; twenty four ;

1.8K 291 22
                                    



Jeno berjalan pelan di antara keramaian di depannya. Pandangannya mengedar, menangkap raut bahagia para wisdudawan serta keluarga yang sengaja datang untuk menikmati seremonial kelulusan dari universitas tempatnya mengajar. Pegangannya pada sebuket lili putih mengerat begitu menemukan orang yang dicarinya sejak tadi.

Di sana, Renjun tengah memasang senyuman lebarnya. Menggunakan pakaian kebesarannya, Renjun tampak bahagia berfoto dengan teman-temannya yang beberapa juga mengenakan toga yang sama dengan miliknya.

Langkah Jeno terhenti. Lelaki itu nampak ragu untuk mendekat. Bibir bagian dalamnya ia gigit, berpikir keras. Menatap sejenak ke arah buket lili putih yang dibawanya, Jeno menghela napas pasrah. Lelaki itu memilih berbalik dan mengurungkan niat untuk mengucapkan selamat pada Renjun.

"Mau ke mana?" Jaehyun yang sedari tadi mengikuti Jeno dari belakang menghadang. Lelaki itu memanjangkan leher. Dari balik tubuh Jeno, dia dapat melihat sosok Renjun tengah sibuk bersama teman-temannya.

"Itu Renjun, kan?" tunjuk Jaehyun. "Datangi sana!"

"Iya. Tapi hyung, aku tidak ..."

Helaan napas kasar diloloskan oleh Jaehyun. Setelah sekian lama Jeno gelisah, akhirnya ia memutuskan untuk bertemu dengan Renjun. Berniat menyelesaikan semua permasalahan di antara mereka, katanya. Namun, setelah tinggal sejengkal langkah tiba di hadapan Renjun, Jeno malah ragu dan mengurungkan niatnya. Memilih mundur. Untung saja Jaehyun memutuskan ikut mendampingi. Jika tidak, mungkin Jeno sudah pergi dan tidak jadi menemui Renjun.

Meski sebenarnya, alasan Jaehyun ikut karena ingin bertemu Doyoung yang mungkin saja menghadiri acara wisuda adiknya.

"Tidak bisa!" Jaehyun menggeleng. Bahu Jeno didorong olehnya. Dipaksa untuk kembali menghampiri Renjun.

"Hyung.."

"Tidak!" tukas Jaehyun tak kalah keras kepala.

"Kau harus menyelesaikan masalah kalian. Ingat pesanku kemarin. Kau harus tegas, Jen. Kalau kau ingin lanjut, katakan. dan kalau tidak juga harus kau katakan. Jangan hanya diam dan tidak memberi kepastian." ucap Jaehyun sekali lagi menyebutkan serentetan nasihat yang pernah ia berikan pada Jeno.

Jaehyun sebenarnya sudah malas mencampuri urusan Jeno dan Renjun yang penuh drama. Ia lelah. Masalahnya dengan Doyoung saja belum selesai, bagaimana bisa dia menyelesaikan masalah orang lain? Tapi, Jaehyun sendiri tidak bisa berpura-pura menutup mata dan bertingkah tidak peduli mendengar keluhan dari kedua orang tua Jeno.

Mereka mengatakan kalau beberapa waktu terakhir ini Jeno selalu mengurung diri di kamar. Sekalinya ditanya mengenai persiapan pernikahan, Jeno menghindar dengan berbagai alasan. Puncaknya dua hari lalu, Jeno diminta Ibunya pergi ke minimarket untuk membeli gula dan tepung. 

Malas menggunakan mobil, Jeno memutuskan untuk berjalan kaki. Baru sekitar 200 meter ia meninggalkan halaman rumah, Jeno jatuh. Entah dengan alasan apa, yang jelas menurut saksi mata --anak tetangga Jeno yang tengah bersepeda dengan teman-temannya-- mengatakan bahwa Jeno tiba-tiba saja oleng dan jatuh, masuk ke parit.

Menurut dugaan Jaehyun sendiri, Jeno masuk ke parit akibat melamun selama perjalanannya ke minimarket. Untung saja lelaki itu hanya mengalami luka ringan, seperti lecet pada kaki dan lengannya.


"Hyung.." Jeno kembali memanggil nama Jaehyun. Lelaki itu berusaha menahan langkahnya, tetapi Jaehyun lebih keras lagi menariknya.

"Renjun!" Kedua bola mata Jeno melebar begitu Jaehyun berteriak memanggil Renjun. Gadis yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dengan kerutan di dahi yang memudar begitu pandangannya bertemu dengan Jeno.

pretend ¦ jaedo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang