🌈 04🌈

1.5K 193 14
                                    

PLEASE VOTE AND COMMENT

Apaan-apaan ini, menikah?! Tak pernah sekalipun terlintas dalam pemikiran Sakura untuk menikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apaan-apaan ini, menikah?! Tak pernah sekalipun terlintas dalam pemikiran Sakura untuk menikah. Dia baru 22 tahun, hidupnya terlalu muda untuk menikah. Bebannya sat ini sangat banyak, bagaimana bisa dia menikah?

Dia dan Pak Wirga tengah duduk saling berhadapan saat ini. Sakura sudah berhasil menetralisir keterkejutannya saat ini. "Maksud Bapak apa?" Tanyanya tegas.

"Saya mau kamu menikah dengan saya." Jawab Wirga.

"Maksud saya, apa maksud Bapak mau menikah dengan saya?" Sakura meralat pertanyaannya. Dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menyindir keadaan Wirga yang merupakan seorang gay.

"Karena kamu yang tahu keadaan saya." Jawab Wira. "Kamu tau saya gay, tapi kamu tidak memandang saya dengan hina. Kamu tahu saya gay, tapi kamu tidak pernah meyinggung itu. Kamu bahkan tidak peduli dengan penyimpangan seksual saya." Wirga memberi penjelasan.

"Itu berbeda jika saya harus menikah dengan Bapak." Sakura melontarkan argumennya. "Walaupun saya tidak mempedulikan keadaan Bapak, tapi setidaknya saya peduli dengan diri saya yang harus menikah dengan Bapak." Sakura berusaha mencari kata yang tepat supaya Pak Wirga tidak tersinggung. "Saya straight dan Bapak adalah gay, bagaimana bisa kita menikah?"

"Bisa." Ucap Wirga. "Kita hanya melaksanakan pernikahan kontrak, semacam hitam diatas putih." Mulut Sakura terbuka, nafasnya naik turun. "Maksudnya kawin kontrak?"

"Iya." Angguk Wira.

"Dengar ya Pak, saya adalah orang yang memandang suci sebuah ikatan pernikahan. Menikah bukan sekadar main-main apalagi harus ada perjanjian. Silahkan cari orang lain Pak."

"Cuman kamu yang bisa bantu saya."

"Saya gak bisa Pak. Pandangan kita berbeda. Saya memandang pernikahan sebagai sesuatu yang suci dan seumur hidup, sedangkan Bapak hanya memandang pernikahan sebagai tameng untuk menyembunyikan jati diri Bapak dan hanya untuk waktu sementara." Sakura menjabarkan perbedaan mereka.

"Kita hanya nikah kontrak."

"Saya gak mau!" Sakura masih keukeh dengan penolakannya.

Wirga mendesah berat. Gadis dihadapannya ini punya komitmen yang kuat. Ia keras kepala terhadap apa yang ia yakini benar. Didetik berikutnya, ada satu notifikasi masuk di ponselnya. Sebuah pesan dari Kakek.

-Kakek

Rapat dewan direksi akan diadakan beberapa hari kedepan.

Pesan itu berisi sebuah informasi yang sarat akan ancaman. Tanpa perlu dijabarkan pun, Wirga sudah tahu maksud sang Kakek. Dirinya harus segera mengumumkan pernikahannya sebelum rapat dilaksanakan. Jika tidak, maka ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada Pradana Group.

Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang