0 . 1

561 36 12
                                    

suara merdu yang menggema di seluruh penjuru ruangan studio musik seketika terhenti. tidak lama kemudian, keluar dua lelaki dengan jarak umur yang terlihat berbeda jauh.

"latihannya selesai, kau harus sering melatih suaramu agar mencapai nada tinggi dengan halus. sampai bertemu minggu depan, adimas," ujar seseorang yang rupanya adalah pelatih vokal pribadi adimas.

adimas terduduk di sofa yang berada di depannya dan langsung menempelkan punggungnya.

"kau harus lebih giat lagi, mas," kata seseorang yang ternyata sedari tadi menyimak obrolan adimas dengan pelatih pribadinya.

ia arsen, ayah adimas yang sangat mendukung anaknya dalam berkarir di bidang musik.

"tapi--"

"sudah, ikuti perkataan ayah, nak. kamu tidak akan menyesal," ujar arsen sambil menepuk pelan pundak adimas dan berlalu meninggalkan ruang tamu.

adimas menghela napas pelan dan menerawang kosong ke langit langit rumahnya. ia tidak ingin mengecewakan ayahnya, tetapi ia juga tidak ingin berkarir di bidang musik seperti kemauan ayahnya.


🌱

"wah, suara kamu bagus, mas! aku suka," ujar perempuan berambut coklat sepundak dengan wajah yang berseri.

adimas terkekeh pelan, "makasih pujiannya," balasnya dengan secarik senyuman.

"fix ya, kamu harus tunjukkin suara kamu ke publik," ujar lawan bicaranya dengan antusias.

"masa sih?" ujar adimas dengan muka meledek dengan dagu yang tertumpu pada gitar yang dipeluknya.

"serius! aku bakal jadi penggemar nomor satu kamu yang selalu dukung kamu, mas. asli," ujar perempuan itu dengan makin antusias.

adimas terkekeh sampai menunjukkan deretan gigi putihnya dan mengelus pelan rambut perempuan bersurai coklat itu.

"tapi, dimas maunya ngasih tunjuk ke kamu doang. nanti, kalo aku terkenal, bakal banyak yang suka ke aku, terus kamu gimana?" tanya adimas dengan wajah tak kalah meledek seperti tadi.

dengan lagak berpikir, perempuan itu menjawab sambil terkekeh, "engga engga, gak bakal ada yang suka sama cowo kurus krempeng kayak kamu."

cahaya terang muncul bersamaan dengan gadis bersurai coklat itu tertawa, dan semuanya menjadi buram.


🌱


"mas? kamu sakit, nak?" kata kata yang berhasil menarik kesadaran adimas ke permukaan.

helena, ibunya adimas tak kunjung lelah menempelkan telapak tangannya ke kening adimas, untuk memastikan apa dugaannya benar atau salah.

"engga ma, dimas gak apa apa," ujar adimas sembari menyingkirkan tangan ibunya secara perlahan.

"apanya yang gak apa apa? jidat kamu panas gitu, bisa kali goreng telur disitu," ujar helena dengan raut khawatir. adimas hanya menanggapi dengan kekehan.

"mama ambilin obat sekarang, jangan kemana mana," kata helena sebelum meninggalkan kamar.

adimas mencoba mendudukan diri tetapi kepalanya yang pening memaksanya untuk tetap dalam posisi semula dan kembali memejamkan matanya.

ia memijit pelan kepalanya dan memang, ia merasakan sulutan panas dari keningnya.

ingatan tentang masa lalu adimas memang kerap kali datang dan muncul dalam mimpinya. ingatan yang hanya datang disaat kondisinya sedang tidak prima dan hanya akan memperburuk kondisi fisik serta mental adimas.

rasanya baru kemarin ia memimpikan hal yang sama dan sekarang sudah terulang lagi. mengapa bisa seperti itu?

putaran kenop pintu kamarnya berhasil membuat adimas menoleh sambil melirik sedikit. ternyata arsen, ayahnya.

melihat yang datang bukan helena, adimas memilih untuk kembali memejamkan matanya.

arsen menghampiri putra semata wayangnya itu dan duduk di pinggiran kasur. Ia mengelus lembut rambut halus adimas.

"nak, besok kamu sama mama ke jakarta ya nyusul ayah. kerjaan ayah pindah kesana sampe tiga tahun. pas lah buat kamu SMA disana, gimana?" tanya arsen setelah memberikan kabar tidak mengenakan bagi adimas.

dengan helaan napas yang hampir tak terdengar, adimas menjawab, "yasudah, mas ikut aja."

jujur, adimas sama sekali tidak setuju dengan ajakan ayahnya. adimas tidak ingin pindah ke lingkungan baru, bahkan ke kota baru. bukannya ia tidak mau mencari kehidupan baru, tetapi ia sudah nyaman dengan tempat tinggalnya yang lama.

mau bilang tidak pun, adimas harus ikut terbang ke jakarta besok bersama helena, meninggalkan kenangan manis dan pahit yang sudah terukir di kota bandung.

🌱



lanjut jangan?

ɑdimɑs ; doyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang