bab 4

157 32 23
                                    

Suara alarm menggema di dalam sebuah kamar sempit dan membangunkan sang pemilik. Dia langsung terduduk dan mengulurkan tangan.

“WOI JANG-”

Ichiro terhenti di tengah teriaknya, dan menatap tangannya dengan ekspreksi bingung.

“Sepertinya  aku sudah melakukannya berkali-kali deh.”

Dia hanya mengedikkan bahunya dan turun dari kasur. Melakukan sedikit peregangan sebelum keluar dari kamar sambil menggaruk perutnya.

Di dapur telah terlihat adik kedua sedang menggenakan celemek.

“Ah nii-chan, selamat pagi.”

“Pagi Jiro. Biar kubantu memasak.” kata Ichiro seraya mengenakan celemek juga.

“Ti-tidak apa nii-chan, biar aku saja. Nii-chan sebaiknya mandi.”

Dengan tersenyum Ichiro membelai kepala Jiro. “Terima kasih ya.”

Ichiro melaksanakan ritual mandi seperti yang disarankan Jiro. Saat melepaskan bajunya dia melihat sebuah kalung berbandul Kristal [Your favorite color] tergantung di lehernya.

“Hah? Sejak kapan aku memilikinya?”

Dengan seksama Ichiro melihat Kristal itu. Ada semacam perasaan familiar merasuk hatinya. Namun dia abaikan.

Tapi perasaan itu tidak dapat hilang dan terus muncul.

Saat Ichiro berendam di dalam bak mandi, perasaan seperti tadi muncul, tapi kali ini perasaan itu membuatnya sedih.

“Kenapa aku menjadi sedih?”

Dengan segera Ichiro menyelesaikan ritual mandinya dan segera bergabung dengan Jiro dan Saburo yang telah bangun di meja makan.

Melihat wajah kakak tersayangnya berkerut, Saburo bertanya.

“Ada apa Ichi-nii ? wajahmu tertekuk begitu.”

“Ah maaf mengganggumu Saburo. Aku hanya sedang berpikir.”

“Berpikir apa nii-chan? Mungkin aku bisa membantu!”

Melihat wajah Jiro yang penuh semangat membuat perasaan janggal itu muncul lagi. Sebenarnya ada apa dengannya?

“Begini, dari tadi aku merasakan perasaan yang aneh. Perasaan seperti aku sudah pernah melakukan sesuatu. Perasaan apa itu?”

“Hmmm,” Jiro berpikir keras mengenai pertanyaan itu.

“Mungkin itu Deja’vu, Ichi-nii” kata Saburo .

Deja’vu?” otak Jiro tidak mengerti kata tersebut.

“Dasar lemot, Deja’vu itu adalah peristiwa dimana kita merasa seperti sudah mengalami/merasakan suatu pengalaman, namun belum pernah mengalaminya.”

“Oh, tapi ngak usah ngejek juga
donk.”

Mereka siap untuk berdebat lagi, namun Ichiro menghentikannya.

“Sudah, jangan berantem. Oke?”

“Huh kalau bukan karena Ichi-nii aku ngak akan berhenti mengejekmu.”

“Ingin rasanya menghajarmu, tapi nii-chan bilang berhenti.”

“Sudahlah, bukankah ada yang harus kita lakukan?”

“Benar juga! Kita kan akan berlibur kepantai!”

Seperti tersengat listik, Ichiro tersadar dan berdiri dari kursinya.

“Tidak boleh!” teriaknya.

“Eh?”

Tersadar dari terikannya Ichiro kembali duduk. “Maaf kan nii-chan. Tapi kita tidak akan ke pantai.”

sequel He : Take your happiness again! [Fin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang