0 . 4

100 12 0
                                    

"nar, jajanin gua cilok," pinta vallery dengan raut memelas.

"gak, gua tau lu bawa duit," balas nara yang masih sibuk membayar semangkuk bakso yang dipesannya.

"yaelah nar, tiga rebu doang? apa banget nara pelit," ucap vallery dengan tatapan sinis.

nara melirik heran sahabatnya itu. "dih, ngapa dah?" ujar nara sambil berjalan ke arah meja yang sudah dipenuhi sahabatnya dengan vallery yang mengekori nara.

"ayo nar beliin guaa," ucap vallery sambil menggoyang goyangkan tangan nara.

"ck, minta sama gilang noh, atau engga mahesa," jawab nara seraya melepas tautan tangan vallery.

"padahal diem gua daritadi," ujar mahesa pasrah sembari mengunyah cilok.

"nah! tuh cilok. bagii," vallery dengan nada manja dan langsung menghampiri mahesa.

"miskin bat miskin idup lu, val," ucap tegar tak bisa menahan tawanya.

"gue demen keselek nih," timpal gilang sembari melirik vallery dan diikuti tawaan andra.

"iri bilang bos," balas vallery dengan mulut penuh cilok yang diberikan mahesa.

nara yang melihat kejadian tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil sibuk menyantap makanannya.

🔕drrt..
handphone nara bergetar di saku bajunya dan sang pemilik langsung mengeluarkannya.

unknwon
| nara
| sv gatha

dahi nara mengernyit.

gatha sp?|

| sv aja

tanpa pikir panjang, nara langsung mengarsip kontak yang katanya bernama 'gatha' itu.

tepat satu detik setelahnya, bel masuk berbunyi dan semua murid berhamburan meninggalkan kantin menuju kelasnya masing masing.

sesaat setelah nara sampai di kelas, ia melihat andra, gilang, mahesa dan juga tegar tengah asik duduk di bilik tempat vallery dan nara duduk.

"minggir minggir gue mau duduk," ujar vallery sambil menepuk pundak andra yang posisinya di paling pinggir.

"mau ngadem dulu bentar, gerah tau ga," ujar andra dan diangguki oleh gilang.

"ck, kipas bukan di bangku gue doang, noh tempatnya cheryl kosong," ujar vallery seraya menunjuk tempat yang dimaksud dengan dagunya.

"makin gerah denger val ngebacot," ucap tegar dengan mata terpejam dan tengkuk menempel di dinding.

"iya nih, cocok jadi ibu kos," timpal gilang dan diikuti tawaan oleh sisanya -- mahesa, tegar, dan andra.

vallery hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan sahabatnya yang tidak berubah sejak pertama mereka bertemu -- mendinginkan diri di bawah kipas sudut ruangan.

nara yang hanya menyaksikan pertikaian tadi sesekali terkekeh dan menempati bangku kosong di sekitar mereka.

🌱

bel berbunyi kembali dan menandakan bahwa pelajaran hari itu telah usai. semua murid dengan semangat berhamburan keluar dari kelas dengan tujuan berbeda.

banyak dari mereka langsung menuju gerbang utama, beberapa menuju kantin, dan hanya nara yang sialnya berjalan menuju ruang guru karena dimintai bantuan oleh guru sejarahnya.

"senyum woi senyum! lecek amat tu muka," ujar andra dari atas tangga begitu melihat nara berjalan dengan malas sambil mengerucutkan bibir.

nara sudah ancang ancang untuk melepas sebelah sepatunya yang akan melayang bebas ke arah andra.

"damai nar damai. sorry sorry," ujar andra seraya menuruni tangga dengan tempo lambat.

"aku minta maaf," ujar andra yang sudah berada di sebelah nara. "TAPI BOONG," lanjutnya dengan nada menyebalkan dan kemudian berlari sekencang mungkin ke arah gerbang.

"lama lama pengen gue kutuk jadi kodok aja sekalian," gumam nara seraya menarik napas sebelum memasuki ruangan guru.

"assalamualaikum pak, bu. permisi," ucap nara seraya memasuki ruangan itu.

beberapa menjawab salam dan yang lainnya sedang berbincang ria. "nak nara, sini," ujar pak susilo selaku guru sejarahnya.

yang dipanggil segera menghampiri meja sang guru yang di atasnya terdapat beberapa tumpuk buku tulis. berantakan banget, batin nara.

"kamu tolong bantuin saya koreksi. ini kunci jawabannya, sekalian diitung benernya berapa. duduk sini kalo cape. saya mau ke kantor kepala sekolah sebentar," rentetan kalimat dilontarkan oleh pak susilo seraya memberi selembar kertas yang merupakan kunci jawaban.

dengan hembusan pasrah, nara menduduki bangku yang ditunjuk gurunya tadi dan langsung memeriksa masing masing buku dengan telaten.

"oh iya bu rena. besok ada anak baru katanya ya?"ujar pak karto selaku guru matematika di kelas nara.

"benar pak, pindahan dari bandung," jawab bu rena tanpa memalingkan wajahnya yang sedang sibuk mencari kertas yang berisikan dokumen anak itu.

mantep anak bandung, batin nara seraya menyunggingkan senyum jahil.

pak karto berdeham. "emangnya masih bisa nambah satu murid lagi di kelas ya? saya aja ngajar segitu udah pusing," ujar pak karto sampai menepuk jidat.

"bisa pak. selama hasil tesnya bagus, bisa masuk kok," jawab bu rena dengan kekehan kecil di akhir.

kelas mana tuh, batin nara yang sedari tadi menyimak percakapan dua gurunya.

"nah ketemu," ucap bu rena saat menemukan dokumen berwarna biru.

"namanya adimas ananta putra, ga kayak anak bandung ya namanya," ujar bu rena sembari menelisik kembali dokumen tersebut.

"adimas toh, bagus namanya," ucap pak karto yang kemudian menyeruput kembali kopinya.

"masuk kapan dia bu?" lanjut pak karto.

"senin kayaknya," gumam bu rena.

nara yang sedari tadi menyimak hanya ber - oh ria dalam diam.

penasaran, batin nara.

🌱

udh cringe, trs ngilangnya lama. mangapin
/sungkem

ɑdimɑs ; doyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang