Ekstra Chapter

193 31 24
                                    

Seorang pria dua puluh tahunan dengan khusuk berdo’a di kuil. Saking khusuknya dia tidak menyadari seseorang di belakangnya.

“Tumben sekali kau alim.”

Pria itu berbalik dam melihat seorang pemuda seumurannya yang mengenakan hakama dan berambut merah sambil memegang sapu taman.

“Ah Kuuko, lama tidak berjumpa.”

“Yo. Lama tidak berjumpa, Ichiro. Bagaimana kalau kita duduk sambil minum soda seperti dulu?”

“Boleh juga.”

Mereka berdua pindah ke bawah pohon besar yang rindang sambil menikmati soda. Angin musim gugur berhembus menerpa mereka.

“Jadi ada apa kau berdoa kesini? Bukannya di Ikebukuro juga ada
kuil,” Tanya Kuuko.

“Memang benar, tapi aku sudah berjanji kepada seseorang untuk mengunjunginya di sini.”

“Mengunjungi?”

“Yap,” Ichiro hanya bisa terseyum mengingat kenanganya dua bulan lalu. “Sebenarnya-”

Ichiro menceritakan segala kejadian yang menimpanya, dari dia terjebak dalam lingkaran waktu yang membuatnya bunuh diri berkali-kali, pertemuannya dengan seorang gadis manis yang mengatakan kalau dia adalah siluman agung, paradoks waktu yang membuatnya berkali-kali melihat adiknya mati, sampai kejadian dia hampir mati.

Kuuko mendengarkanya dengan seksama.

“Dan begitulah. Aku berjanji pada [Name] untuk mengunjungi kuilnya jika ada waktu. Dan aku tidak sangka kalau kuilnya itu adalah rumahmu.”

Tawa Ichiro menggema di bawah pohon, menyebarkan kebahagiaannya kepada yang lain.

“Kau beruntung sekali bro.”

“Kau percaya?”

Kuuko menegak sodanya sebelum menjawab. “Tentu saja. Aku sudah sering melihat hantu, youkai, dan yang lainnya. Masa aku tidak percaya kepadamu yang bertemu si cewek bar-bar.”

“Cewek bar-bar?” Tanya Ichiro bingung.

“Ya, gadis siluman yang bertemu denganmu, [Name] adalah gadis bar-bar yang suka ribut dan menjahili pengunjung kuil. Jadi kadang suka gua jahilin balik. Bwa ha ha ha.”

Ichiro hanya bisa sweatdrop melihat temannya tertawa terbahak. “Kau juga bar-bar.”

“Apa?”

“Tidak lupakan,” Ichiro melihat jam di ponselnya. “sudah waktunya aku bekerja. Kuuko, kalau bertemu dengan [Name], tolong sampaikan rasa terima kasihku. Dan berika ini padanya.”

Ichiro mengeluarkan sebuah kotak bento yang di balut dengan kain berwarna [Your favorite color] dan bergambar rubah kecil.

Kuuko menerimanya. “apa ini?”

“Bento. Aku tidak tahu apa yang harus kuberi, jadi kubuat bento saja. Sekalian membuat bekal untuk adik-adikku. Maaf aku tidak sempat membuat untukmu.”

“Hee,” Kuuko melihatnya dengan seksama. “Kenapa tidak kau kasih sendiri saja? Nanti aku makan loh.”

“Ha ha ha, kau ini. Tolonglah.”

Sebuah dering ponsel mengagetkan Ichiro. “Ah baiklah, aku harus pergi. Jadi tolong ya, bro. Sankyu!”

Lalu Ichiro berlari menjauh sambil mengangkat panggilan di ponselnya.

Setelah dia benar-benar menghilang di balik tangga kuil, kuuko baru bisa bersuara.

“Mau sampai kapan kau di sana? Kenapa tidak kau temui saja tadi?”

“Mana berani aku menatap mukanya lagi.”

Seorang gadis bertelinga rubah yang tengah duduk di atas pohon yang menjawab. Dari tadi dia hanya menguping pembicaraan kedua pria tersebut.

Dengan anggun dia meloncat turun ke sebelah kuuko.

“Aku sudah mencuri ciumannya. Aku ngak kuat melihat wajahnya
lagi,” wajah [Name] memerah karena mengingat kejadian itu.

“Wah sekarang kau jadi mesum ya. Baiklah sekarang namamu jadi [Name] si siluman mesum!” Kuuko meledek.

“Bangsad!”

“Wah bahkan mulutmu saja sudah kasar.”

“Ini karena kau goblok.”

“Sekali lagi kau mengataiku, kumakan juga bento ini,” Kuuko mengangkat bento pemberian Ichiro tersebut.

Dengan kasar direbut oleh [Name]. “Berikan padaku!”

“Jadi, berapa banyak yang harus kau bayar?”

[Name] menatap dengan takjub bento ditanganya, tanpa memperdulikan Kuuko.

Kesal dikacangin, Kuuko menarik telinga rubah [Name]. “Dengerin woi!”

“Aduh aduh, lepasin!”

Kuuko melepaskan jewerannya. [Name] menghelus telinganya yang merah.

“Kau kejam!”

“Makanya jangan dikacangin. Jawab pertanyaan gua!”

“Iya iya,” [Name] memayunkan bibirnya dengan menggemaskan. “Ngak banyak kok. Cuman lima puluh tahun umurku saja. Sepuluh tahun untuk setiap kali memutar waktu dan sepuluh tahun untuk menarik rohnya lagi ke tubuhnya.”

“Kalau kau manusia, pasti sudah kuteriaki ‘banyak itu, goblok’. Tapi karena kau siluman, jadi b aja.”

“Cih.”

“Yaudah, gua mau nyapu lagi. Awas kalau lu bikin kotor lagi. Gua jahili lebih parah ntar.”

“Iya iya iya, bacot. Udah sana.”

Setelah Kuuko pergi, [Name] pun pergi ke tempat favoritnya untuk  membuka bento pemberian Ichiro.

Di atas jembatan tempat dia selalu nongkrong, barulah dia memakan bentonya. Di dalam kotak bento kayu tersebut telah ada beberapa dadar gulung manis, onigiri yang di bentuk seperti kucing, beberapa bola daging, dan tiga buah tomat ceri. Semuanya di tata dengan sangan cantik. Ibu-ibu yang sering buat bekal anaknya menangis melihat ini.

Setelah mengambil sebuah telur gulung dan memakannya, air mata [Name] tumpah.

“Ah, enak sekali,” katanya. Dengan ujung lengan bajunya dia menyeka air matanya. “Sayang sekali aku tidak langsung berjumpa denganmu.”

[Name] memasukan lagi makanan buatan Ichiro ke mulutnya. “Tapi aku janji aku aku akan berbicara secara langsung lagi denganmu,” [Name] terseyum. “Dan akan kusampaikan, kalau aku mencintaimu.”

Dia terbahak. “Ha ha ha, begini ya rasanya bertepuk sebelah tangan?”

Sambil tertawa [Name] makan. Dia percaya kalau Ichiro sekarang sudah bahagia. Dan itu lah yang terpenting untuknya.

#####

Yatta!!
Akhirnya benaran selesai ceitanya.
(´∀`)♡

Aku takut kalau aku ngak bisa menyelesaikannya dan mengecewakan Haki chan.

Tapi berkatnya juga aku berhasil. Sankyu ya Haki chan.

Kalian juga, jangan lupa membaca cerita karya Hatarakimono ya!
Dijamin tidak akan menyesal!!

≧∇≦)b

Terima kasih sudah bersedia mengzinkanku untuk membuat sequelmu yang bagus itu. Maaf karyaku ngak sesuai ekspetasimu :")

After all. Terima kasih kepada Tuhan yang mahaesa,  juga kepada para pembaca yang mau membaca ceritaku, walau ini ngak seberapa.

Sekali lagi terima kasih.

Mizuha 🌻

sequel He : Take your happiness again! [Fin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang