Teman dari sahabat

11 0 0
                                    

Hangat

Naomi merasakan di seluruh tubuhnya, ia mengkerjapkan matanya beberapa kali untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya dan duduk di sandaran ranjang.

Ia melihat sekeliling.

Luas

Luas sekali bahkan kamar ini bisa di gunakan untuk 10 anggota keluarganya mungkin itu yang dipikirkannya, dengan warna abu-abu yang menenangkan arsitektur sederhana dan

" Oh hai."sapa Nara pada Naomi yang sedang melihat-lihat sekelilingnya.

"Maaf lancang...aku tidak tau rumah kamu makanya aku bawa ke sini."

"Seharusnya aku yang minta maaf karena merepotkan."batin Naomi

"Maaf juga udah gantiin baju pas kamu pingsan."

"Eh what ,what gantiin?!"

"Tenang aku masih normal...nggak usah syok gitu lho."ujar Nara sambil terkekeh karena melihat muka Naomi yang memucat karena Malu.

"Diminum coklat panasnya keburu dingin."

"Hmm"

Naomi menyeruput coklat panas dengan perlahan dan dia cukup nyaman berada di samping Nara yang sedang memperhatikannya.

"Jadi sejak kapan kamu jadi korban bully di sekolah?"

Pertanyaan Nara membuat Naomi terkejut dan tersedak.

"Dia benar-benar lupa?! Atau aku yang terlalu berharap di selamatkan?."

"Bicara dong....masa aku terus yang bicara...eh tunggu sebentar ya."

Nara keluar dari kamar untuk mengambil sesuatu, kemudian ibunya Nara masuk dan menemui Naomi.

"Maafkan Nara karena perubahannya ya..." Mamanya Nara mengelusi kepala Naomi dengan lembut membuat ia merasa nyaman dan tenang.

"Tapi kenapa Tante...ia melupakannya begitu saja atas pengorbanan yang dilakukan oleh F-"

"Giliran diajak bicara ibu aja nyahut...." Nara cemberut. "Tadi siapa yang berkorban?"

" Aksi laga di televisi" tukas ibunya.

"Emm saya permisi, mungkin paman saya udah nunggu di rumah." Naomi beranjak dari ranjang dan mengemasi barang-barang lalu keluar dari rumah Nara.

"Sial! siap-siap luka baru huff!" Gumam Naomi di Sepanjangan jalan menuju rumah pamannya.

_______

"Ra... kemarin ketemu Dekha ngapain?"

Mutia membuka percakapan,ia terlihat sedikit canggung karena sikap Nara yang bertolak belakang dengan sebelumnya.

Nara yang sedang menerawang jauh di pikirnya tersadar ia langsung berbalik menatap Mutia yang sedang membuka toples makan siangnya.

"Kau tau....?"

"Tentu..." Sambil mengunyah makanan ia menjawab Nara dengan sorot sedikit marah. "Itu tidak baik." Mutia menodongkan garpu  di depan dan menggoyangkannya.

"Ish..bisa nggak sih dengerin dulu!" Nara mengambil garpu lalu menyuapkan makanan pada Mutia.

"Nggak...toh kamu juga nerima tanpa pikir panjang."

Mutia menghentikan aktivitas makannya lalu pergi meninggalkan Nara dengan ekspresi tidak bisa di baca.

Nara menautkan jari-jari tangannya ia merasa gugup bahkan ia tidak yakin akan melakukannya.

3 menit lagi bel istirahat berbunyi Nara sudah menyiapkan seluruh keberaniannya.

"Hari ini........atau tidak lagi!" Nara memukul bangku taman dengan keras.

Kemudian ia berdiri lalu berjalan menuju seseorang dan kemudian langsung bersimpuh di depannya.

"Maukah kau jadi pacarku?"

________









I am in DangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang