vote dulu jangan pelit!
Matahari yang bersinar terik membakar tak menghentikan kota itu dari terlihat sibuk, walau sebenarnya memang sibuk. Orang-orang yang terus menyebrang, pedagang-pedagang di pinggir jalan yang sibuk membungkus dagangannya yang laris manis di jam makan siang, dan juga Tiffany yang sibuk mengantar ayam ke meja para pembeli di restoran ayam keluarganya yang tak terlalu besar itu. Tak lupa ia tersenyum dan membungkukan sedikit badannya setelah meletakan piring ayam diatas meja.
"Fany-ah." Suara lembut yang sangat dikenal Tiffany membuat wanita berambut hitam itu berpaling dari mesin bir yang sedang digunakannya.
"Ah- ibu. Ada apa? Kenapa ibu malah kesini? Bagaimana kalau ibu sakit lagi?" Khawatir Tiffany sambil menuntun ibunya untuk duduk dan meminta pekerja lain di restorannya untuk mengambil alih pesanan.
"Sudahlah Fany, kau tau ibumu ini hebat. Dia baik-baik saja sekarang." Jawab ibunya berusaha meyakinkan Tiffany- anak sulungnya.
Tiffany hanya bisa menghela napasnya ringan dengan pasrah, ia tau ibunya ini tak mungkin bisa dibujuk dengan mudah. Sangat bersemangat dan keras kepala- hampir di setiap kesempatan yang ada.
"Fany-ah, ambillah ini. Tidak banyak tapi kau bisa menggunakannya untuk membeli beberapa pakaian baru." Wanita tua itu menyodorkan beberapa lembar uang pada Tiffany. "Astaga, anakku lihatlah dirimu, bisa-bisanya kau hanya menggunakan pakaian lusuh ini sehari-hari?!" Timpalnya mengomeli anaknya itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya."
Tiffany yang sudah sangat mengenal ibunya bahkan tak harus repot-repot menolaknya, ia tau ibunya akan melakukan apapun untuk membuatnya menerima uang itu. Ada-ada saja.
"Kau sudah menghabiskan setahun hidupmu merawat ibu, kau tau betapa ibu merasa sangat bersalah padamu." Wanita itu mengusap mata lelahnya yang menatap penuh perasaan pada anaknya. "Setidaknya biarkan ibu melakukan ini untukmu. Kau harus menghabiskan lebih banyak waktumu untuk melakukan hal-hal yang anak seusiamu sering lakukan." Timpal ibunya lagi lalu tersenyum lembut dan beranjak dari kursi di depan Tiffany.
Tiffany melanjutkan pekerjaannya di restoran ayam hari itu. Setelah tamu di restoran berkurang karena sudah lewat jam makan siang, barulah Tiffany melepaskan celemek yang sejak tadi bertengger di lehernya dan meraih sebotol soda untuk menghilangkan dahaga yang meronta-ronta di tenggorokannya sejak tadi. Ia menarik sebuah kursi di meja yang kosong dan duduk disana untuk beberapa saat sambil memandangi jalanan dari jendela restoran ayamanya yang besar itu. Segerombolan remaja tanggung dengan baju bertuliskan "The Great Kim Taeyeon." Tiba-tiba berjalan melewata restorannya dan kebetulan dilihat oleh Tiffany,
Sial. Rutuknya dalam hati.
Terngiang kembali kejadian yang tak mengenakan dirumah Taeyeon. Bagaimana pun Tiffany memikirkannya, tetap aneh jika menebak-nebak alasan apa yang membuat Jessica- wakil direktur Sekang Entertaiment itu berada di kediaman bos barunya itu pagi-pagi sekali.
"Shh, apakah mereka teman dekat?" Gumam Tiffany memiringkan kepalanya.
Berapa kalipun Tiffany berusaha menyangkalnya, ia tetap merasa Taeyeon itu adalah orang yang sangat menyebalkan sekaligus aneh. Sifatnya yang terlihat sangat semena-mena dan tukang perintah membuatnya kerap kali sedikit merasa menyesal telah memilih untuk bekerja sama dengan wanita yang 5 tahun lebih tua darinya itu.
Hitam diatas putih sudah ia sepakati maka tak ada hal yang bisa ia lakukan.
Tiffany hanyalah seorang wanita biasa, dari keluarga yang biasa, dan latar belakang yang biasa pula. Bisa bekerja dengan penghasilan yang menyentuh dua digit sudah seperti menyentuh jackpot baginya. Sementara memiliki waktu dan uang untuk sekadar pergi membelanjakan beberapa pasang baju adalah sesuatu yang sangat jarang dilakukannya, dan seperti yang kita semua tau- Tiffany akan menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAENY] LOVE AFFAIR
FanfictionMendapatkan Taeyeon seperti berusaha menggenggam udara ditelapak tanganmu, tidak mungkin. Meskipun Tiffany tak pernah mengira ia akan jatuh hati padanya. cover ©️ to baeklogy 🔆 follow for private story access 🔆