Chapter 3 : Xqual Riac

9 3 0
                                    

Pikiran para calon itu seperti di hubungkan oleh sebuah benang yang saling berkaitan, secara serempak mereka merespon kata itu dan menoleh ke arah Geon.

"...Apa katamu...barusan"

"Sinner...kau bilang?"

"A-aku mendengarnya juga..."

Semua orang terpaku ke arah luar, sebelum sinner itu mengaum dengan suara seperti tulang yang dijatuhkan ke lantai dan suara besi panas yang di hantam ahli pandai besi bersamaan. Suaranya sangat keras sampai tidak ada satupun orang yang mau mendengar suaranya dan tidak menutup telinganya.

"Aakh!"

"Telingaku!"

Suara teriakan sang penghuni laut Alba tersebut semakin memperparah kerusakan Boaz.

"Kenapa... Bisa begini..."

"Tamat sudah..."

Suara jeritan dan putus asa terdengar dimana-mana, sang sinner tersebut tidak menghiraukan mereka, anehnya makhluk tersebut hanya mengunyah kayu-kayu tua Boaz. Bagian kapal itu sudah tidak berbentuk seperti sebelumnya.

Para penumpang di kapal terus memanjatkan doa-doa terhadap apa yang mereka percayai, tetapi melebihi doa-doa terhadap dewa-dewa, adalah doa yang mereka panjatkan sang Tuhan pemilik Kerajaan Rapience, sang raja dan penyelamat, Lo Kruz Rapience.

"Sinner!" Ariel yang mendengar hal itu segera pergi keluar sebelum ada tangan yang mencegahnya.

"Apa yang ingin kau lakukan, jangan bilang kau ingin melawan makhluk itu" Laura berkata sambil memegang tangannya.

"Minggir Nona Laura!" Ariel melepaskan tangan yang memegangnya, "Ini adalah balas dendamku 4 tahun yang lalu!"

"Cobalah berpikir apa akibat tindakan yang kau lakukan!" Laura berkata dengan nada marah, namun di sela-sela perkataannya ada perasaan peduli yang dimasukkannya, "Dengan kekuatanmu yang sekarang kau bukanlah lawannya. Apa kau ingin membuang hidup yang diberikan oleh orang tuamu dengan percuma!? Apa dengan memuaskan ego yang kau miliki kau sudah puas!? UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM HIDUPMU! KUMOHON DENGARKAN AKU!" terdengar kesedihan saat dia berbicara, teriakannya memecah doa-doa orang terhadap Rapience.

"Maaf, aku berteriak..." Katanya pelan, "aku cuma-"

"Baik, aku mendengarmu..." Ariel mendengarkannya, "kakak..."

"Nona Laura..." Vida yang berada di antara mereka berdua memberanikan dirinya untuk berbicara, "Apa yang harus kita lakukan?"

"Aku tidak tahu, Vida" Laura mengernyitkan dahinya, "Aku tidak tahu"

Noir mengamati pemandangan di dalam ruangan itu. Teriakan, sumpah, dan doa-doa bercampur dalam ruangan itu. Noir berpikir keras bagaimana bisa keluar dari masalah ini.

"Bukankah Tuhan itu kejam?" John Sam yang terduduk termenung di sebelah Noir itu berkata, "Kenapa orang-orang di kerajaan Rapience harus menanggung hukuman ini. Malakel Ahmik mengadakan perjanjian dengan dia yang menciptakan bintang-bintang. Dan kita mendapatkan kekuatan spesial yang dia berikan. Namun, kerusakan yang kita timbulkan dengan perang saudara mengakibatkan jumlah yang terus bertambah. Dan saat kita sibuk membunuh, sinner semakin menambah buruk hal itu!"

Noir mengetahui hal itu, meskipun sekarang mereka mempunyai Raja Rapience, namun hal itu semakin memperburuk keadaan mereka. Rapience sangat menginginkan kekuasaan mutlak seperti dia yang menciptakan bintang-bintang dan menjajah negara lainnya untuk ambisinya mengakibatkan kerusakan yang semakin memperburuk, ditambah dengan teror kuno sinner...

A Heart HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang