Time's Up (Cerpen Karya Dyspira Hanindya)

17 3 0
                                    

Pagi hari datang dengan cepat, padahal aku baru saja bermimpi. Matahari sudah muncul dari timur dengan malu-malu. Itu artinya aku harus segera masuk ke kamar mandi untuk pergi ke sekolah.

Beberapa menit kemudian aku sudah siap dengan seragam dan tas sekolahku. Tak lupa merapikan rambut dan memoles sedikit make up di wajahku. Karena tidak biasa sarapan pagi, aku hanya minum segelas teh hangat dan langsung berangkat ke sekolah setelah berpamitan pada orangtuaku. Aku juga tidak terbiasa diantar ke sekolah. Aku memilih naik angkutan umum karena jarak sekolahku cukup dekat dengan rumah.

Lima belas menit kemudian, aku sudah sampai di jalan besar yang menuju sekolahku. Setelah memberi ongkos, aku melangkahkan tungkaiku ke gang besar yang mengarahkanku sampai di sekolah.

Saat sedang menikmati berjalan kaki, suara berdecit membuat diriku terkejut. Aku menoleh ke belakang dan menemukan sebuah mobil kehilangan kendali dan menabrak trotoar tempat aku berjalan. Jaraknya sangat tipis denganku. Bahkan aku kira aku tertabrak mobil itu. Orang-orang di sekitarku langsung mengerumuni. Ternyata ada korban dalam kecelakaan ini. Pengendara mobil dan seorang siswi yang memakai seragam sekolah yang sama denganku. Seperti mendapat sengatan listrik, aku tidak bisa bergerak. Aku ingin melihat wajah siswi itu namun beberapa orang sudah mengangkatnya untuk dibawa ke rumah sakit. Aku berdoa dalam hati semoga siswi itu selamat.

Akhirnya aku sampai juga di kelasku yang sudah sangat ramai karena sebentar lagi bel masuk berbunyi. Seperti biasa, aku duduk di bangku paling belakang. Sahabatku sekaligus teman sebangkuku belum datang. Hal ini jarang terjadi, tapi aku tetap berpikiran positif. Namun, sampai bel masuk berbunyi dia tak datang juga. Aku lumayan khawatir karena biasanya dia akan memberi kabar kalau ada yang terjadi.

Saat bel istirahat, aku memutuskan untuk pergi ke kelas pacarku. Namun ternyata pacarku juga tidak masuk. Sekarang aku sendirian. Aku memakan bekal di halaman belakang sekolah.

Tertangkap oleh telingaku beberapa siswi yang bergosip tentang kecelakaan tadi pagi. Aku memasang telingaku baik-baik untuk mendengar lebih banyak. Betapa terkejutnya aku saat mendengar siswi yang kecelakaan berasal dari kelasku. Pikiran negatif langsung menguasai diriku. Segera aku kembali ke kelas untuk mengambil tas dan berlari menuju rumah sakit yang beruntungnya sangat dekat dengan sekolahku.

Sepuluh menit berlari, akhirnya aku sampai di lobby rumah sakit. Aku langsung menuju ruang UGR dengan langkah tersaruk-saruk.

Disana, aku melihat pacarku sedang berdiri dan bersandar di dinding. Ia terlihat begitu terpukul. Tentu saja diriku pun merasa demikian. Tanpa basa-basi, aku langsung menerjangnya dengan pertanyaan.

"Piers, apa yang terjadi?" Walaupun air mataku sudah luruh, aku berusaha tetap tenang. Tidak ada jawaban dari Piers. Sepertinya ia sangat terpukul. Aku merasakan firasat buruk menyerangku. Segera kulangkahkan kakiku ke pintu UGD dan melihat sahabatku, Helena, keluar dari ruang UGD dengan tangisan yang menyayat hati.

"Dia..tidak selamat." Tangis Helena meraung-raung.

Siapa yang sebenarnya mereka bicarakan? Kenapa mereka sampai menangis sehisteris itu?

Tanpa izin, aku masuk ke ruang UGD dan menemukan tubuh tanpa jiwa yang terbaring di brankar. Seketika tubuhku membeku. Aku menoleh ke belakang saat ada yang memegang pundakku.

"Sherry, waktumu sudah habis disini."

Berkarya BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang