#5

14 2 0
                                    



Kejadian beberapa waktu lalu, tidak akan pernah bisa aku lupakan. Hingga saat ini aku terus memikirkan wajahnya yang sedang tertawa, tersenyum ke arahku. Sungguh wajahnya luar biasa tampan, aku tidak bohong. Aku mengatakannya tulus dari hatiku yang paling dalam. Ahhh lama lama aku bisa dibawa ke rumah sakit jiwa betulan, kalo gini caranya mah atuhhh.

Sepanjang dosenku menjelaskan materi. Tidak ada satupun yang diserap oleh otakku. Semuanya mantul di gendang telingaku. Hanya senyuman manis itu yang memenuhi pikiranku saat ini.

Brak!!

"KEYFA WETZILONDRA!!!"

"Woyyy, woless woyy wolesss. Gue gak budek!!"

"Jantung gue woy kasian!." Berusaha menenangkan satu satunya jantung yang kumiliki.

"Ya lo gue panggil dari tadi gak nyaut nyaut. Bolot banget tau gak? Akhir akhir ini kenapa sih Key? Lo lagi gak kesambetkan?." meletakkan tangannya didahiku.

"Bell, apaan sih!." Melepaskan tangannya dari dahiku.

"Pantesan panasss."

"Nih anak, bener bener ya."

"Kelas udah bubar, lo mau sampe kapan disini gua tanya? Hah?"

Aku memperhatikan setiap sudut kelas, dan benar saja. Kelas sudah kosong, hanya tersisa diriku dan anak bar bar satu ini. Sebegitunya kah? Hingga aku tidak sadar bahwa kelas hari ini telah usai.

"Key? Mau sampai kapan? Gue mau nyalon nih. Gue tinggal ah bodo. Ngeri ketempelan gue. Gak usah deket deket gue sampe lo udah selesai dirukiah, baru kabarin gue biar gue mau main sama lo lagi!. Bye!!!."

Akhirnya hanya aku yang tersisa di kelas ini. Sendirian. Tapi, tunggu sebentar. Aku? Dirukiah? Bukannya yang seharusnya dirukiah anak bar bar satu itu? Sungguh terlalu.







...





Aku sedang menunggu kedatangan bang Axel. Mau pulang bersama adik tersayang katanya. Aku menunggu di taman utama kampus. Suasana disini sangat menenangkan. Tidak banyak orang yang melakukan kegitaan disini. Hingga satu sosok menarik perhatianku. Dengan jarak yang lumayan jauh dari tempat duduku saat ini. Sosok yang beberapa hari ini memenuhi pikiranku.

"Kenapa baca buku aja bisa seganteng itu sih kak." Gumamku.

Sumpah demi dewi Neptunus, please. Muka seriusnya minta banget dicium. Huhuhu. Oke aku sudah melewati batas kehaluanku. Tapiii, tolong siapapun ini seriusan ganteng banget.

Tak berselang lama, aku mendapat panggilan telepon dari bang Axel.

"Iya, halo."

...

"Fafa masih di taman utama kampus, abang dimana?"

...

"Ohh, okee Fafa kesana. Tungguin jangan ditinggal!. Awas aja kalo ditinggal kaya waktu itu. Fafa ngambek 3 hari." Akupun mematikan ponselku dan segera beranjak dari tempat dudukku.

Tanpa ku sadari. Orang yang sedari tadi aku perhatikan, ternyata juga memperhatikanku sedari tadi. Dengan sebuah ulasan diwajahnya yang terus mengembang. Menghiasi wajah tampannya.







...





Waktu menunjukkan pukul 19.00. Aku sedang menikmati cemilanku, menscroll time line sosmedku. Mencari sesuatu yang menarik disana. Diluar kamar, atau lebih tepatnya ruang tengah di lantai dua. Terdengar teriakan beberapa pria yang tak kalah heboh dari rombongan arisan mamih, padahal mereka hanya bermain game. Oh ayolahh, ini masih terbilang standar jika dibandingkan dengan mereka saat menonton pertandingan sepak bola.

SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang