Semester 3 hampir selesai, sudah selesai sebenarnya. Tinggal pengumpulan beberapa tugas saja.
Proyek kerja juga hampir semuanya rampung.
Ospek Jurusan juga sudah, tidak ada yang spesial.
.. Ada sih, aku jadi bisa sering melihat senyum Mark.
Akhir-akhir ini aku tidak banyak bertemu dengannya, hanya sesekali.
Itupun jika angkatanku dan angkatannya sedang ada kegiatan bersama. Tapi, diam-diam aku lebih sering memperhatikannya.
Ketika dia sampai ke kampus, dan aku dalam perjalanan pulang.
Ketika dia masuk kantin, dan aku keluar kantin.
Ketika aku sedang duduk dan mengobrol dengan temanku di halaman kampus, dan dia melewatiku.
Ketika dia asik tertawa dengan teman-temannya, dan aku ikut tersenyum menikmati indah tawanya.
Tidak pernah absen headset itu dari telinganya.
Jihee benar, aku sudah dibuat gila olehnya.
Beberapa waktu lalu, aku sempat mendengar cerita Mark dari temannya, Yeri.
Dia bilang, kalau Mark saat ini tinggal hanya dengan ayahnya. Dia kadang terlihat konyol di kelas, karena selalu melakukan hal tidak terduga.
Awalnya aku tidak percaya, karena dia memang terlihat sangat diam.
Tapi, Yeri juga mengatakan, bahwa Mark kadang terlihat mencoba untuk tertawa, bercanda dengan teman-temannya, padahal keadaan dia sedang tidak baik-baik saja.
Ibunya meninggal belum lama dari dia masuk kampus ini.
Musik, menjadi salah satu obat yang bisa membuatnya lebih tenang.
Musik, menjadi salah satu hal yang membuatnya bisa melakukan hal tidak terduga.
Dan musik, yang bisa membuatnya menjadi Mark yang bisa kembali bangun dari keterpurukkannya.
"Mark gak ngerokok lho, kak." ucap Yeri.
"Oh ya? padahal temen-temen dia yang lain keliatannya suka banget tuh."
"Dia pernah cerita ke Renjun, kalau mamanya meninggal karena asap rokok."
Aku hanya mengangguk menanggapi cerita Yeri. Mencoba tidak terlalu tertarik karena dia belum mengetahui bahwa aku menyukai Mark.
"Dia juga takut cewek lho, kak."
Ucapan Yeri membuatku tidak bisa menyembunyikan kagetku.
"Hah? Maksudnya?"
"Iya, jadi dia gak bisa kalau harus ngomong tatap-tatapan sama cewek. Kalau itu dia yang bisa sendiri sama kita."
"Tapi, dia bilang biar sopan dan gak dicap jutek, dia milih buat senyum. Setidaknya kasih senyuman buat orang yang papasan sama dia."
Ah, ternyata dia memang memberikan senyuman manisnya itu pada semua orang.
Baiklah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist - Mark Lee
FanfictionCan I be your playlist that you love and listening every single day, Mark Lee?