prolog

1.1K 44 8
                                    

Ketika matahari mulai berani masuk ke dalam kamar hotel 1001 dan membiaskan sinarnya yang berwarna kuning keemas-emasan melalui jendela kamar yang terbuka dengan malu-malu, hingga membangunkan tidur seorang gadis yang masih tertidur lelap di alam mimpinya. Jodha Anindya, si gadis yang tertidur nyenyak bisa merasakan silau sinar matahari di pelupuk matanya.

Dikerjap-kerjap matanya sesaat, kedua bola matanya mulai menyapu seluruh isi kamar yang ditempatinya pagi itu. Rasanya ada yang aneh dengan kamar ini, Jodha merasa asing dengan kamar yang ditempatinya saat ini. 

Dekorasi kamar di rumahnya tidak seperti ini, barang-barang yang ada di sini juga bukan barang-barang miliknya.

"Dimana aku?" Jodha baru menyadari kalau ruangan ini bukanlah kamarnya sendiri. Jodha baru sadar kalau saat ini dia tidak sedang berada kamarnya.

"Dimana aku? Kenapa aku ada di tempat ini? Kamar siapa ini?" Jodha gelisah sambil melihat ke balik selimut, Jodha kaget ketika mendapati dirinya polos tanpa busana.

"Siapa yang membuka semua bajuku ini ... dimana aku?" Jodha mulai panik. "Apa yang aku lakukan semalam? Kenapa aku nggak ingat sama sekali ? Oh ya ... aku ingat kalau semalam aku sedang minum sirop bareng Sonya dan Felica! Dimana mereka?"

Baru kali ini Jodha tidak bisa mengingat apapun yang terjadi pada dirinya sendiri, Jodha jadi bingung apalagi di ruangan itu tidak ada siapapun yang bisa diajaknya untuk bertanya. Namun, tiba-tiba dari arah kamar mandi terdengar suara pintu dibuka. 

Jodha semakin panik, apalagi dirinya belum mengenakan baju sama sekali, Jodha langsung menutupi dirinya dengan selimut tebal yang sudah melilit tubuhnya sedari tadi. Rasanya sudah tidak ada waktu baginya untuk mengenakan baju. 

Namun, ketika dilihatnya sepatu ketsnya berada tepat di bawah, segera diambilnya kedua sepatu itu. Hingga akhirnya ketika muncul sesosok laki-laki dari arah kamar mandi, Jodha semakin cemas. 

Jantungnya berdegup dengan kencang, apalagi tubuh laki-laki itu kekar dan tinggi dan hanya dibalut handuk dari pinggang ke bawah. Laki-laki itu keluar dari kamar mandi sambil menggosok-gosokkan rambutnya dengan handuk yang menutupi kepala. 

Jodha berfikir inilah kesempatan yang tepat baginya untuk menuntut balas, siapapun orang itu. Laki laki ini telah mempermainkan dirinya.

"Aduuuhhh ...!" Lemparan sepatu kets Jodha tepat mengenai sasaran ke arah kepala pria itu.

Pria itu mengerang kesakitan kemudian membuka handuk yang menutup kepalanya, sesaat Jodha terperangah, karena ternyata yang berdiri di depannya saat ini tidak lain adalah Jallad, Jallaludin Akbar si pria berkumis, pria yang sangat dibencinya.

"Kamu ...?"

Jodha kaget begitu menyadari kalau Jallal-lah yang membawanya ke kamar ini. Dan Jallal sendiri bukannya marah gara-gara lemparan sepatu kets Jodha yang mengenai kepalanya, dia malah terkekeh tertawa kecil sambil mengambil sepatu kets itu lalu mengembalikan pada si empunya.

"Kamu sudah bangun rupanya?" senyum nakal Jallal mulai menghias wajahnya yang menjijikkan bagi Jodha.

"Kamu apakan aku?" bentak Jodha keras. 

Jodha mencoba mencari jawaban dari mata laki-laki yang menjijikan yang memandang ke arahnya tajam.

"Aku apakan ...? Aneh kamu ini .... bukankah kita sama-sama menikmatinya semalam, sayang?"

Jallal tersenyum menang sambil mengambil kemeja dan celana panjangnya, kemudian kembali masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju di sana.

"Nggak mungkin! Ini nggak mungkin! Katakan ini semua hanya sandiwaramu saja, Jallal!''

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang