"Key."
Yatuhan aku sekarang tidak lagi berantakan kan?, ahh aku takut jika ada lipstick yang menempel di gigiku. Apakah tadi aku sempat touch up? Oh ayolah Keyfa just relax, calm down, take a breath. Akupun berusaha menenangkan diriku. Tiba tiba saja ada yang menepuk pudakku.
"Key."
Ya, dia menepuk pundakku, laki laki yang sekarang berdiri dihadapanku. Akupun segera beralih menatap wajahnya. Dan tersadar dari meditasi singkatku.
"Oh.. i.. iya.. kak. A.. Ada apa ya kak?" ucapku dengan terbata bata.
Oh tuhan mengapa jantung ini terus berlari kesana kemari. Aku tidak ingin kau tiba tiba terlepas wahai jantungku tersayang, tolong tenanglah sedikit.
"Ini gue mau nitip berkas. Tolong kasihin ke Axel ya. Dia dari tadi gak bisa gue hubungi. Gue sih sebelumnya udah janjian disini, tapi gue lagi buru buru banget. Bisakan?" menatap dan menyerahkan berkas untuk bang Axel.
Kak Gavin dan bang Axel itu memang berteman, biarpun mereka berbeda jurusan. Kak Gavin ini anak kedokteran. Uwuu banget kan? Udah ganteng pinter. Aduhh kak.
"Oh, iya kak. Bi.. bisa kok titipin aku aja nanti aku yang sampein ke bang Axel." Buru buru mengambil berkas dari tangannya, kasian gantengnya aku nanti tangannya pegel.
"Oke, thanks. Gue duluan." Dia pun berjalan menjauh, menuju pintu keluar kantin.
(photo by google)
Akupun hanya terdiam dengan senyum menghiasi wajahku memandangi tubuhnya yang perlahan mulai menjauh, dan menghilang di balik pintu.
"Woy! Key!" dengan teriakannya yang khas.
"Apasih Bel!, ganggu aja deh lo!." Kesalku.
"Ya lagi, lo senyum senyum sendiri, belom aja itu ulasan senyum nyampe ke telinga lo! disangka gila terus digerek ke RSJ baru tau rasa lo!."
"Gue emang udah gila Bel. Bahkan lebih dari gila". Senyum memandangi berkas pemberian kak Gavin.
"Yaampun, Key!!. Apasih yang lo taksir dari seorang Gavin? Iya gue akuin sih dia ganteng gue juga gak mau muna. Tapi dia tuh gak ada manis manisnya apalagi ke cewek. Dingin banget bahkan kutub aja kalah dingin. Senyumpun gak ada Key!! Lo juga gak akan bisa bersanding sama itu manusia! Sadar Key! Sadar!." Dengan nada tidak santainya.
Iya sewaktu kita ngobrol tadi tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya. Datar hanya datar. Tapi bukan telur dadar. Dia terkenal dengan sifat dinginnya. Padahal jika dibayangkan pasti 1000x lipat lebih tampan jika tersenyum. Biarpun hanya sedikit. Dan meskipun sangat mustahil untukku gapai. Ahhh aku tetap padamu kakak ganteng berhati dingin!!.