Berlebihan?

8 1 0
                                    

"Tetapi ada kabar buruknya."

"Kabar buruk bagaimana dok? Dia terlihat baik-baik saja"

"Dia kehilangan ingatannya untuk jangka waktu tertentu, kemungkinan ia tidak mengingat apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu."

"Lalu yang apa yang bisa kami lakukan untuk memulihkan ingatannya?"

"Lakukan secara perlahan,jika dia memaksa otaknya untuk mengingat ia akan dalam bahaya bahkan bisa membuatnya kehilangan nyawa."

_

"Jangan terlalu dipikirkan" ucap papa pada istrinya yang sedang melamun.

Sejak Naura pulang dari rumah sakit istrinya terlihat banyak melamun dan sering menangis.

"Aku tidak ingin kehilangan Naura kedua kalinya" jelas istrinya sambil menyekat air mata.

"Tidak....kita tidak akan kehilangan dia lagi." Ucap ayah sambil memeluk istrinya dan menenangkan tangisan sang istri.

"Sudah.... Naura tidak akan senang melihat ibunya menangis, temui dia"

"Kau saja....aku akan turun untuk menyiapkan makan malam , perutmu sudah demo"

"Ternyata kamu peka" ucap ayah sambil cengar-cengir.

Di umur mereka yang menginjak kepala 4 tidak membuat mereka kehilangan aura romantis.

___

Keesokan harinya

Semua anggota keluarga terkejut melihat semua masakan sudah tersaji rapi di meja makan.

"Wah maa.... Ini masih pagi tapi sudah bekerja keras." Ucap Deon takjub, langsung duduk di kursi lalu menjelajahi semua makanan.

"Tapi bukan mama yang masak."

Mamanya turun dari tangga sambil menggendong Dio yang masih mengucek matanya, dan di belakangnya ada ayah yang sedang membenahi piyamanya.

"Lalu siapa?"

Deon menghentikan kunyahannya,lalu mendengar suara berisik di dapur.

PRANGG!

"ADIK!" Teriak Deon membuat Naura yang sedang membersihkan pecahan piring tersentak.

"Minggir! Kakak aja" ia berjongkok lalu mengambil pecahan secara hati-hati.

"Nak kenapa kamu repot masak,kan ada mbok Piah." Ucap ibunya sambil menarik Naura menjauh dari dapur.

"MBOK!"

Mbok Piah yang mendengar panggilan dari majikannya langsung berlari dan sedikit menunduk saat berhadapan dengan majikanya.

"KENAPA MBOK BIARIN NAURA MASAK?!"

"Ampun nyonya saya salah." Mbok piah semakin menunduk karena merasa bersalah.

"Ibu...mbok piah ngga salah....Naura yang suruh mbok untuk tidak bantu...kalo maksa bantu entar aku pecat." Jelas Naura membuat wajah ibunya yang tadinya merah padam sekarang mulai memudar.

"Lain kali bilang dulu...nanti ibu bantuin." Ucap ibunya seraya mengelus puncak kepala Naura.

"Kenapa mereka berubah semakin perhatian? Ah bodoamat penting bahagia." batin Naura.

Naura hanya cekikikan saat ia di tarik menuju meja makan dan di layani secara berlebihan.

"Oiya... Nana mau berangkat sekolah hari ini."ucap Naura yang sudah selesai makan.

"Tap-" ucapan Deon terpotong.

"Nggak ada tapi-tapian!"tukas Naura.

"Ya kalo maksa nanti kakak anter."jawaban itu membuat Naura girang dan segera menuju kamar untuk membersihkan badan serta memakai seragam sekolah.

" Ka Deoonn....ayo berangkat." Teriak Naura yang setengah berlari menuju pintu rumah dan terkejut melihat kakaknya sudah yang duduk di mobil.

"Kalah cepat ya?"gurau Deon dengan raut muka datar.

"Serah dah .....daa papa,ma, dio." Ucap Naura sambil melambaikan tangan keluar jendela mobil.

I am in DangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang