prolog

13.5K 734 43
                                    


Kalau ada kontes pemilihan perempuan paling bahagia di seluruh dunia, Renjun yakin dia lah pemenangnya. Hiperbolik kedengarannya, tetapi itu memang yang tengah Renjun rasakan. Ia adalah perempuan yang paling bahagia —setidaknya untuk malam ini.

Dihadapan Renjun, seorang lelaki yang sudah mengisi hatinya selama setahun ini tengah berlutut. Menggenggam telapak tangan Renjun, sembari tersenyum penuh kelembutan. Belum lagi untaian kata yang diucapkan oleh si lelaki beberapa menit yang lalu.

"Kim Renjun, selama setahun ini kita memang tidak menjalani hubungan secara terikat. Akan tetapi, kita cukup tahu dengan perasaan masing-masing."

Renjun menggigit pipi bagian dalamnya saat menantikan kelanjutan ucapan Jeno —seseorang yang mengisi ruang hatinya.

"I just wanted to say that i love you." Jeno mengecup punggung tangan Renjun sebentar. Sukses membuat Renjun meleleh seperti es krim di gelasnya yang sudah habis separuh.

"I love you so much." Jeno mengulangi pernyataan cintanya. Membuat Renjun gemas ingin membalas, 'Love you too, Lee Jeno.'

Pernyataan cinta tadi belum seberapa. Hal itu sudah biasa diungkapkan oleh Jeno berulang kali. Meski demikian, Renjun tidak pernah bosan mendengarnya. Walau kata Doyoung, kakak Renjun bahwa ungkapan cinta yang terus-menerus itu cheesy, bagi Renjun tetap menjadi sesuatu yang manis.

Benar kata orang, cinta itu buta, ditambah tuli dan bisu. Akan tetapi, Renjun baru menyadari bahwa yang dikatakan Doyoung ada benarnya. Pernyataan cinta tadi terdengar biasa setelah ada pernyataan lain datang. Meluluh lantahkan semua pertahanan Renjun.

"Karena itu Renjun, kamu mau tidak menghabiskan sisa hidupmu bersamaku? Terus mengisi hari-hari kita dengan cinta dalam sebuah ikatan hati yang namanya pernikahan?"

Izinkan Renjun meleleh. Karena nyatanya, Renjun sudah meleleh semenjak tadi. Siapa juga yang tidak tersanjung jika dilamar dengan makan malam romantis, dengan lilin sebagai penerang remang-remang, juga lantunan musik romantis meski hanya diputar melalui ponsel Jeno?

Doyoung juga pasti akan iri dengan Renjun. Kakaknya itu kan belum pernah dilamar lagi semenjak yang terakhir kali itu. Mau dilamar bagaimana? Kekasih saja tidak punya.

Iya, Doyoung tidak punya kekasih. Itu sebabnya Renjun menggantungkan Jeno dalam hubungan tanpa status selama setahun ini. Ia hanya merasa sungkan dengan sang kakak yang sama sekali belum menunjukkan kedekatan dengan lelaki manapun setelah gagalnya pernikahan Doyoung dua tahun yang lalu. Dan sekarang bukan berpacaran, Renjun justru akan menikah mendahului Doyoung.

Rasanya sakit. Renjun jelas tidak tega mendahului sang kakak.

"Ren, kenapa tidak dijawab?" tanya Jeno setelah melihat perubahan ekspresi Renjun. Tadi, gadis dihadapannya begitu senang menerima lamarannya. Namun, sekarang rautnya berubah masam. Tiba-tiba saja firasat buruk menyerang Jeno.

"Kamu memikirkan kakakmu lagi?"

Renjun terhenyak, tidak menyangka kalau Jeno mampu menerka apa yang dipikirkannya. Memang kepalanya transparan, hingga setiap yang dipikirkannya selalu dapat dibaca oleh Jeno?

"Ren, setahun yang lalu kamu menolakku dan membiarkan hubungan kita berjalan tanpa status karena kakakmu. Masa sekarang juga?" Jeno menggerutu kesal. Kesal karena hubungannya dengan Renjun terpaksa jalan di tempat hanya karena seorang Kim Doyoung.

"Bu-bukan karena kak Doyoung, Jen." Renjun mulai melakukan pembelaan. "Aku kan masih menyelesaikan skripsi. Kamu juga baru menyelesaikan S2 kamu. Menurut ku ini terlalu terburu-buru," jelasnya dengan alasan yang masuk diakal.

"Karena itu aku buru-buru melamar kamu, Kim Renjun." ungkap Jeno penuh penekanan. "Aku dapat beasiswa dari kampusku untuk kuliah di Jerman. Jadi, aku berniat membawa kamu ke sana."

Kedua bola mata Renjun melebar. Ia memang pernah dengar kalau Jeno mengajukan beasiswa S3-nya, tetapi tidak secepat ini. Pasalnya, Jeno masih tercatat sebagai asisten dosen di Fakultas Teknik universitas tempat Renjun menuntut ilmu. "Terus, kuliah ku bagaimana?"

"Kita berangkat setelah kamu lulus, Ren. Lagipula kamu sedang mengurus skripsimu dan sebentar lagi selesai kan?" jawab Jeno seolah sudah menyiapkan segala sesuatunya. Inilah kelebihan Jeno, memiliki rencana hidup yang pasti dan matang. Membuat orang tua Renjun pun enggan menolak jika lelaki ini menikahi putrinya.

"Terus, kak Doyoung bagaimana?" Renjun mencicit dengan lirih. "Dia pasti sedih kalau aku langkahi, Jen."

Seperti dugaan Jeno. Ini bukan lagi soal pendidikan Renjun yang belum tuntas, melainkan soal kakaknya. "Kakak kamu itu pasti mengerti, Ren."

"Kalau begitu, aku yang tidak mau mengerti." tukas Renjun cepat. "Aku tidak mau menikah kalau kak Doyoung belum menikah juga."

"Ck, itu jelas terlalu lama Renjun!"

"Kalau begitu, minimal sampai kak Doyoung menemukan jodohnya."

Jeno mengerang frustasi. Dulu, meminta Renjun menjadi kekasihnya sulit bukan main. Melamarnya lebih sulit lagi. Iya kalau Doyoung segera bertemu jodohnya, kalau tidak? Jeno dan Renjun terancam batal menikah.

Jeno bisa saja mencari perempuan lain. Yang mau dengannya banyak. Akan tetapi, pilihan hatinya sudah jatuh kepada Renjun. Jeno hanya mau Renjun.

"Doyoung noona hanya perlu menemukan jodohnya, kan?" tanya Jeno. Entah mengapa di otaknya muncul sebuah ide gila. Namun ini demi masa depan, jadi akan Jeno perjuangkan. "Aku akan mencarikan jodoh untuk Doyoung noona."

"Hm? Maksud kamu apa, Jen?" tanya Renjun tidak mengerti.

"Kamu cukup duduk diam saja, Ren. Biarkan aku yang bekerja. Aku akan menemukan jodohnya Doyoung noona. Yang perlu kamu lakukan adalah bersiap untuk menerima lamaran resmi dari keluargaku, oke?"

Renjun tidak menyetujui ide Jeno, tetapi tidak juga membantahnya. Ia memilih diam dan terus berdoa dalam hati. Semoga saja Jeno tidak berbuat hal aneh hanya untuk menemukan jodoh Doyoung.








Cut !




Halo..

Kangen jaedo jadi aku putusin buat remake cerita ini. originalnya punya kak fepittafe_ ya, hehe.

Maaf ya kalo ada yg gasuka noren hehehe 👉🏻👈🏻

oke, makasih ya yang udah mau mampir! i love you

pretend ¦ jaedo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang