Flashback off
Hari ini adalah hari pertama ku menginjakkan kaki di tanah kelahiranku setelah kurang lebih delapan tahun berada di Itali,sebenarnya aku tidak pernah berfikir untuk kembali lagi kesini,aku lebih menyukai pekerjaan ku di Itali,walaupun hanya menjadi seorang pelayan caffe, tapi setidaknya dapat membuat ku lebih rileks, ya aku menjadi pelayan caffe sebagai kerja paruh waktu,dan penghasilan nya juga cukup membantu ku agar tidak terlalu berharap pada uang kiriman orang tua ku,rencana ku,setelah wisuda aku akan mencari pekerjaan,tapi masih diItali,namun ayahku menginginkan ku untuk belajar berbisnis dan meneruskan bisnisnya yang sudah berkembang pesat, aku bisa apa?membantah? Ayolah,, aku tidak seegois itu,tidak mungkin hanya karena kepergian seorang perempuan yang kucintai dalam diam,membuat ku menentang perintah ayahku, bukankah semua yang dilakukan orang tua itu juga untuk kebaikan anaknya? Baiklah lupakan tentang ceramah ku.
Sekarang aku berada di mobil menuju ke rumah, aku dijemput oleh siapa lagi jika bukan pak Arnold, sopir kebanggaan keluarga Leonard,beliau sudah bekerja pada keluarga ayahku semenjak ayahku masih remaja,baiklah,sekarang lupakan tentang si tua pak Arnold.
aku menatap keluar jendela,menyebar pandang kejalanan yang aku lewati,perubahan pada tempatnya tentu banyak,tapi tidak dengan kenangan nya, kenangan itu masih benar-benar melekat erat di ingatanku begitu sempurna, tunggu? Kenangan? Aku punya kenangan? Ha-ha-ha lucu,kenangan semacam menyimpan rasa pada seseorang dan setelah nya orang itu pun menghilang, bukan menghilang tanpa kabar,tapi menghilang dengan kabar dan tidak akan kembali, tentu."Selamat datang kak Victor" sambut Violet yang sepertinya sudah menunggu ku di teras,ia sekarang sudah menduduki kelas dua belas jadi tentu sudah besar, dan manis,sebenarnya aku tidak pernah melewatkan kabar tentang Violet walaupun kami terpisah.
Violet langsung merentangkan kedua tangannya meminta kupeluk, tentu aku dengan cepat memeluknya
"Bagaimana sekolah mu?" tanyaku masih mendekap Violet"Aku memenangkan lomba menyanyi empat kali" jawab nya seraya tersenyum dipelukanku
Aku mengusap pucuk kepalanya, bangga, tentu saja,dia mempunyai kepercayaan diri yang jauh lebih tinggi dariku,bahkan dia selalu ceria walau tunanetra,ya,,sifatnya mengingatkan ku pada Chelsea, si siswi ceria,manis dan dia sudah tiada tapi aku masih mencintai nya, maaf mungkin ini terlalu drama"Kak" suara Violet itu membuyarkan pikiran ku
"Iya?"
Violet melepaskan pelukannya"Mana ayah?kau pulang bersama ayah bukan?"
"Tadi ayah langsung kekantor, dia mengatakan ada banyak urusan hari ini,yasudah, ayo kita masuk"
Violet mengangguk kemudian berjalan mendahului ku"Victor,,kau sudah datang,letakkan dulu barang-barang mu,setelah itu bersihkan badan mu,ibu sudah menyiapkan makan siang untuk kita semua" itulah kalimat sambutan yang ibuku berikan ketika mendapati ku sudah berada dirumah,aku mengangguk kemudian berjalan menuju kamar untuk menaruh barang barang ku.
Setelah selesai berbenah, aku langsung menuju ruang makan yang sudah diisi oleh Violet dan ibuku.
"Kau merindukan masakan ibu?" tanya ibuku seraya menuangkan air putih untukku
"Tentu"
"Aku yakin selama ini kaka hanya makan mie instan atau makanan siap saji yang tidak sehat" ucap Violet seraya tertawa
Aku melempar nya dengan anggur dan skakt mat, anggur mengenai dahinya dan membuat nya meringis,sebenarnya yang dikatakan Violet itu benar,tapi bukan berarti aku tidak pernah memakan makanan sehat,aku juga pernah memasak sayur-sayuran segar,walaupun rasanya tidak sewow masakan ibuku."Victor.." tegur ibuku karena melihat tindak kriminal yang kulakukan pada Violet
"Ibu...seharusnya biarkan saja dia di Itali" rengek Violet seolah dialah satu-satunya yang tersakiti,ayolah Violet, andai kau tahu,kakamu ini lebih terluka darimu, lebih sakit daripada terkena sebiji anggur.
"Kau fikir aku ingin pulang kesini?" tanya ku tanpa beban seraya melahap hidangan kaya rasa yang sudah ibuku sediakan, tapi sayang, rasanya menjadi kacau ketika Violet melempar ku dengan apel,seorang tunanetra seperti dia,bisa melempar tepat sasaran, sungguh hebat, apel nya mendarat mulus dihidung ku,perih,dan hidungku langsung berdarah, aneh?ternyata hidungku lebih sensitif daripada hatiku, hatiku tidak mengeluarkan darah walaupun disayat oleh kekecewaan dan kehilangan selama bertahun-tahun,oops maaf naskah ku keluar topik.
"Hidung mu Victor" pekik ibuku panik
"Ini salah mu,,lihat! Hidung ku berdarah" ucap ku pada Violet yang sedang asik menyantap omelet dipiringnya
"Begitu?aku tidak peduli, lagi pula aku tidak bisa melihatnya" jawab Violet seraya tertawa puas
Tidak, itu bukan tertawa puas,aku tahu,walau sangat samar,ada kesedihan didesiran suaranya, aku adalah kaka yang buruk,seharusnya aku tidak mengatakan hal itu"Cepat bersihkan hidungmu" suruh ibuku yang langsung ku turuti,aku berjalan menuju kamar mandi,aku masih bisa mendengar kikikkan Violet, sepertinya ia sangat bangga menjadikan sebuah apel sebagai sambutan untuk kedatangan ku.
setelah membersihkan darah segar yang sempat mengucur di hidung ku,aku menatap pantulan wajah ku dicermin
"Kau jelek" ucap ku pada wajah yang menatap ku dicermin
"Dan kau payah,kau pengecut, tapi sayangnya cermin tidak bisa menunjukkan kepayahan dan sifat pengecut mu" sambung ku
"Kenapa menatap ku begitu?..kau marah?bukankah kau memang payah?kau memang pengecut" lagi-lagi aku berbicara seperti orang yang..
" Tidak waras,,kenapa harus berbicara dengan cermin?apa kau terlalu lama singel sehingga depresi mu kambuh?" itu..VIOLET?kenapa dia tahu aku berbicara dengan cermin?
"Sedang apa kau?kenapa kau tahu aku berbicara dengan cermin?" tanya ku mengintrogasi
"kau terlalu lama,jadi aku ingin memastikan kau tidak tenggelam dalam wastafel" jawab Violet tanpa beban
"Kenapa kau tahu aku berbicara dengan cermin?"
"Karena tidak mungkin kau berbicara dengan ku" lagi-lagi jawabnya tanpa beban,membuat ku menyesal telah memeluknya tadi,seharusnya aku menendangnya dari Sabang sampai Merauke
•••
hari ini adalah hari pertama ku menaiki sepeda setelah sekian lama,aku ingin ke minimarket membeli beberapa bahan-bahan memasak, seharusnya ibuku yang melakukannya, tapi aku menawarkan diri sebagai relawan untuk menggantikan nya, ya sekaligus jalan jalan.
Aku memasuki minimarket dan membeli semua barang pesanan ibuku,kemudian mengantre di meja kasir,setelah tiba giliran ku,aku menyerahkan belanjaan ku pada seorang kasir perempuan yang memakai kursi-roda, ya,kasir itu memakai kursi-roda, aku salut,walaupun ia tidak bisa berjalan bukan berarti ia tidak punya jalan untuk sukses.
Tunggu! Kasir itu?aku seperti mengenalinya,dia?aku membaca tag name yang menempel di seragamnya,,,"jumlahnya seratus enam puluh dua ribu pak" ucap kasir itu,beberapa detik hening "kenapa?" tanya nya karena melihat ku menatapnya dengan tatapan terkejut, ya aku memang cukup terkejut, tidak cukup, bahkan lebih terkejut
"Kau?..."
-bersambung
Semoga ada yang baca😭 semoga ada yang penasaran 🙇🏾
KAMU SEDANG MEMBACA
Just My Silence
RomanceVictor adalah seorang laki-laki yang menikmati cinta dalam diamnya Memendam semua rasa yang ia sendiri tidak sanggup untuk terus memendamnya Tapi ia juga tidak bisa mengungkapkan nya Dan berakhir pada penyesalan Penyesalan yang teramat sehingga mem...