Teriakan minta tolong dari penduduk sekitar membuatnya memejamkan mata, pening yang ia rasakan. Perabotan rumah yang keluar dari rumah mereka masing-masing, berantakan. Anak laki-laki itu melihat sosok pria tua di depan gerbang rumah yang sudah tak berbentuk lagi, pria tua itu sedang mendekap bayi di pelukannya, ia hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek selutut tanpa alas kaki, kusam, rasanya ingin berlari menuju pria tua itu.
Solo terbangun dari tidurnya, peluhnya nya mengucur bebas di area wajah, memegang kepala dengan satu tangan dan mengernyitkan dahinya. Mimpi itu terasa sangat dekat seperti mengingatkan peristiwa itu dalam hidupnya. Seketika ia teringat dengan pria tua itu, pria itu keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga meuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Ia berpikir siang ini akan mengunjungi kediaman pria tua yang terlewat di dalam mimpinya, sudah lama hampir tiga belas tahun ia tak berkomunikasi dengannya. Harapannya ia masih bisa bertemu kembali dengan pria yang sudah membantu membesarkan hingga usia dua belas tahun kala itu.
-----
Halaman rumah yang penuh lapisan kayu, Neta membersihkan serpihan kayu yang berada di halaman rumahnya. Ia tersenyum melihat sang kakek sedang memahat kayu dengan serius, ia tak berniat mengganggu kakeknya, hanya saja ia mau membersihkan bagian bawah tempat duduk kakek. Ada beberapa pahatan kayu yang kakek pahat seorang diri berjajar di sebelah kiri taman halaman rumahnya. Kakek rajin setiap hari menggunakan waktunya untuk memahat kayu-kayu yang berada di rumahnya. Dahulu, kakek seoarang pekerja seni, ia seorang pedagang yang menjual hasil seninya kepasaran untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, ia rajin mengukir kayu-kayu itu membentuk seperti pot bunga ataupun hiasan dinding.
"kakek, istirahat yuk, nanti kakek kecapek an", gadis itu memegang bahu kakek dengan lembut dari belakang
"kamu saja yang istirahat, kakek masih mau melanjutkan ukiran ini"
"kakek tidak mau ke taman mencari udara segar?, Neta temenin yuk" rayu gadis itu melihat keseharian kakek hanyalah mematung di depan kursi halaman rumah sambil mengukir kayu
"tidak ah, kakek lagi konsentrasi ini, kalau kamu perlu sesuatu untuk keluar, yasudah keluar saja, kakek tidak apa-apa di sini sendirian, sayang"
Awalnya gadis itu berniat membeli sesuatu di toko perempatan jalan menuju jalanan masuk ke rumahnya, ia tak mau kakek sepian dan berpikir akan mengajak kakek jalan-jalan di taman sekalian mampir mengunjungi toko permpatan jalan itu. Namun, kakek menolak ajakannya, ia pun tak berani memaksa tolakan kakek.
"ya sudah, Neta pergi sebentar keluar ya kek, kalau kakek capek kakek istirahat jangan dipaksakan" senyum Neta seraya berjalan meninggalkan rumah menuju tempat yang ingin ia kunjungi.
Lima menit setelah gadis itu meninggalkan kakek sendirian, sebuah mobil putih terparkir di samping gerbang rumah dengan papan bernomor 7 di tempel di atas pagar rumah itu. Pria itu turun dari mobil dan mengingat-ingat angka nomor rumah yang dulu terakhir kali dilihat ketika meninggalkan sebuah bangunan sewaktu transisi ke masa sekolah menengah pertama.
Pria itu masuk mengetuk pagar dengan tangannya, sebuah pertanyaan muncul dibenak pikiran Solo, "apakah benar pria tua itu masih tinggal di sini?". Ia meyakinkan pikirannya dengan sekali kerjapan mata. Mencoba mengetuk gerbang itu kembali, sesekali melihat kedalam rumah ke sela-sela barisan pagar kayu itu. Dua menit ia berdiri di depan gerbang, seoarang pria tua paruh baya itu membukakan pintu gerbang yang ia ketuk.
Pria tua itu masih mengingat-ingat pria dewasa yang sedang berdiri di rumahnya sekarang. Ia terlihat berpikir keras menyusun potongan memorinya. "iya? Mencari siapa?", ucap pria tua paruh baya itu di hadapan Solo
"kek, ini Solo. Kakek yang membantu merawat saya dari kecil. Kakek masih ingat?", ucap Solo seraya memegang kedua bahu kakek tua itu sambil tersenyum haru bahagia
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Secret
Teen Fictionkasta menjadi suatu penghalang akan datangnya kebahagiaan cinta bukanlah yang terbaik, melainkan bagi gadis itu adalah hal terburuk Yang pernah ada dalam hidupnya walau waktu terus berjalan... hambatan berjalan lebih kencang meski tak nampak di mat...