0 . 3

146 16 9
                                    

"nar, ciri ciri eubacteria apaan dah?" tanya andra pada nara yang sedang sibuk membolak balik halaman buku biologi yang dibawanya.

"nah ini, ciri - cirinya tuh umumnya ga berklorofil, terus bentuknya variasi, terus-"

"eh ngerjain apaan lu? nimbrung dong," potong vallery sambil mengambil duduk di antara andra dan nara.

"sialan jadi kecoret kan," ujar andra dengan nada nyolot sambil mengerucutkan bibirnya.

"sans dong beb," ujar vallery sambil mencubit pipi andra dari samping.

dia joshua vallery, lebih akrab dengan nama val. katanya biar jadi lebih singkat. vallery ini salah satu sahabat nara yang beruntungnya tahan lama dari awal mereka duduk di bangku sekolah dasar.

sama halnya dengan vallery, andra juga sudah lama 'menempel' pada nara. yang membedakan mereka hanyalah andra yang lebih dulu 'menempel' pada nara sejak mereka berdua belajar berjalan.

mulai dari situlah andra dan nara menjadi sahabat, bahkan sudah seperti saudara.

tempat tinggal andra dengan nara hanya dipisahkan oleh rumah tua yang sudah tak berpenghuni.

jadi tidak heran mengapa andra dan nara terlihat sangat dekat, bahkan andra terlihat sering menjadi ojek dadakan bagi nara.

berbeda dengan andra, vallery menempati rumah yang lebih jauh daripada komplek nara dan andra.

sejak di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama tamat, vallery selalu disewakan supir pribadi untuk mengantar jemput dirinya.

andra dan vallery menempati sekolah yang sama dengan nara saat sekolah menengah pertama.

sering kali mereka keluar sekedar untuk hangout bersama diantar oleh supir pribadi vallery. seiring pertambahan usia, supir pribadinya pun lengser karena umurnya yang sudah masuk senja.

"eh eh eh eh eh gue belom jugaa, gimana dong, liat narr," ujar mahesa sambil merebut buku yang nara pegang.

"apaan si ah gue duluan," selak gilang sambil merebut buku nara yang dipegang mahesa.

"gue demen sobek tu buku," ujar tegar santai yang datang tiba tiba sambil menyeruput kopi susu yang dibelinya di kantin.

"dih apaan sih, yang dateng duluan aja gue. minggir lo," balas mahesa sambil mendorong pelan tubuh tinggi gilang seraya merebut kembali buku itu.

mahesa adhytama, gilang arkaan dan tegar hanindito merupakan manusia manusia pertama yang akrab dengan nara, yang berarti juga akrab dengan andra serta vallery.

ketiganya memiliki kepribadian yang tidak jauh berbeda. hanya saja tegar lebih memiliki jiwa pemimpin yang tegas daripada mereka ber-enam. tak heran mengapa tegar dipilih menjadi ketua kelas dan ketua angkatan.

"gue mah heran ama lo pada. kayaknya demen banget nulis kebut kebutan kayak gitu," ujar nara yang menatap temannya miris sekaligus kesal.

"emang nar, kayaknya kita doang yang rajin," ujar tegar seraya merangkul pundak nara dengan senyum bangga.

nara hanya memutar bola malas sampai akhirnya ada yang berteriak panik. "woi bu rena otw kesini coy."

"mampus, kayaknya gue disuruh keluar lagi nih," ujar gilang sambil memandangi pekerjaannya yang masih setengah jalan dengan raut pasrah.

"gua juga fak," ujar mahesa sambil membanting dirinya ke senderan bangku.

"miris banget temen gue..," tanggap andra yang sedetik kemudian dilanjutkan oleh gelak tawa.

🌱


adimas memasuki ruangan yang rupanya adalah kamar barunya. ia baru saja sampai di rumah barunya setelah tadi siang mendarat di bandara.

kenop pintu berbunyi dan menampakkan helena yang kesusahan membawa kardus yang menampung barang barang adimas.

dengan sigap, adimas beranjak dari tempatnya untuk membantu helena.

"mas, kalo liat liatnya udah selesai, mulai beresin barang barang kamu ya. di luar masih ada dua kardus lagi yang punya kamu," ujar helena yang ditanggapi dengan anggukan oleh adimas.

setelah helena meninggalkan kamar, adimas mulai membuka kardusnya dengan cutter yang berada di atas kardus.

setelah memilah milah barang mana yang akan dipajang di meja belajarnya, adimas menemukan bingkai tua yang sudah agak berdebu dengan foto yang terpajang di bagian paling bawah kardus.

sesaat setelah membersihkan debu dari bingkai itu, adimas sedikit tersentak ketika mengetahui siapa orang di foto itu.

foto yang diambil di saat yang tepat ditambah kesan monokrom yang menyelimuti foto itu, menjadikan potret tersebut sebagai foto terbaik bagi adimas. setidaknya dulu sebelum semuanya hancur berantakan.

ah, senyuman ini, batin adimas seraya mengelus pelan perempuan di dalam potret itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ah, senyuman ini, batin adimas seraya mengelus pelan perempuan di dalam potret itu. tidak ingin terbawa suasana, adimas langsung menempatkan bingkai itu di susunan paling belakang rak dindingnya.

ia tidak bisa larut dalam perasaan kalut ini lebih lama lagi. hidup akan dipenuhi kejutan kejutan besar yang menanti di depan mata, dan ada baiknya tidak menoleh ke belakang dimana terdapat masa lalu yang menyayat hati.

saat kesadarannya sudah kembali, ia berusaha menepis jauh jauh ingatannya tentang gadis bersurai coklat itu.

🌱

Lanjut ga? flop aing tebas.g

ɑdimɑs ; doyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang