23.

8.1K 629 256
                                    

🦋

"Baiklah. tolong segera kabari aku jika kau mendapat kabar tentang Vin." Ungkap jimin pada sekertaris pribadinya sebelum ia menutup sambungan telepon. jimin mengusap wajahnya kasar memikirkan keberadaan Vin. Lelaki itu menghilang entah kemana sejak semalam. Terakhir saat dia mencoba menelponnya untuk menberitahu mengenai sidang putusan cerai antara dia dan yoona yang di percepat tapi sampai saat ini tidak asa respon apapun dari lelaki itu.

Vin tidak pernah seperti ini sebelumnya dan hal itulah yang membuat Jimin terus bertanya-tanya.

Entah sudah berapa puluh orang yang dia hubungi tapi tak ada satupun yang mengetahui keberadaan lelaki itu. jimin menatap keluar jendela, sejenak dia mencoba meningat-ingat nama orang-orang yang mungkin saja tahu keberadaan Vin.

Kak Jena. Nama itu tiba-tiba saja muncul dalam kepalanya. Jimin bsa mengingat dengan baik bahwa, lelaki itu pernah menghubunginya beberapa kali untuk menanyakan kondisi bisnis Vin dan lelaki itu juga meyakini dia tidak pernah sekalipun menghapus seluruh history panggilan telepon dalam ponselnya.

Hubungan Jena dan Vin memang tidak baik, bisa dibilang mereka lebih mirip dua orang rival yang bersaing dalam segala hal dibandingkan dengan dua orang saudara dengan darah keturunan yang sama. Jimin bahkan tidak habis fikir mengapa sahabatnya itu sangat membenci kakak sepupunya, beberapa kali dia mencoba bertanya tapi jawaban yang Vin berikan selalu sama. "karena dia selalu lebih baik dariku." atau "karena aku tidak ingin sama sepertinya." dan jawaban ambigu lainnya yang lagi-lagi hanya menyisakan semakin banyak pertanyaan dalam kepala Jimin karena menurutnya baik Jena maupun Vin adalah orang yang sama-sama baik dalam hal apapun.

"Dapat," Jimin langsung menekan tombol telepon pada layar ponselnya setelah dia mendapatkan nomor yang dia cari.

"Halo," Suara di ujung sana terdengar tampak bergetar. "Aku sedang sibuk jadi, hubungi aku lain kali." Katanya lagi, padahal jimin bahkan belum mengatakan apapun.

"Ini tidak akan lama. aku jimin. tolong, jangan matikan teleponnya."

Suara nafas di ujung telepon terdengar menghela, lelah. "Apa yang kau inginkan?"

"Maaf sudah menganggu waktumu tapi, aku hanya ingin bertanya apa kak jena tahu dimana Vin ?"

"aku tidak punya banyak waktu jadi, dengarkan hal yang akan ku katakan baik-baik. setelah aku mematikan telepon ini kau boleh memeriksa pesan yang aku kirimkan. datanglah kesana dan temui Vin. tuttt—" kemudian panggilan telepon itu terputus begitu saja. seperti yang di katakan Jena, jimin benar-benar memeriksa pesan yang dikirimkan lelaki itu padanya. pesan itu berisi lokasi sebuah rumah sakit.

Dengan cepat lelaki itu meraih kunci mobil yang terletak di atas meja kerjanya dan bergegas menuju ke lokasi yang diberikan oleh Jena.

Tidak lama, hanya butuh kurang dari lima belas menit kini jimin sudah berlari dengan tergesa menyusuri lorong rumah sakit yang tampak padat siang itu. "Vinandra kim. aku mencari pasien atau siapapun yang bernama Vin." Ungkap Jimin pada salah satu perawat yang bertugas dibagian informasi Sore itu.

"Tunggu sebentar pak." Jimin masih menatap sang perawat yang mengetik sesuatu di komputer miliknya dengan tidak sabar. "Tuan Vin di rawat di ruang ICU. beliau adalah pasien UGD yang dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan mobil tadi malam."

DEG!

Jantung jimin tiba-tiba saja terasa seperti sedang berhenti berdetak. Vin kecelakaan dan dia sama sekali tak mengetahuinya. tanpa fikir panjang lelaki itu bergegas menuju ruang ICU yang telah di tunjukkan perawat padanya, Jimin bahkan tak menaiki lift karena tak bisa menunggu lebih lama. dia merasa sangat buruk sekarang, hari-hari buruk terus saja bertambah dan rasanya semakin buruk.

Remedial | SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang