; ten ;

2.6K 391 103
                                    




"Jae, kapan kau mengenalkan kekasihmu pada kami?" tanya Boa kepada anak bungsunya hingga membuatnya tersedak oleh sekaleng cola yang sedang diminumnya.


Buru-buru Jaehyun berlari menuju dapur. Mengambil gelas berikut air putih untuk meredakan batuknya.


Sial sekali, baru bersantai sambil menikmati acara televisi di hari Minggu, sang Ibu malah menanyakan soal pacarnya kepada Jaehyun. Padahal, lelaki itu sempat mengira bahwa tidak ada satu anggota keluarga pun yang mengingat bahwa Jaehyun memiliki pacar (gadungan) , mengingat topik itu tidak pernah dibahas lagi sampai hari ini.


"Hei, Ibu bertanya padamu, kenapa malah lari?!" protes Boa yang ternyata mengikuti Jaehyun sampai dapur. Nyaris saja Jaehyun tersedak untuk yang kedua kalinya.


"Jadi, bagaimana? Kapan kau mau mengajak kekasihmu itu main ke rumah?"


"Ck, Ibu apa-apaan sih." Jaehyun terkekeh kaku. Bingung harus menjawab pertanyaan Ibunya itu dengan cara seperti apa.


Pasalnya, Jaehyun itu masih terikat perjanjian dengan Doyoung. Lelaki itu tentu tidak bisa dengan bebas mengenalkan Doyoung sebagai pacarnya. Huh, kalau seperti ini, ingin sekali Jaehyun membatalkan semua perjanjian itu dan benar-benar memulai hubungan yang baik dengan Doyoung dari awal.


Bukan karena Jaehyun sudah benar-benar jatuh hati pada gadis yang irit bicara itu, tetapi dia hanya merasa tidak ada salahnya mencoba dengan Doyoung. Jika mereka benar-benar mencoba dan berhubungan dengan normal, maka Jaehyun mampu memperkenalkan Doyoung dengan bangga ke hadapan Ibu dan Ayahnya. Tidak seperti sekarang, hubungan mereka hanya berlandaskan sebuah perjanjian. Apa yang dapat dibanggakan dari itu?





"Jaehyun kan sudah bilang bu, kami baru kenal belum lama ini. Tidak enak kalau tiba-tiba saja aku ajak main kesini," lanjutnya, memberi pengertian kepada wanita yang paling disayanginya itu.


"Ribet sekali," gerutu Boa sembari menepis tangan Jaehyun yang berada di bahunya. "Hanya mengenalkannya pada Ibu apa salahnya, sih? Lagipula, Ibu kan tidak menuntut kau untuk segera melamar kekasihmu itu."


"Tapi, bu–"


"Jeno disini!"


Percakapan mereka terhenti karena sebuah seruan dari ruang tamu. Ya, sudah jelas itu adalah Jeno, sepupunya.

Seperti mengerti kalau Jaehyun membutuhkan bantuan, Jeno pun datang menyelamatkan. Kesempatan bagi Jaehyun untuk mengalihkan pembicaraan mengenai perkenalan dengan pacar. "Eh, itu ada Jeno bu! Kesana yuk!" ajaknya sembari menarik lengan sang Ibu. Sedangkan Boa tampak tidak berselera mengikuti langkah anak laki-lakinya itu.





"Kenapa mukanya ditekuk begitu, tante?" tanya Jeno sembari meletakkan sebuah kotak karton di meja ruang tengah.


Yunho yang sebelumnya menonton televisi bersama Jaehyun, merasa tertarik. Dibukanya penutup kotak karton, hingga terlihat kue beras warna warni yang ada di dalamnya. Yunho mencoba mengambil salah satu. masih hangat. Sepertinya setelah masak, Jeno langsung diperintahkan oleh sang Ibu untuk membaginya kepada keluarga Jaehyun.


"Boa-ya. Lebih baik kau coba saja kue beras yang dibuat Irene supaya tidak kesal lagi dengan Jaehyun." ujar  Yunho sambil mengajak istrinya untuk menikmati kue beras buatan adik iparnya itu bersama-sama.



"Memangnya, tante Boa kesal karena apa?" tanya Jeno penasaran.



Boa tidak langsung menjawab, malah mengambil satu buah kue beras dan memakannya masih dengan ekspresi cemberut.


pretend ¦ jaedo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang