TMT.bab8- ada yang terungkap.

33 20 3
                                    

"Apa perlu aku juga ikut kelas tambahan matematika"


•••


Adel terus berjalan maju dan mundur membuat Keinya pusing melihat-nya. Melakukan gerakan seperti itu bermakna seseorang sedang berfikir keras, tapi apa yang harus Adel pikirkan. Gian hanya datang kerumah Keinya dengan tujuan ingin membantu mengerjakan PR dan Adel sampai mengikuti Keinya sepulang sekolah menuju rumahnya. Adel yang memgikuti kelas tambahan bahasa inggris, lebih memilih bolos  hanya rasa penasarannya.

“apa yang kau lakukan, melihatmu aku pusing.” Mendengar hal itu Adel berhenti dan kini dia berdiri dengan kedua tangan-nya memegang bahu kiri juga Kanan Keinya.

“keinya berfikirlah, Gian memberikanmu jaket, menggendongmu saat pingsan, mengantarmu pulang, dan sekarang membantu mengerjakan PR. Aku akan berfikir kalian sepasang kekasih yang masih sembunyi-sembunyi. Cepat! Cepat! Jujur saja sama aku.”

Keinya menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan bertanda sangat tidak percaya, dia saja tidak pernah berfikir demikian. Mungkin pertama Keinya tidak mengerti, tapi kini dia sangat mengerti. Kak Lisa adalah sekretaris dari ibunya dan hal wajar untuk apa yang dilakukan Gian, karena mereka tetangga.

“Kau hanya salah paham, dia adalah tetanggaku disini dan kakaknya adalah sekretaris Ibuku.” Keinya mengutuk bibirnya yang berbicara demikian.

Sesuai dugaan reaksi Adel sangat berlebihan, kini bantal yang ada di samping Keinya menjadi pelindung dari pukulan Adel yang mem-brutal.

Berawal dari Adel yang memukul, kini yang terjadi adalah perang Bantal. Adel masih tetap kesal dan terus melemparkan bantal pada Keinya yang juga membalas-nya. Beberapa kali Adel harus terjatuh karena tidak seimbang dan Keinya puas melihatnya.

“Keinya !!” ucapnya seperti mengatakan Serbu!! kearah Keinya yang memegang bantal dan berlari untuk menghindar amukan Adel.

Perang bantal berlanjut hingga ke-Balkon kamar Keinya, bantal yang mereka pegang sudah terlepas. Kini mereka berdua saling tarik menarik, Adel menarik kaki keinya dan Keinya hanya bisa bertumpu pada punggung Adel untuk menjaga keseimbangan.

“ekhm” suara deheman seseorang membuat Adel dan Keinya berhenti dan tetap pada posisi saling tarik menarik.

“lepaskan aku.” Adel mulai melepaskan pelukannya pada kaki Keinya, mereka berdua sangat berantakan. Rambut yang sangat acakan bahkan lipstik yang Adel pakai sudah keluar dari area bibir, sekitir bibirnya ikut berwarna merah.

“Gian, kau tinggal disebelah." Keinya terkejut bukan main mendengar hal itu, barusan saja mereka melakukan perang bantal karena hal seperti itu. Kini Adel seolah-olah tidak tahu atau itu sengaja untuk apa coba? Mungkin karena pukulan bantal Adel lupa pikir Keinya.

“dia tidak memberi tahumu." Gian menunjuk Keinya yang juga terlihat kacau pada bagian rambutnya.

“ya begitulah dia memiliki banyak rahasia padaku, coba kau tanyakan dia aku sahabatnya atau bukan.”

Gian membulatkan matanya tidak mengerti ada apa dengan kedua wanita didepannya itu, cukup geli karena mereka terlihat sama persis dengan Arora dan Adrian. Gian sama sekali tidak menjawabnya, karena hal seperti itu tidak butuh sebuah jawaban.

Bunyi dering ponsel membuat Gian tidak lagi memperhatikan Keinya dan Adel, dia mendapat pesan yang sangat ditunggunya. Dengan terburu-buru, Gian mengambil jaket dan topi kemudian pergi dari kamarnya.

“kemana dia.” Adel si-Ratu penasaran merasa aneh melihat Gian yang tersenyum saat menerima pesan dari ponsel-nya.

“aku tidak tahu, hmm seingatku dia berkata tidak bisa membantuku malam ini, karena sesuatu" jawab Keinya kepada pertanyaan Adel yang semakin membuat-nya penasaran bila tidak dia jawab.

𝑻𝒉𝒆 𝑴𝒂𝒏𝒂𝒈𝒆𝒓 𝑻𝒆𝒂𝒎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang