bab 1

407 38 29
                                    

Lagi dan lagi manusia itu melakukanya lagi. Berkali-kali hingga sang gadis bosan melihatnya. Apa lagi yang dia lakukan adalah hal yang salah.

Bunuh diri.

Pria bermata heterocromia itu terus bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya di jembatan ini. Padahal ini adalah tempat sang gadis suka melamun.

Pria itu mendapatkan hukuman kerena melawan takdir yang dimilikinya. Tuhan membuatnya merasakan pahit dan kesedihan dosa dengan cara membiarkanya berada dalam lingkaran waktu yang tak berhenti. Bahkan dirinya terbagi dua kerena jalinan takdir ingin membuatnya semakin menderita.

Hanya sang gadis yang dapat merasakannya. Karena dia adalah siluman agung.

Saat pria itu siap melakukan bunuh diri yang ketiga puluh kalinya, gadis siluman itu menghentikannya. “Oi, bisakah kau berhenti sebentar?”

Pria itu kaget dan celingukan kesana kemari. Tapi tidak menemukan asal suara berusan.

“Di atas sini.”

Saat si pria mendongkak ke atas, dia dapat melihat seorang gadis sedang berdiri di atas tiang jembatan. Gadis tersebut berdiri dengan mudah tanpa kehilangan sedikit pun keseimbangan.

“Siapa kau?!” Pria itu berseru lantang karena kaget.

Gadis itu turun dengan angun tanpa kesulitan. Seperti kelopak bunga yang terjatuh dari pohon. Dia mendarat tepat di depan sang pria.

“Namaku [ Your Full name ]. Aku adalah  siluman rubah yang selalu nongki di jembatan ini.” Katanya sambil tersenyum lebar. “tapi kegiatanku terganggu karena kau selalu bunuh diri di sini.”

“Selalu?” dia bertanya bingung.

“Yap! Apa kau melupaknnya? Sudah tiga puluh kali kau bunuh diri, jika dihitung dengan tadi.”

“Mustahil. Ak-aku baru saja ingin mati.”

“Yah memang susah dipahami, tapi itu kenyataanya.”

[ Name ] hanya mengedikkan bahu. Sedangkan si pria terpuruk.

“Aku sudah tidak peduli lagi. Biarkan aku mati. Mau berapa kali pun, dosaku tidak akan terampuni!”

Setelah berteriak frustasi si pria memanjat pembatas jembatan. Bayangannya hanya bisa tersenyum getir menatapnya. Bayangannya kira gadis itu bisa menyelamatkannya.

Tapi itulah yang akan dilakukan oleh [ Name ]. Dengan kasar dia menarik tangan pria itu. Sekali sentakan cukup membuatnya kembali ke balik pagar pembatas.

Sambil meringis pria itu berkata, “sakit oi!”

“Ups, jangan salahkan aku. Kau yang langsung melopat. Aku hanya tidak ingin kau mengotori sungai di bawah sana dengan dosamu lagi.”

“Cih.”

Pria itu hanya bisa menggerutu sambil menangis. Meninju lantai jembatan yang terbuat dari batu adalah pelampiasannya. Seberapa sakit pun tangannya, lebih sakit lagi hatinya. Kedua adiknya mati kerena dirinya.

“Hei, angkatlah kepalamu. Ayo cerita, mungkin aku bisa membantu.” [Name] menyentuh bahunya. “Siapa namamu?”

Awalnya dia hanya diam, tapi dengan suara serak dia pun menjawab.
“ Ichiro Yamada.”

“Ehhhh?!” [Name] kaget bukan main. “Ka-kau itu salah satu rapper yang terkenal itukan? Ya ampun, aku benaran ketemu salah satu dari mereka.” Gadis itu sibuk fansgirl-ing sendiri.

“Kau tahu aku?”

“Iya iyalah. Kau itu salah satu rapper terkenal. Walau di tempat tinggalku juga ada rapper, tapi aku lebih ngefans denganmu. Apa lagi pas masa-masa The Dirty Dwag, kamu keren. Aku tidak mengenalmu karena rambut dan dandananmu yang berbeda. Ou iya, di mana adik-adikmu? Bukankah kalian satu grup?”

Mendengar itu, Ichiro menunduk dalam. Kesedihannya kembali.

“Mereka telah tiada.”

“Oh maafkan aku.”

“Tidak itu bukan salahmu.” Ichiro kembali menangis. “Ini salahku.”

“Apakah itu yang membuatmu bunuh diri?”

Ichiro mengangguk lemah. Dan dia menceritakan segalanya, menumpahkan kesedihannya. Entah kenapa, hanya kepada gadis yang mengatakan dirinya adalah siluman ini saja Ichiro bisa terbuka. Apa ini takdir?

“Itu bukan salahmu.” Komentar [Name]. dia duduk di sebelah Ichiro, mendengarnya bercerita. “Dan aku yakin, adik-adikmu pun tidak pernah meyalahkanmu atas kematian mereka.”

“Begitukah?” Ichiro tersenyum kecut. Walau benar demikian, adiknya tidak akan bisa kembali.

Hening menemani mereka untuk beberapa saat. Mereka terlarut dalam pikiran masing-masing. [Name] berpikir sesuatu yang bisa menolong Ichiro.

“Aku tahu!” tiba-tiba [Name] berdiri. Sebuah ide telah memasuki pikirannya.

Dengan semangat dia menarik tangan Ichiro, memaksanya untuk berdiri.

“Dengar. Aku akan memberimu kesempatan untuk merubah takdir!”

“Apa?” Ichiro mencoba mencerna perkataan [Name].

“Karena aku adalah siluman agung. Aku akan membuatmu kembali ke waktu sebelum insiden itu terjadi. Bagaimana?”

Ichiro tertarik. Bukankah ini seperti anime yang sering dia tonton bersama Jiro? Ah, mengingat itu membuatnya kembali sedih.

“Bisakah itu dilakukan?”

“Huh, jangan remehkan aku.” [Name] mendengus. Ekornya mengibas kesana-kemari. “Setiap harinya pasti ada yang akan berdoa ke kuil yang aku tinggali. Tapi kau beruntung, kau langsung berjumpa denganku dan kuberi sebuah keajaiban.”

[Name] menepuk dadanya dengan bangga. Sikapnya sangat kekanakan di mata Ichiro. Dan hal itu menghangatkan hatinya.

“Baiklah. aku berterima kasih padamu, Megami-sama.” Ichrio berkata sambil menunduk hormat.

[Name] yang diperlakukan seperti Dewi sungguhan membuat pipinya merona. Apalagi Ichiro satu-satunya yang memberlakukannya demikian. Pendeta kuil di tempat tinggalnya saja sering menjahilinya.

“O-oke. Kalau begitu ayo kita mulai ritualnya!” dengan segera [Name] mengilangkan pikiran anehnya. “Ichiro Yamada gengamlah   tanganku.”

Wajah [Name] berubah serius. Dengan tenang Ichiro menerima uluran tangan [Name]. Gadis itu menutup mata dan mulai merapalkan mantra. Kalimatnya tidak dapat didengar dengan jelas oleh Ichiro. Setelah beberapa saat, munculah lingkaran sihir di bawah kaki mereka berdua. Lingkaran itu bercahaya dengan lembut, seperti cahaya langit sore. Perasaan Ichiro ikut menghangat.

Pandangannya berubah menjadi hamparan putih tak berujung. Dia melayang di tengah ruangan itu. [Name] juga melayang di depannya.

“Owah, di mana ini?”

“Ini di ruangan ‘antar waktu’.” [Name] mengibas tangannya.
“ Dengar, aku akan mengirimmu ke masa lalu. Jadi kau akan bangun di saat pagi, sebelum insidennya terjadi. Mungkin kau akan lupa. Oleh karena itu aku memberimu ini.”

[Name] menyerahkan sebuah kalung berbandul batu Kristal [ Your favorite color]. Batu kristal itu sangat indah, cahayanya berkilauan. Pikiran Ichiro membayangkan harganya.

“Kristal ini akan menjadi sebuah benda keberuntungan. Dia akan selalu mengingatkanmu tentang kejadian ini. Maka kenakanlah.”

“Oh oke.” Ichiro menggunakan kalung Kristal itu di lehernya.

“Baiklah, aku akan mengantarmu kewaktu sebelum insiden itu.”

Setelah mengatakan itu, [Name] sekali lagi membaca mantra. Seketika disekitar mereka berdua menjadi terang oleh cahaya. Saking terangnya, Ichiro harus memejamkan matanya.

Saat [Name] menyelesaikan mantranya dia mendorong Ichiro ke belakang dengan kuat.

“Sampai berjumpa lagi. Semoga kau bisa merubah takdir burukmu.”

Ichiro terdorong dengan keras hanya dapat berteriak. “Waaaaa.”

Dan Ichiro menghilang dibalik cahaya.

------

Sip satu selesai ≧∇≦)/

Mizuha 🌻

sequel He : Take your happiness again! [Fin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang