#4

22 1 0
                                    



Pukul 00.01 pagi dini hari. Aku masih berkutik dengan laptopku diruang belajar yang sudah didesain sedemikian rupa. Membaca dengan detail materi materi yang telah diberikan oleh dosenku yang kadang suka tidak tahu diri jika memberikan tugas. Seperti saat ini. Sungguh tidak memiliki rasa berprikemahasiswaan. Ya bayangkan saja, tugas baru diberikan pukul 21.00 dini hari dan harus dikumpulkan esok paginya pukul 09.00. Bagaimana tidak sadis wahai sahabat?.





 Bagaimana tidak sadis wahai sahabat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(photo by google)

Saat sedang serius seriusnya mengerjakan tugas tiba tiba.

Tok! Tok! Tok!

"AHHH!! AAANJ...jrit.. siapa sih tengah malem ngagetin gue aja sialan!."

"Abang." Ihh mampus denger gak tuh orang.

"Masuk aja bang!, gak dikunci. Fafa masih ngerjain tugas, males bangun."

Ceklek!

Akupun melihat ke arah sumber suara, memperhatikan gerak gerik bang Axel yang masuk, dan berjalan mendekat ke arahku. Aku melihat salah satu tangannya membawa sesuatu dan kupastikan itu adalah segelas susu coklat. Bukan pentungan buat ngeronda keliling komplek.

"Kenapa bang??." Tanyaku dengan menaikan sebelah alis.

Tak!

"Aww!!. Sakit bang! Apa apaan sih dateng dateng asal nyentil jidat aja!!. Sakit bang sakit!!." Kesalku sembari mengelus elus jidatku, yang sudah sangat kupastikan jidatku ini memerah saat ini. Emang gak ada akhlak.

"Makanya punya lisan tuh dijaga. Berenti dulu, terus minum susunya." Dengan santainya dan memberikanku susu coklat yang dia bawa tadi.

"Lagi siapa suruh ngagetin." Kesalku. Yang hanya di respon dengan dengusan kecil.

Aku segera mengambilnya, meneguknya dengan perlahan sembari memperhatikan wajahnya yang juga saat ini sedang memperhatikanku meminum susu pemberiannya.

"Jam berapa sekarang?" tanyanya menuntut jawaban. Akupun menghentikan aktivitasku dan melihat jam yang tergantung di dinding.

"Ja.. jam setengah dua pagi." Jawabku takut. Dan dengan perlahan menundukkan kepala. Aku tidak berani mengangkat kepalaku menatap wajah datarnya.

"Tidur!." Sebagai sebuah perintah.

"Tap..."

"Tidur Fa." Dengan suara datarnya.

"Tapi bang. Tu.." Berusaha menjelaskan.

"Abang bilang tidur ya tidur!."

"TAPI TUGAS FAFA HARUS DIKUMPULIN BESOK PAGII!." Jawabku lantang tidak ingin perkataanku dipotong untuk yang kesekian kalinya. Dan sekarang akupun memberanikan diri menatap wajahnya. Emosi nih emosi ahhh.

SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang