bab 3

152 31 20
                                    

Ichiro terbangun di pagi hari oleh alarm kamarnya.

"WOI JANGAN DORONG KAMPRET!"

Tangannya terangkat ke atas seolah ingin meraih sesuatu.

Dengan cepat pintu kamarnya terbanting. Memperlihatkan raut wajah cemas dari kedua adiknya.

Sebelum kedua adiknya bertanya, Ichiro telah menerjang mereka dan memeberikan sebuah pelukan besar. Dia menangis dengan keras, seolah dunia telah berakhir. Kedua adiknya Cuma menatapnya dengan khawatir.

Setelah Ichiro tenang, Saburo memberinya minum. Dan menunggunya berbicara.

"Nii-chan, ada apa? Kenapa kau menangis?" Jiro bertanya.

"Ichi-nii jangan buat kami takut."

"Maafkan aku," pandangannya meredup. "Tapi Nii-chan juga tidak tahu. Nii-chan hanya-"

Belum sempat Ichiro menyelesaikan kalimatnya Jiro dan Saburo telah memeluknya. Menyalurkan kehangatan mereka kepada Ichiro.

"Ichi-nii, jangan pasang wajah yang murung begitu."

"Benar nii-chan, jangan sedih. Kami ada di sini untuk nii-chan. Jika ada yang membuat nii-chan sedih katakan padaku, akan membantu!"

"Hylyh, yang ada kamu membuat Ichi-nii makin susah."

"Ngajak berantem?!"

"Kyu lah!"

Ichiro melihat pertengkaran mereka dengan senyuman. Biasanya dia akan marah, tapi kali ini dia merasa sangat rindu akan pertengkaran mereka.

"Haik, haik. Sudah bertengkarnya. Ayo sarapan!"

"Haik nii-chan/Ichi-nii!" kata mereka dengan semangat.

"Oh iya, bukankah kita akan berlibur nii-chan?"

"Benarkah?"

"Ichi-nii sudah lupa? Kita kan akan ke pantai."

Seketika ada perasaan tidak enak di dada Ichiro. Seolah ada sesuatu yang menyakiti dadanya. Tapi ditepis jauh-jauh oleh Ichiro.

"Ah benar juga. Ayo bersiap!"

Jam telah menunjukkan angka sebelas, Yamada kyoudai telah bersiap untuk berlibur. Sekarang mereka tengah munggu kedatang bus di halte. Wajah mereka menunjukkan semangat, terutama Jiro dan Saburo.

Saat sedang menunggu, Ichiro tidak sengaja melihat halaman depan sebuah Koran yang tengah dibaca oleh seorang gadis bertopi yang duduk di sebelahnya. Di sana Ichiro melihat berita tentang hiu. Dan seketika dia ingat semuanya.

Dadanya sakit. Ichiro terjatuh bersimpuh karena rasa sakit dan semua ingatan yang tiba-tiba masuk ke kepalanya. Jiro dan Saburo segera menghentikan perdebatan mereka dan mendekati Ichiro.

"Ada apa nii-chan?! Apa kau sakit?!" Jiro beseru.

"Aku akan panggilkan ambulan." Saburo segera mengeluarkan ponselnya.

"Tidak," Ichiro menghentikan Saburo. "Nii-chan tidak apa-apa. Sebaiknya kita batalkan berlibur ke pantainya."

"Eh kenapa?"

"Baka jiro! Jelas-jelas Ichi-nii sedang sakit."

"Tapi, mungkin Cuma tahun ini aku bisa berlibur dengan nii-chan."

Melihat wajah Jiro yang murung membuat Ichiro sedih. Tapi dia juga tidak bisa membawa mereka ke pantai, karena maut telah menanti mereka di sana.

Setelah beberapa menit memikirkan sesuatu yang dapat membuat Jiro kembali ceria, sebuah selembaran terbang ke kaki Ichiro karena terbawa angin. Ichiro mengambilnya dan membacanya. Ternyata itu adalah selembaran tentang sebuah taman bermain yang baru saja dibuka untuk umum. Dan tempatnya tidak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Jiro, Saburo lihat ini!" Ichiro menunjukkan selembaran itu. "Kenapa tidak ke sini saja?"

"Wah, ide yang bagus Ichi-nii!"

"Kali ini aku setuju dengan Saburo. Ayo nii-chan!"

Ichiro senang dia telah berhasil menjauhkan adik-adiknya dari maut. Tapi tetap membuat kedua adiknya bahagia.

Ketiga bersaudara itu telah sampai ke tempat tujuan, sebuah taman bermain 'Happy Land'. Taman bermain itu sangan besar dan meriah. Banyak pengunjung berdatangan bersama teman-temannya atau keluarga mereka.

"Wah besar sekali!" mata Jiro dan Saburo berbinar-binar menatap semua wahana permainan yang ada.

"Nii-chan lihat! Ada even anime juga!"

"Benarkah? Apalagi yang kita tunggu?!" dengan kencang Ichiro berlari menuju keruman tersebut, mencari waifunya.

"Jiro baka! Ngapain kesana sih?! Kan aku ngak begitu suka anime!"

"Ya udah, ngak usah ikut. Biar aku sama nii-chan aja yang senang-senang."

Perdebadan Jiro dan Saburo tidak berakhir. Sedangkan Ichiro jauh di depan mereka.

Tanpa mereka berdua sadari, sebuah crane yang mengangkut tumpukan besi besar di dekat mereka mengalami kerusakan. Kawat yang mengikat besi-besi tersebut longgar dan menjatuhkan semua besinya.

Semua orang berteriak sambil berlari menjauh. Tapi tidak dengan Jiro dan Saburo, mereka terlalu larut dalam pertengkaran. Semua orang sudah mencoba memanggil mereka, tapi mereka tidak mendengar.

Dan mereka tertimpa besi-besi yang berjatuhan.

Keributan semakin menjadi kala lautan darah mewarnai tanah. Keributan itu juga telah menyadarkan Ichiro. Dengan segera dia menuju sumber kericuhan.

Dan sekali lagi dia shock. Kedua adiknya tidak lagi bernyawa di hadapannya.

Ichiro berteriak, berlari seperti orang gila menuju mayat adiknya. Ichiro berusaha membangunkan keduanya, tapi nihil, mereka tidak akan pernah bangun lagi. Orang-orang di sekelilingnya tidak dapat berbuat apa-apa.

Ichiro menyalahkan lagi dirinya karena tidak mengawasi adiknya dengan benar. Seberapa banyakpun dia menangis tidak ada yang berubah.

'Tuhan telah membenciku,' pikinya.

"Tidak. Jangan menyerah Ichiro."

Sebuah tepukan hangat menyentuh bahunya. Dia tahu tangan kecil yang menyentuhnya.

Saat dia mendogkak, dia melihat wajah [Name] yang manis. Gadis itu terseyum kecut. Seolah merasakan kesedihan Ichiro.

"Tuhan telah membenciku." ulangnya.

"Tidak, dan tidak akan pernah. Jangan menyerah Ichiro. Aku yakin masih ada jalan!"

"Tidak ada lagi."

[Name] kesal melihat wajah Ichiro yang menyerah. Dan tanpa ampun [Name] menampar wajah tampan Ichiro.

"Kemana Ichiro yang kukenal?! Ayolah jangan jadi cengeng begitu!"

"Kau tidak akan paham! Betapa sakitnya melihat mereka mati di depanku berkali-kali. Kau tidak akan paham!"

Ichiro berteriak dengan beruraian air mata. Entah sudah berapa kali dia menghabiskan waktunya untuk menangis. Tidak dapat dihitung lagi.

"Aku paham." [Name] menjawab pelan. Dia teringat semua manusia yang dia kenal mati, kerena umur mereka lebih pendek dibandingkan dirinya.

"Eh?"

"Sudah! Jangan nangis lagi. Ayo berusaha demi adik-adikmu dan juga demi dirimu sendiri!"

Lalu [Name] mendorong Ichiro dengan kuat, lagi.

#####

Ahay! Bab tiga donk ≧∇≦)

Aku penasaran, apa ada yang sudah bosan dengan ini?

Mizuha 🌻

sequel He : Take your happiness again! [Fin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang