Di sebuah gedung perkantoran, para pegawai Artaya sibuk mempersiapkan bahan untuk meeting sepuluh menit lagi. Suasana ruangan itu dipenuhi nada ketikan dari tiap masing-masing meja. Tak lama, Artaya masuk, lengkap membawa laptop ditangan kirinya bersama asisten yang menemani menuju ke ruang meeting. Semua pegawai terburu-buru mengikuti langkah Artaya sambil membawa berkas yang dibutuhkan untuk rapat.
Layar proyektor itu menyala dan seorang pegawai siap mempresentasikan hasil kerjanya di depan semua orang yang berada di ruangan itu. Ia menggeser ke layar berikutnya untuk memperkenalkan produk yang akan ia rekomendasikan untuk mengadakan kerjasama pada perusahaan Artaya.
"selamat pagi semuanya, saya akan memperkenalkan sebuah produk yang akan saya rekomendasikan untuk kolaborasi berikutnya pada perusahaan ini. Yang saya usulkan adalah sebuah ukiran kayu. Ukiran kayu ini dipahat langsung oleh seorang kakek yang tinggal di daerah bangunan rumah tua. Sudah seminggu ini saya memperhatikan bagaimana kakek itu mengukir setiap kayu nya dan melihat beberapa orang yang berdatangan ke rumahnya untuk membeli sebuah ukiran. Orang-orang yang datang pun tak hanya dari kalangan menengah kebawah, menengah atas pun ikut memesan ukiran kakek dan bahkan ketika di hari ketiga saya berkunjung ke rumah kakek, saya menemui satu pejabat yang tak lain adalah langganan kakek"
Pria itu menggeser ke tampilan layar berikutnya, ia memperlihatkan sebuah ukiran yang berada di halaman rumah kakek dan foto di sampingnya adalah foto ukiran dengan tampilan sama dengan yang berada di sebuah kantor kepresidenan.
"berikut merupakan hasil ukiran kakek, waktu saya mencoba untuk menanyakan kebenaran tentang ukiran yang sama dengan foto yang berada di sebuah kantor kepresidenan, kakek menjawab bahwa itu adalah ukiran yang beliau buat sekitar lima bulan yang lalu dan dibeli oleh pejabat langgananya tadi"
Melihat perusahaan Artaya adalah perusahaan yang bergerak dibidang furniture, ia mulai tertarik terhadap sebuah ukiran yang karyawannya presentasikan. Ia memainkan pena yang berada di tangannya sembari melihat ke depan.
Empat puluh lima menit sudah meeting berjalan lancar, Artaya menginstruksikan untuk mengakhiri sebuah rapat, "oke baik, meeting kali ini sampai sini dulu, saya tertarik pada ukiran yang dipresentasikan dan saya sudah mencatat untuk menjadi daftar kerjasama selanjutnya dengan perusahaaan kita. Baik, terimakasih atas waktunya, saya akhiri"
Artaya meninggalkan ruangan terlebih dahulu dan disusul satu-persatu karyawannya dengan membawa berkas presentasi mereka tadi.
Di ruangan bertuliskan 'Kepala' di papan yang ditempelkan di atas pintu masuk, Artaya tengah membicarakan lebih lanjut kepada asisten dan sekertarisnya mengenai ukiran kayu itu. Artaya meminta kepada sekertarisnya untuk membuat jadwal pertemuan dengan kakek sang pembuat ukiran.
"kamu kontak kakeknya sekalian minta janji untuk bisa bertemu"
-----
Suasana persidangan sangat kacau, pihak tersangka kekeh dengan keyakinannya dan membuat gaduh seisi ruangan. Aila melihat kasus yang baru saja ia tangani tentang perselingkuhan, melihat aksi di depannya membuat Aila muak. Memperlihatkan pembelaan yang dilakukan pihak tersangka yaitu yang menjadi simpanan suami klien membela kesalahan yang jelas-jelas tidak ada buktinya.
"pengacara Aila, saya sudah membayar anda sangat mahal, tolong laksanakan persidangan ini dengan baik" klien Aila membisikkan kalimat itu ke telinga Aila secara langsung, ia mengerjapkan matanya lalu mengangguk memberi isyarat tenang.
"tenang!" hakim mengetuk palu satu kali banyaknya untuk menenangkan suasana yang mulai gaduh
"Sesuai ketentuan Pasal 284 ayat (1) angka 1 huruf a KUHP yang berisi, Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya. setelah persidangan sebelumnya dan hari ini, terdakwah yaitu suami korban dan pelaku perselingkuhan terhadap suami korban, saya jatuhkan hukuman penjara selama sembilan bulan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Secret
Teen Fictionkasta menjadi suatu penghalang akan datangnya kebahagiaan cinta bukanlah yang terbaik, melainkan bagi gadis itu adalah hal terburuk Yang pernah ada dalam hidupnya walau waktu terus berjalan... hambatan berjalan lebih kencang meski tak nampak di mat...