mata yang mengalir pelan di pipinya, gadis itu mengatakan dalam hati bahwa ia akan terus menyayangi sang kakek, ia tak mau terjadi sesuatu hal buruk kepada kakek.

-----

Di gedung putih di sebuah rumah makan, keluarga Artaya berniat berkumpul menemui rekan bisnisnya, namun Aila tak bisa diganggu, ia harus segera menyelesaikan kasusnya malam ini, Aila pergi ke rumah client nya untuk membicarakan lebih lanjut tentang proses hukumnya. Kini hanya tersisa Arta dan Aimee, mereka duduk di meja vip dengan jumlah kursi untuk empat orang. Dua kursi itu diperuntukkan untuk rekan bisnis yang akan bertemu dengannya. Mereka sedang menunggu kehadiran kolega Artaya.

"ayah, seharusnya ibu ikut dengan kami, ibu selalu sibuk dengan pekerjaannya", Aimee merasakan kekurangan dalam hal berkumpul dalam keluarganya.

"nak, kamu harus paham dengan pekerjaan ibu mu!"

Tak lama rekan bisnis Artaya datang, mereka menghampiri meja makan yang telah dipesan Artaya dengan menggunakan setelan jas rapih membalut tubuh kedua pria yang sekarang sudah berdiri di depan Artaya dan Aimee. Mereka saling berjabat tangan.

"pak Artaya, selamat malam" ucap pria yang berhadapan dengan Artaya dengan menjabat tangan Artaya bergantian dengan Aimee

"selamat malam, saya Solo" ucap pria satu lagi di sebelahnya dan berjabat tangan bergantian.

hai hai semua :)) akhirnya part ini selesai, terimakasih yang sudah mampir ke cerita ini, semoga kalian diberi balasan atas kebaikan-kebaikan kalian (*^-^*)

jangan lupa vote dan comment ya, aku butuh dukungan kalian seberapa banyakkah dukungan untuk cerita ini?? //// selamat membaca////

Hidden SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang