Part yang berikut ini, mengandung unsur BoyxBoy. Bagi kalian yang bukan fujoshi, harap tidak usah membaca.Apalagi yang homophobia, cukup loncati dan baca part lainnya.
Happy reading and enjoy my story minna-san!(^ω^)
Req by:tokitoumuichiro
______________________________
"Nagisa-san." Ibara memanggil, nyaris membuat Nagisa terjerembab jikalau dia tidak berhati-hati.
Ini mendadak sekali, Nagisa menoleh menatap lempeng seperti biasanya.
"Ya?" Sahutnya tanpa nada. Jari-jarinya sibuk membelai batu-batu permata yang tersusun rapi di atas meja.
"Apakah ... Seorang laki-laki mencintai sesama jenisnya itu, wajar?"
Ada apa dengan Ibara? Tiba-tiba dia bertanya hal yang melenceng dari kepribadiannya. Nagisa hampir melotot, kalau saja sifat kalemnya tidak melekat.
"Tentu saja itu, tidak wajar." Nagisa menyahut kalem, walau aslinya dia bingung pakai banget.
Sorot mata Ibara terlihat meneduh, tatapan datar serta antusiasme yang selalu dia emban dalam sorot matanya seketika hilang jauh bagai tersapu angin.
"Ada apa memang?" Tanya Nagisa, masih penasaran dengan sikap berbanding terbalik Ibara.
Napas Ibara terdengar jelas, "hanya saja... Saya sedang–," Ibara menggantungkan kalimatnya, kala niat dalam hati yang di pendam hampir dia utarakan. Tangan kanan Ibara menutup mulutnya yang nyaris mengucapkan rasa sukanya terhadap Nagisa.
"Sedang?" Nagisa membeo penasaran.
Jarak duduk mereka makin menipis, Nagisa terlalu penasaran dengan ucapan Ibara yang digantungkan membuatnya tanpa sadar menipiskan jarak mereka. Entah sejak kapan, setiap Nagisa mendekat jantung Ibara memompa lebih cepat.
Ada apa dengan dirinya yang menyimpang ini?
Ibara itu waras, perfeksionis, walau tawa dan sifatnya seperti setan.
Dan tiba-tiba sebuah 'perasaan' datang kepada dirinya, dan lagi... Dia memiliki perasaan kepada seorang lelaki yaitu, tuannya sendiri. Bukankah itu sangat menyimpang dari sifatnya?
"Bukan urusan anda. Jangan kepo dengan privasi saya, Nagisa-san." Dia yang bertanya, dan kini malah meninggalkan rasa penasaran.
Menyebalkan sekali mahluk berkacamata satu ini. Beruntung Nagisa itu penyabar.
Sudahlah, Ibara itu keras kepala. Dipaksakan untuk menjelaskan lagi pasti dia enggan.
Ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Nagisa tidak ada wewenang untuk memaksa Ibara menjelaskan.
Apalagi itu bersifat privasi.
"Baiklah, aku tidak memaksa." Nagisa melanjutkan kegiatannya mengusap permata-nya yang sempat tertunda. Atensinya beralih kepada batu-batu berwarna dalam dekapannya, Ibara merasa jika dirinya diabaikan.
Rasa kesal datang secara tiba-tiba tanpa alasan, semakin dipendam, semakin sulit pula Ibara menahan emosinya.
"Perhatikan ... Saya," lirih Ibara parau.
Nagisa mengerjap, suara apa tadi yang masuk secara paksa melalui gendang telinganya?
Ahh... Ternyata itu Ibara, terpaksa Nagisa mengalihkan fokusnya kembali pada Ibara.
Gestur tubuhnya bergerak resah, Ibara menundukkan kepala dengan semburat merah yang dia sembunyikan.
Imut–
"Ibara, bisa kau ulang kata-kata mu tadi?"
Rasanya ingin menyentak, namun percuma. Toh Nagisa juga sedikit 'kurang' peka. Kalau menyangkut soal perasaan.
Mungkin?
Melihat Ibara yang malu-malu, Nagisa sedikit luluh. Ibara terlihat... Cukup imut.
"Nagisa-san... " Ibara memanggil lirih, membuat Nagisa terhenyak. "Ji-jika saya... Menyukai anda, a-apakah a-anda–,"
"Kau ini kenapa? Demam?"
Di detik ini juga, Ibara ingin memukul kepala Nagisa agar peka. Tapi, itu tentu saja tidak sopan. Minat bertanya Ibara hilang, dia jadi malas memasang strategi apa lagi untuk membuat Nagisa sadar?
"Ya sudahlah, selamat malam Nagisa-san. Saya hendak kembali ke kamar," kata Ibara lesu.
Sedetik kemudian tubuhnya ditahan sesuatu, pergelangan tangan Ibara di jagal Nagisa. Membuatnya mau tidak mau menoleh.
"Ada apa? Anda takut ditinggal oleh saya?" Ibara ini memang, mulutnya pantas di lakban.
Tentu Nagisa tidak akan marah, lalu semprot Ibara menggunakan kata-kata menusuk. Nagisa itu kalem. Juga mungkin tidak peka.
"Cukup bilang suka, apa susahnya?"
Ibara ingin menjerit, membanting Nagisa ke atas lantai. Tentu saja, tindakan tadi tidak akan dia lakukan.
"Ibara, kau itu... Tsundere ya?"
Skakmat, kalau begini caranya. Strategi yang Ibara buat susah payah langsung digagalkan dengan satu kalimat dari Nagisa.
Ibara membuang muka merahnya, dia malu. Hendak memberi alasan apa?
"Nagisa-san ... Menyebalkan seperti biasanya," bisik Ibara lirih.
Nagisa tersenyum simpul, seperti biasanya dia dapat membuat Ibara takluk.
Bagi Nagisa itu sangat mudah, dibandingkan melawan unit trickstar di atas panggung.
Lucu sekali melihat Ibara dengan wajah merahnya. Nagisa selalu menikmati sifat tsundere Ibara setiap detik, sampai orangnya pergi dari hadapan mata karena dibuat malu terus.
Ibara itu, unik ya?
End✓
[A/N]
Ah mungkin ini agak aneh ceritanya, maaf banget nih. Soalnya aku jarang buat pair cerita NagisaXIbara.
Ya walau aku sendiri sering teriak, kalau liat fanart mereka yang lewat di beranda pinterest.
Alhasil nyari tuh gambar NagisaXIbara sampai yang terlalu vulgar adegannya, aku kan Fujo gagal tobat ( ͡° ͜ʖ ͡°)
Hahahahaha! /Apaan sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ensemble Stars Chara X Readers! (One Shot)
Random-One shot Ensemble stars! -Chara Ansuta X Readers -Chara X Chara -Open Request page!