Di sebuah ruang pemotretan terdapat seorang model muda berparas cantik bernama lengkap Jenifer Seraphina Cartlon sedang memperagakan berbagai gaya seiring dengan suara jepretan kamera dan kilap cahaya, dipemotretan kali ini Jennie sedang membawakan produk yang menjadikan dirinya sebagai brand ambassador selama lima tahun berturut-turut.
"Okay, cukup! Sesi foto kali ini udah selesai!" Sang fotografer terkenal bernama Andrew tersebut menginstruksi bahwa pemotretan hari ini sudah selesai.
Jennie menghela napas lega, akhirnya saat-saat yang dia tunggu tiba juga. Hari ini jadwal pemotretan Jennie lumayan padat, dia berangkat dari jam delapan pagi dan baru selesai jam lima sore. Terlebih dia mengambil cuti dengan alasan sakit selama seminggu yang pastinya jadwal pemotretan satu minggu yang lalu dipindahkan di minggu ini. Bukan tanpa alasan Jennie kekeh meminta cuti seminggu jika bukan karena kissmark sialan yang beterbangan di sekujur leher, bahu, dan dadanya. Selama seminggu itu pula dia tidak keluar dari apartemen. Sialan memang. Untungnya dalam waktu enam hari lamanya kissmark itu hilang jadi Jennie tidak mati kutu di apartemen lebih lama lagi.
"Jen, mau minum?" tawar Moni--assisten Jennie--sambil memberikan vanilla latte yang termasuk dalam minuman favorit Jennie.
"Uhm, thank you, Mon." Jennie mengambil vanilla latte dari tangan Moni dan langsung menyesapnya perlahan. Hm, aroma vanilla latte membuat Jennie merasa lebih baik.
"Okay, no problem. Abis ini mau langsung balik ke apart atau nggak?" tanya Moni.
"Gue mau langsung pulang ke apart aja, mau istirahat abis ini, gue capek, Mon. Gue mau siapin tenaga buat besok, kayaknya kerjaan gue nggak ada ujungnya ya," cerocos Jennie panjang lebar, kalau boleh jujur menjadi model itu tidaklah mudah, terlebih ketika sang fotografer belum puas dengan hasil jepretannya dan alhasil harus mengambil foto lagi sampai hasilnya seperti yang diinginkan, tak jarang pula kakinya sakit ketika terlalu lama berdiri, dan bibirnya pegal karena terlalu banyak tersenyum. Tapi, walaupun begitu, Jennie sangat mencintai dunianya yaitu menjadi seorang model.
Moni tertawa sambil mengangguk. "Iyalah, lo lupa ya? Lo itu kan masuk nominasi model terlaris sejak dulu."
"Ck, nggak ah. Biasa aja, masih larisan Dora sama Caramel tuh." Jennie tersenyum malu-malu, dia tidak suka disanjung begitu tinggi walaupun kenyataannya memang seperti itu.
"Haduh, kebiasaan banget sih merendah. Eh, iya. Gue lupa Jen, ada yang pengen ketemu sama lo, dia udah nunggu di ruang make-up tuh. Katanya sih lo kenal sama dia."
Jennie mengernyit bingung, perasaan dia tidak punya janji dengan siapapun termasuk Devlin. "Siapa namanya? Cewek atau cowok?"
"Cowok, ganteng banget serius. Enak banget ya jadi model, gebetannya cakep-cakep," cerocos Moni.
"Sekarang di mana?"
"Di ruang make-up lo, gue tadi udah bilang kali."
"Ck, gue lupa. Gue mau temuin tuh orang dulu. Lo tunggu sini aja, Mon."
"Okay! Jen, kalo lo nggak mau sama tuh cowok, buat gue aja. Gue mau sama dia duarius," ucap Moni sambil cekikikan tak jelas.
Jennie tak menyahut dan hanya memutar bola matanya malas. Moni si pengagum cowok ganteng yang berambisi punya cowok ganteng. Kalau Moni ingin cowok ganteng, lain halnya dengan Jennie yang ingin cowok setia. Dia sudah hidup bergelimang harta sejak embrio jadi harta tidak terlalu penting baginya, sedangkan ganteng itu relatif tapi, setia itu luar biasa. Bukankah begitu?
Jennie membuka handle pintu ruang make-up, baru saja dia ingin melangkah masuk mendadak dikejutkan oleh sesosok pria jangkung yang berprofesi sebagai seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi tersebut duduk di sebuah kursi yang berada di ruang make-upnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Doctor
Romance[Romantic Comedy] Sekuel Bad Girl and Good Boy PLEASE, DON'T COPY MY STORY!!! Amazing cover by @karasmara Usai mendapat luka dari sisa perpisahan orang-orang biasanya akan melewati sebuah fase dimana memilih menghindari sang pelaku dan menyembuhkan...